Tertinggal dari Perbankan Syariah MalaysiaÂ
Â
Skala Bisnis dan Pertumbuhan Aset
Malaysia mencatat aset perbankan syariah sebesar USD 630 miliar, mencakup 35% total perbankan nasional. Pertumbuhan tahunannya mencapai 12% (2023-2024), didorong ekspansi global dan digitalisasi. Maybank Islamic, bank syariah terbesarnya, menguasai aset USD 180 miliar terbesar di Asia Tenggara. Â
Indonesia masih tertinggal dengan aset USD 78 miliar  (hanya 7% dari total perbankan nasional). Pertumbuhannya 8.5%, lebih lambat dari potensi pasar. Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai pemimpin pasar hanya memiliki aset USD 25 miliar. Â
Aset perbankan syariah Malaysia 8 kali lebih besar daripada Indonesia, meski populasi Muslim Indonesia 11 kali lebih besar. Â
Malaysia berhasil menjadikan perbankan syariah sebagai layanan Utama : Â
- 35% nasabah Muslim menggunakannya, Â
- 60% non-Muslim memanfaatkan produk investasi syariah, Â
- Tingkat literasi keuangan syariah mencapai 92%. Â
Indonesia  masih terjebak dalam persepsi "khusus Muslim religius": Â
- Hanya 7% nasabah Muslim yang menjadi nasabah bank syariah, Â
- Literasi keuangan syariah sangat rendah (8.1%), Â
- Meski memiliki jaringan cabang lebih banyak (2.500+), efisiensinya rendah. Â
Malaysia memimpin dalam transformasi digital: Â
- 100% bank syariah telah mengadopsi blockchain (contoh: Maybank Islamic menggunakan Ripple untuk transfer lintas negara), Â
- Terdapat 42 perusahaan fintech syariah seperti platform crowdfunding Ethis, Â
- Fitur unggulan seperti robo-advisor syariah dan kalkulator zakat berbasis AI. Â
Indonesia masih dalam tahap uji coba: Â
- Hanya 3 bank syariah (BSI, BCA Syariah, BNI Syariah) yang menguji blockchain, Â
- Jumlah fintech syariah terbatas (14 perusahaan), didominasi P2P lending seperti ALAMI, Â
- Kendala utama: Fatwa DSN-MUI untuk smart contract belum jelas. Â
Dampak Teknologi: Digitalisasi menekan biaya operasi bank syariah Malaysia hingga 30% lebih rendah daripada Indonesia. Â
4. Kinerja Keuangan
Malaysia menunjukkan efisiensi tinggi terlihat dari indikator rasio keuangan berikut ini :
- ROA (Return on Assets): 2.1%
- NPL (Non-Performing Loan)**: 1.4% Â
- BOPO, Ratio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional): 45% Â
Sementara Indikator rasio keuangan perbankan syariah di Indonesia masih bergulat dengan inefisiensi: Â walaupun sudah dilakukan merger sesama bank syariah besar di Indonesia.
- ROA: 1.2% Â
- NPL: 3.0% Â
- BOPO: 85% (tertinggi di ASEAN) akibat terlalu banyak cabang dan proses manual. Â
5. Daya Saing Global
Dalam menghadapi daya saing global,  Perbankan syariah di Malaysia adalah pemimpin yang  tak terbantahkan: Â
Mereka Menguasai 65% pasar sukuk global, Â
Dengan Peringkat #1 Â sebagai Islamic Finance Country Index (GCFI 2023), Â Lima bank syariahnya meraih peringkat AAA. Â