Mohon tunggu...
Meta Maftuhah
Meta Maftuhah Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan UMKM dan survey sosial ekonomi yang senang menulis blog.

Visit my blog : http://www.ceumeta.com Contact : meta.maftuhah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Adakah Alasan Memilih Produk Halal?

31 Oktober 2017   22:10 Diperbarui: 1 November 2017   21:28 2670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Doc. LPPOM MUI

Halal is my life, sebuah slogan yang disampaikan LPPOM MUI pada kompetisi halal tingkat SLTA pada bulan Oktober tahun 2016 lalu. Slogan yang dianggap aneh, saat saya pertama kali mengenal halal di tahun 1994. Perkenalan saya pertama kali dengan produk halal secara resmi, adalah di tahun 1994, saat diajak untuk membantu mendirikan LPPOM Jabar. Saat itu, saya masih menikmati status mahasiswi di program studi Teknologi Hasil Pertanian, yang sekarang berubah menjadi jurusan teknologi pangan di Universitas Padjadjaran. Saat itu tidak mudah memperkenalkan produk halal dan proses sertifikat halal pada masyarakat. 

Dalam setiap event, tidak sedikit pertanyaan yang diajukan dengan tujuan untuk menguji. Dan, perjuangan tersebut sekarang berbuah manis. Halal bukan lagi sebuah kata yang aneh, bahkan dikenal luas di kalangan masyarakat, baik dewasa, hingga siswa sekolah, terutama produsen makanan yang berbondong-bondong ingin mendapatkan sertifikat halal. 

Yakin Produk Yang Kita Pakai Adalah Halal?

"Ah, saya kan masak sendiri, masa sih makanannya tidak halal?", sebuah pertanyaan yang sering muncul di benak kita. Begitu pula pertanyaan yang saya sempat ajukan dulu. Semua produk yang kita makan, selain produk segar bisa jadi berpeluang kontaminasi bahan tidak halal, penjelasan Teh Dina, salah seorang pendiri LPPOM Jabar, yang sekarang menjadi pendiri Pusat Halal Salman ITB. Ah masa sih, produk -produk tersebut berpeluang terkontaminasi zat haram? 

Ya, saat ini kita memang tidak bisa lepas dari produk olahan. Mulai dari bangun tidur, hingga tidur, tubuh kita terpapar berbagai macam produk mulai dari makanan, kosmetika, perlengkapan mandi, hingga lotion obat nyamuk. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi saat ini di bidang pangan, kosmetika  dan obat-obatan membutuhkan penggunaan bahan yang bisa jadi terpapar bahan tidak halal. Apakah berasal dari hewan, maupun khamar (minuman keras). Seperti yang sempat terjadi tahun lalu, ada produk kuas untuk kue yang diduga menggunakan rambut babi. 

Atau beberapa produk kosmetik, yang diduga menggunakan produk kolagen dari produk hewani, begitu pula perlengkapan dari kulit, seperti tas dan sepatu yang diproduksi menggunakan kulit babi. Bagi yang non muslim, tentunya tidak masalah, tetapi bagi muslim, babi jika terkena bagian tubuh menjadi najis. Keberadaan undang-undang no 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal, tentunya akan lebih memberikan kepastian bagi konsumen tentang kehalalan produk yang digunakan. 

Saat ini, bisa dikatakan kepedulian produsen makanan dan minuman untuk mengikuti sertifikat produk halal sudah tinggi, tetapi, permintaan konsumen terhadap produk halal belum dirasa signifikan. Contoh kecil, masih banyak konsumen muslim yang tidak peduli apakah makanan an dan minuman yang dikonsumsi halal atau tidak. 

Seperti peristiwa produk mie buatan Korea yang ternyata belum bersertifikat halal, ternyata tidak sedikit umat Islam yang tidak peduli. Atau saat kita membeli makanan atau jajanan, apakah kita selalu mengecek keberadaan label halal atau menanyakan kehalalan makanan kita? Ada dua kemungkinan, yang pertama tidak tahu, yang kedua tidak peduli. Padahal setiap makanan yang kita makan akan menjadi sumber energi yang masuk dalam setiap sel tubuh kita dan menjadi sumber pembangun tubuh kita. 

Halal Itu Baik

Melihat maraknya perkembangan halal dalam 3 tahun terakhir, membuat halal tidak hanya menjadi sebuah bukti dari keamanan, tetapi mulai merambah pada gaya hidup. Di tahun 2016 pula, Pusat Halal Salman bersama Kementrian Pariwisata, didukung Kementrian Agama mengadakan seminar dan pelatihan wisata halal. Ternyata wisata halal, bukan dominasi Indonesia yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanya di dunia, tetapi bahkan sudah dipelopori lebih dahulu oleh dua negara di Asia Timur, yaitu Jepang dan Korea. 

Bahkan salah seorang narasumber yang berasal dari Belgia, mengatakan bahwa di Eropa, masyarakat lebih mempercayai produk halal. Halal itu baik, halal itu bersih, halal itu terpercaya, sebuah pernyataan yang pastinya aneh saat itu keluar dari mulut seorang non muslim. Tetapi, itu adalah sebuah kenyataan, bahwa produk halal di negara-negara lain juga mendapat tempat. Saat ini tidak sedikit produk-produk buatan umkm yang sudah mendapat sertifikat halal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun