Mohon tunggu...
Cendra Devayana Putra
Cendra Devayana Putra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Peneliti

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Usaha Mikro Bisa Bertahan?

28 Oktober 2022   18:31 Diperbarui: 28 Oktober 2022   18:35 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Pemerintah Indoneisa mulai berfokus untuk mengembangkan UMKM di Indonesia sejak beberapa tahun lalu. UMKM secara definisi merupakan usaha mikro kecil mengah yang dimiliki oleh perorangan atau badan usaha. UMKM dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan pendapatan brutonya: mikro, kecil, menengah, dan besar. Usaha mikro memiliki pendapatan bersih kurang dari 50 juta. Usaha kecil memiliki pendapatan bersih 500 juta. Usaha menengah memiliki pendapatan bersih 10 miliar. Dan terkahir, usaha besar memiliki pendapatan lebih dari 10 milliar. Kami menyoroti usaha mikro karena memiliki batas pendapatan bersih yang sangat sedikit.

Usaha mikro mendapatkan untung penjualan bersih kurang dari 50 juta per tahun atau 4.2 juta per bulan. Untung bersih ini tidak mencukupi kebutuhan hidup masyarakat kota yang rata-rata sebesar 1.487 juta per kapita atau 5.948 juta jika satu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak. Belum lagi biaya sewa tempat per bulan yang bisa lebih dari 500 ribu per bulan. Kebutuhan-kebutuhan ini membutuhkan tambahan dana lebih 1.748 juta per bulan untuk menjalankan prekonomiannya. Secara logika, usaha mikro adalah usaha yang paling jauh dari standar hidup layak di Indoensia.

Selain kemampuan keuangan yang sudah cenderung kurang, covid-19 membuat usaha mikro semakin terpuruk. Sebanyak 3.011 usaha di Indonesia tutup pada saat itu. Ada tiga alasan tutup yaitu kurangnya biaya, penurunan permintaan, dan regulasi pemerintah. Proporsi alasan sebesar masing-masing 35 persen, 30 persen, dan 27 persen. Dari proporsi alasan tersebut, kita bisa mengatakan bahwa ketiga alasan tersebut adalah alasan mayoritas usaha mikro.

Oleh karena dua alasan diatas, opini ini dibuat untuk menyebarkan pemikiran penulis tentang pentingnya belanja di usaha mikro. Penulis tidak ada maksud untuk berhenti berbelanja di usaha menengah sampai besar.

Belanja untuk menjalankan Roda Perekonomian

Dari pendahuluan opini ini, belanja untuk menjalankan roda ekonomi mungkin menjadi sebuah alasan klasik tentang pentingnya belanja di usaha mikro. Saat kita menggunakan jasa atau membeli produk, kita secara tidak sadar atau sadar telah menjalankan prekonomian usaha mikro tersebut. Uang yang kita berikan ke mereka akan digunakan untuk re-stock bisnis mereka dan sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Usaha mikro ini mensupply produknya dari usahanya dari usaha mikro lain seperti supplayer produk kecil lainnya. Dengan kata lain, kita tidak hanya menjalankan satu usaha mikro saja tapi juga usaha-usaha mikro lain yang berhubungan.

Pemilik warung cenderung berhemat untuk tetap menjalankan prekonomian. Contohnya, warung giras podomoro. Warung ini berjualan minuman es, kopi, rokok, dan beberapa makanan siap saji lainnya. Warung ini mendapatkan supplay es dari sesama usaha mikro yang memasok es di setiap pagi. Selain itu, warung ini juga mensupplay es sasetnya dari toko kelontong yang tidak jauh dari lokasi bisnisnya.

Memperluas Tali Persaudaraan

Manusia diciptakan sebagai suatu makhluk social yang tidak terlepas dari interaksi social. Setiap pertemuan manusia cendering akan meningkatkan empati keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun