Mohon tunggu...
Syahrul Munir
Syahrul Munir Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Hobi Bersepeda dan Jalan Santai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

1 Abad NU dan Tradisi Santri Babakan Mageung Sukabumi

7 Februari 2023   15:36 Diperbarui: 7 Februari 2023   16:00 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Nahdlatul Ulama memadati Stadion Delta Sidoarjo dalam perayaan Harlah 1 Abad NU Tahun 2023. (FOTO: NU Online)

Jakarta, 7 Februari 2023 -- Hari ini, tepat Harlah Nahdlatul Ulama (NU) 100 tahun alias satu abad. Perayaan hari lahir NU ini di Sidoarjo, Jawa Timur berlangsung meriah. Apakah kamu punya kenangan di hari lahir NU ini? Bagi anak pondok, saya yakin seribu persen pasti punya kisah berkaitan dengan NU.

Peringatan 1 Abad NU Tahun 2023 ini mengusung tema Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru. Presiden Joko Widodo hadir dalam hari lahir NU di Sidoarjo, Surabaya. Ini simbol keberagaman umat Islam yang menghormati warisan peradaban Islam terdahuu.

Dua hari terakhir ini, media sosial banjir dengan twitbon Harlah NU 1 Abad. Beragam model dan narasi ucapan selamat 100 tahun NU. Perasaan campur aduk antara senang bercampur sedih. Senangnya lantaran melihat tumpah ruah umat muslim melantunkan solawat berbarengan. Subhanallah!

Sedihnya, karena saya hanya bisa menikmati lantunan solawat dalam perayaan harlah itu tidak secara langsung, hanya melalui rekaman video di jejaring sosial.

Sidoarjo seperti lautan manusia yang berkumpul merayakan satu abad NU. Begitu pula kondisi di Jalan Tol, persisnya di Pintu tol keluar Sidoarjo mengalami kemacetan panjang. Penampakan antrian kendaraan mengular di pintu keluar tol Sidoarjo ini sudah terjadi sejak pagi hari sekitar pukul 05.30 WIB.  

Solawat Nabi menggema di sepanjang jalan Sidoarjo. Umat muslim dengan ciri khas kopiah hitam dan sebagian peci putih dengan kain sarung berduyun-duyun menuju lokasi Harlah NU.

Lahirnya Nahdlatul Ulama ini tidak bisa lepas dari sejarah panjang perjuangan kalangan pesantren membela keberagaman dan menolak pembatasan mazhab yang waktu itu dilakukan Raja Ibnu Saud yang ingin menerapkan azas tunggal, yakni Mazhab Wahabi di Makkah.

Bukan hanya menerapkan Mazhab Wahabi, Raja Ibnu Saud juga ingin menghancurkan seluruh peninggalan atau warisan peradaban Islam, yang dianggap sebagai bidah. Situasi masyarakat kala itu memang banyak umat muslim yang berziarah ke pusat sejarah Islam waktu itu.

Kalangan pesantren kala itu sudah dicoret dari keanggotaan Kongres Al Islam di Yogyakarta tahun 1925. Dengan begitu kalangan pesantren kehilangan suara dalam Muktamar Alam Islam atau Kongres Islam Internasional di Makkah.

Dengan menerapkan strategi brillian, kalangan pesantren membuat delegasi sendiri dengan membentuk Komite Hejaz yang diketuai KH Wahab Hasbullah. Delegasi ini akhirnya mematahkan politik azas tunggal Raja Ibnu Saud. Walhasil, Makkah hingga saat ini bebas beribadah bagi mazhab apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun