Mohon tunggu...
Meta Maftuhah
Meta Maftuhah Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan UMKM dan survey sosial ekonomi yang senang menulis blog.

Visit my blog : http://www.ceumeta.com Contact : meta.maftuhah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Zaadit, dan Tantangan Gerakan Mahasiswa Saat Ini

5 Februari 2018   21:44 Diperbarui: 5 Februari 2018   22:37 2418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : rancahpost

Kisah Zaadit, yang memulai  aksi "kurang ajarnya" di hari Jumat siang membuat banyak orang terbelalak, termasuk saya. Bagaimana tidak, di sebuah forum resmi, Dies Natalis,  di hadapan para Guru Besar, Majelis Wali Amanat, Zaadit dengan santainya mengacungkan buku berwarna kuning sambil meniup peluit, saat Presiden Jokowi berdiri di depan forum.

Berbagai reaksi pro dan kontra bermunculan, tidak sedikit yang memuji, dan banyak pula yang menghujat dan mencibir. Banyak yang menyuruh Zaadit untuk menyelesaikan kuliah, meraih cum laude, dan ada pula seorang dokter yang mengajak Zaadit untuk berangkat ke Asmat setelah lulus kuliah kelak. Apakah ini tipikal mahasiswa masa kini, atau malah kurang "gahar" dibandingkan para senior generasi sebelumnya? 

Menelusuri Heroisme Mahasiswa Beberapa Generasi

Bicara heroisme mahasiswa di Indonesia, maka kita akan dituntun untuk kembali ke masa lalu. Masa-masa penjajahan kolonial Belanda di tahun 1908. Sebut saja Boedi Oetomo, sebuah gerakan mahasiswa yang berasal dari STOVIA, sebuah lembaga pendidikan tinggi di Jakarta yang merupakan cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bahkan Bung Hatta yang bersekolah di Nederland  pun juga tergerak mengikuti perjuangan Boedi Oetomo. Di Bandung juga, Bung Karno yang bersekolah di Sekolah Tinggi Tehnik Bandung (sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung-ITB, mendirikan Algemene Studie Club. Tuntutan saat itu adalah untuk mendorong kemerdekaan Indonesia. 

Di tahun 1966, dengan tuntutan TRITURA, gerakan mahasiswa kembali bergejolak pasca gerakan 30 S PKI. Saat itu saya belum lahir, tetapi dari cerita orang tua yang merupakan aktivis mahasiswa di Bandung saat itu, gerakan tersebut cukup masif. Tritura yang disampaikan mahasiswa saat itu adalah : 1. Pembubaran PKI beseta ormas-ormasnya, 2. Perombakan Kabinet Dwikora, 3. Turunkan harga pangan. Jika digambarkan, situasi saat itu sangat memprihatinkan, mulai dari devaluasi mata uang, barang sulit dibeli, antri beras dan minyak di mana-mana. Tritura yang disampaikan mahasiswa saat itu adalah : 1. Pembubaran PKI beseta ormas-ormasnya, 2. Perombakan Kabinet Dwikora, 3. Turunkan harga pangan.

Dalam catatan sejarah, gerakkan mahasiswa tidak berhenti. Di era orde baru, beberapa kali terjadi demo besar yang dilakukan oleh mahasiswa. Sebut saja peristiwa MALARI di tahun 1974, yang menggugat kenaikan BBM dan anti korupsi. Tahun 1978, demo mahasiswa menentang NKK BKK yang telah membungkam senat mahasiswa dan beberapa gerakan lain, hingga yang terbesar di tahun 1998 yang berujung pada berubahnya politik Indonesia. Harus diakui, bahwa mahasiswa memiliki peran cukup besar dalam pergerakan di Indonesia. 

Mahasiswa Masa Kini, Kuliah Saja, atau Plus Beraktivitas?

 Kembali pada fenomena Zaadit, banyak yang berkomentar supaya Zaadit fokus kuliah saja, lalu lulus dengan cum laude dan bekerja. Kok saya jadi ingat jaman saya kuliah di tahum 1990-an dulu. Saat saya protes pada kebijakan seorang dosen, dia menjawab, "Kamu kuliah saja yang baik, lalu bekerja dan menikah." Ih, bapak ini, bertanya saja tidak boleh, saya menggerutu dalam hati. Waktu itu kami menanyakan tentang kegiatan magang yang belum umum dilakukan saat itu. Kenapa saya dan teman-teman berfikir ke sana, karena ketahuilah, ternyata, kuliah saja tidak cukup.

Bagi beberapa fakultas seperti kedokteran, setelah menempuh S.ked, maka para sarjana kedokteran tersebut harus mengambil praktek atau istilahnya adalah co assisten. Sedangkan fakultas lain bagaimana? berbagai teori yang dipelajari di kampus umumnya tidak semua dapat diaplikasikan di dunia nyata. Selain itu, bagi mahasiswa, apalagi yang bersekolah di perguruan tinggi negeri, disadari atau tidak mengemban sebuah tanggung jawab lebih, karena pendidikan yang diperoleh sebagian mendapatkan subsidi dari pemerintah. Dan semua orang tahu, bahwa subsidi itu berasal dari dana pajak.

Apakah kuliah akan menjamin anda siap kerja? Jawabannya tidak. Kalau mahasiswa tersebut tidak memiliki keberanian, pemikiran terbuka, kemampuan analisis dan etika yang baik, atau nilai yang fantastis tidak akan membuat sang mahasiswa siap mandiri setelah lulus. "Ah, kalau tidak diterima bekerja ya wirausaha saja," ketahuilah dik, menjadi wirausaha itu tidak mudah. Butuh perjuangan juga yang tidak kalah berat dibandingkan kamu bekerja. Saya tidak menakut-nakuti, tapi ternyata, kuliah saja dan lulus dengan nilai bagus tidak cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun