Mohon tunggu...
M Iqbal J Permana
M Iqbal J Permana Mohon Tunggu... Peminat ilmu Ekonomi dan Kebudayaan

Seorang pembelajar ilmu ekonomi yang tertarik dengan revolusi digital 4.0, marketing 6,0 dan utilitarianisme kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Perbankan Syariah Malaysia Lebih Unggul : Mampukah Indonesia Mengejarnya

3 Juni 2025   07:03 Diperbarui: 3 Juni 2025   09:09 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang bankir syariah sumber :  istimewa


Tertinggal dari Perbankan Syariah Malaysia 
 
Skala Bisnis dan Pertumbuhan Aset
Malaysia mencatat aset perbankan syariah sebesar USD 630 miliar, mencakup 35% total perbankan nasional. Pertumbuhan tahunannya mencapai 12% (2023-2024), didorong ekspansi global dan digitalisasi. Maybank Islamic, bank syariah terbesarnya, menguasai aset USD 180 miliar terbesar di Asia Tenggara.  

Indonesia masih tertinggal dengan aset USD 78 miliar  (hanya 7% dari total perbankan nasional). Pertumbuhannya 8.5%, lebih lambat dari potensi pasar. Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai pemimpin pasar hanya memiliki aset USD 25 miliar.  

Aset perbankan syariah Malaysia 8 kali lebih besar daripada Indonesia, meski populasi Muslim Indonesia 11 kali lebih besar.  

Malaysia berhasil menjadikan perbankan syariah sebagai layanan Utama :  
- 35% nasabah Muslim menggunakannya,  
- 60% non-Muslim memanfaatkan produk investasi syariah,  
- Tingkat literasi keuangan syariah mencapai 92%.  

Indonesia  masih terjebak dalam persepsi "khusus Muslim religius":  
- Hanya 7% nasabah Muslim yang menjadi nasabah bank syariah,  
- Literasi keuangan syariah sangat rendah (8.1%),  
- Meski memiliki jaringan cabang lebih banyak (2.500+), efisiensinya rendah.  

Malaysia memimpin dalam transformasi digital:  
- 100% bank syariah telah mengadopsi blockchain (contoh: Maybank Islamic menggunakan Ripple untuk transfer lintas negara),  
- Terdapat 42 perusahaan fintech syariah seperti platform crowdfunding Ethis,  
- Fitur unggulan seperti robo-advisor syariah dan kalkulator zakat berbasis AI.  

Indonesia masih dalam tahap uji coba:  
- Hanya 3 bank syariah (BSI, BCA Syariah, BNI Syariah) yang menguji blockchain,  
- Jumlah fintech syariah terbatas (14 perusahaan), didominasi P2P lending seperti ALAMI,  
- Kendala utama: Fatwa DSN-MUI untuk smart contract belum jelas.  

Dampak Teknologi: Digitalisasi menekan biaya operasi bank syariah Malaysia hingga 30% lebih rendah daripada Indonesia.  

4. Kinerja Keuangan
Malaysia menunjukkan efisiensi tinggi terlihat dari indikator rasio keuangan berikut ini :
- ROA (Return on Assets): 2.1%
- NPL (Non-Performing Loan)**: 1.4%  
- BOPO, Ratio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional): 45%  

Sementara Indikator rasio keuangan perbankan syariah di Indonesia masih bergulat dengan inefisiensi:  walaupun sudah dilakukan merger sesama bank syariah besar di Indonesia.
- ROA: 1.2%  
- NPL: 3.0%  
- BOPO: 85% (tertinggi di ASEAN) akibat terlalu banyak cabang dan proses manual.  

5. Daya Saing Global
Dalam menghadapi daya saing global,  Perbankan syariah di Malaysia adalah pemimpin yang  tak terbantahkan:  
Mereka Menguasai 65% pasar sukuk global,  
Dengan Peringkat #1  sebagai Islamic Finance Country Index (GCFI 2023),  Lima bank syariahnya meraih peringkat AAA.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun