Berkembangnya media sosial, tak menutup kemungkinan makin masifnya penyebaran pesan yang bertendensi untuk adu domba. Oleh karena itu, kemampuan untuk menyaring dan memilih informasi yang valid menjadi sangat penting saat ini.
Apalagi dalam situasi sosial politik menjelang masa-masa Pemilu saat ini. Berbagai pesan yang berusaha mengadudomba masyarakat menjadi lebih banyak di media sosial.
Kadang, pesan-pesan provokatif tersebut direproduksi ulang dari masa sebelumnya. Namun tujuannya tetap sama, yaitu untuk menyudutkan pihak tertentu dengan fitnah dan mengacaukan masyarakat.
Seperti misalnya opini yang ditulis oleh Faizal Assegaf ini. Melalui tulisannya yang berjudul "SBY Beri Sinyal Lengserkan Rezim Jokowi" ini bertendensi hendak mengadu domba antara Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Republik Indonesia sekarang Joko Widodo.
Tulisan tersebut sebenarnya pernah beredar pada Januari tahun lalu, namun kini direproduksi ulang oleh portal berita abal-abal abadikini.com untuk mengacaukan situasi yang telah kondusif.
Dalam artikel tersebut, Faizal ingin menggiring opini masyarakat bahwa rezim Jokowi saat ini begitu dibenci oleh Presiden-Presiden sebelumnya, termasuk oleh SBY. Hal itu karena situasi saat ini dianggap bisa menjerumuskan bangsa dan negara Indonesia pada kehancuran.
Untuk itu, pembuat artikel 'ngawur' itu menafsirkan sebuah komentar SBY di Twitter sebagai ajakan untuk  melengserkan Jokowi.
Tentu saja informasi itu adalah fitnah, baik pada pemerintahan Jokowi maupun pada kubu SBY.Â
Hubungan antara dua pemimpin negara Indonesia tersebut sejauh ini sangat baik. Bahkan saling mendukung satu sama lain. Tak ada upaya penggulingan kekuasaan seperti yang diduga oleh Faizal Assegaf tersebut.
Faizal Assegaf ini memang dikenal sebagai penyebar fitnah dan informasi hoax di media sosial. Meski melabeli dirinya sebagai pengamat politik, namun sejatinya dia tak lebih dari provokator saja.
Ia kerap menyudutkan pemerintahan Jokowi dengan konten yang negatif, seperti menuduh pemerintahan saat ini sebagai rezim otoriter, pro-komunis atau anti umat Islam. Padahal dirinya tak memiliki data atau bukti apapun atas berbagai tuduhan tersebut.