Mohon tunggu...
Wiprada
Wiprada Mohon Tunggu... -

suka membayangkan kalau seandainya indonesia ini adalah negeri yang indah dan makmur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Harus Beradaptasi

25 November 2014   04:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:56 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa". Semboyan ini telah menjadi ikon bagi profesi guru. Ada pihak yang menerjemahkannya menjadi "Guru dibayar murah". Namun ada juga yang menyanjung profesi ini. Tidak bisa dipungkiri keberlangsungan bangsa ini ada di tangan para Guru.

Guru adalah salah satu profesi yang paling tua di Dunia. Menilik ke peradaban yunani Plato telah menjadi Guru bagi banyak orang, bahkan hingga sekarang. Pada Peradaban Asia institusi pendidikan yang digagas oleh konfusius telah menjadi dasar kekaisaran China. Guru Drona pada Kisah Mahaberata jelaslah seorang guru bagi para Pandawa dan Kurawa.

Profesi seorang Guru adalah profesi yang memegang peranan penting pada peradaban manusia. Ilmu berkembang melalui percobaan dan kesalahan, seorang guru lah yang mengajarkan kepada generasi penerus untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Proses belajar dan mengajarkan ini berlangsung terus menerus sehingga umat manusia bisa selalu berubah ke arah yang lebih baik. Pernahkah anda membayangkan berapa waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mencari komposisi yang tepat untuk membuat roti? Guru memasak bisa mengajarkannya dalam waktu lima menit, sisa waktunya bisa digunakan oleh siswa untuk mengeksplorasi kemungkinan pengembangan jenis-jenis roti. Penemuan jenis roti baru ini kemudian diajarkan oleh guru kepada siswa yang lain, sehingga ilmu terus berkembang.

Perkembangan jaman telah semakin cepat. Ada pihak yang menyatakan perkembangan 10 tahun terakhir telah lebih banyak daripada 100 tahun sebelumnya. Perkembangan teknologi informasi dengan cepat bisa membagikan suatu informasi dari satu belahan dunia ke belahan dunia yang lain. Peralatan elektronik bisa berganti setiap bulan. Jika kita bandingkan telepon genggam 30 tahun yang lalu dengan telepon pintar jaman sekarang, maka kita bisa melihat sejauh mana perkembangan telah membawa kita. Transformasi dari sebuah perangkat yang hanya untuk menelepon menjadi sebuah komputer mini hanya terjadi pada satu dekade terakhir. Cepatnya laju perubahan ini bisa menjadi peluang atau ancaman bagi Guru.

Mau tidak mau Guru harus beradaptasi dengan laju perkembangan jaman. Guru harus beradaptasi dalam materi ajar dan cara mengajar.

Ilmu akan terus berkembang selama ilmuwan melakukan penelitian. Waktu saya masih di bangku sekolah guru saya mengajarkan Pluto sebagai planet terakhir dari Tata Surya. Sekarang ilmuwan di Dunia telah sepakat untuk tidak mengakui Pluto sebagai planet. Ini mengakibatkan pemahaman yang saya miliki berbeda dengan pemahaman keponakan saya. Guru yang mengajar saya dulu tentu harus mengadaptasi materi ajarnya, karena akan menjadi aneh jika ia tetap bersikeras mengatakan Pluto sebagai planet terakhir dari Tata Surya. Oleh karena itu Guru adalah pihak pertama yang harus "melek" informasi.

Guru juga harus mengadaptasi cara mengajar. Perkembangan jaman turut mengubah pola pikir siswa. Informasi yang diterima oleh siswa tidak terbatas hanya dari bangku sekolah. Melalui internet siswa telah bisa mengakses sejuta informasi terkait suatu topik. Hal ini membedakan pola pikir siswa jaman dahulu dengan jaman sekarang.

Jaman dahulu siswa diharapkan hanya menerima semua materi yang diajarkan oleh Guru. Model pendidikan jaman dahulu adalah siswa seringkali disuruh menghapal. Soal-soal ujian pun biasanya berupa jawaban dari materi hapalan. Semua jawaban dari soal itu terpampang dengan jelas di dalam buku wajib siswa. Pola seperti ini dilaksanakan hingga tingkatan SMA (pengalaman saya). Pada masa kuliah semuanya mulai diubah. Mahasiswa dirangsang untuk berpikir kritis dan mempertanyakan semua hal. Jika siswa pada fase SMP atau SMA mulai berpikir kritis, kadangkala dianggap nakal dan suka mencari masalah. Siswa seperti itu bisa mengucapkan selamat tinggal dengan nilai bagus.

Pola pendidikan "menyuapi" tersebut seringkali membuat siswa bosan (saya lihat dari keponakan saya yang masih SMP). Siswa yang awalnya sangat bersemangat akan materi baru lebih mudah menemukan pembahasan akan materi tersebut di Internet. Bahkan cara penyajiannya pun bisa lebih menarik. Pelajaran yang sebelumnya hanya menatap buku teks telah berubah menjadi animasi menarik. Jika ini terus terjadi bisa-bisa siswa lebih malas ke sekolah daripada ke Warung Internet.

Ada guru yang telah bisa beradaptasi. Meski belum merata ke seluruh pelosok negeri ini, namun beberapa orang guru telah mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman. Ada guru yang mampu membuat stelarium dari barang bekas sebagai alat bantu mengajar astronomi.

Pemerintah harus mendukung adaptasi guru. Kesenjangan akses informasi antara kota besar dan pelosok sedikit banyak berkontribusi pada perbedaan kemampuan adaptasi guru. Hal ini berimbas juga pada pemahaman siswa terhadap materi ajar. Sebagai pihak yang memiliki kewenangan dan kemampuan dalam pemerataan pendidikan, pemerintah seharusnya mendorong guru-guru untuk bisa beradaptasi dengan cepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun