Mohon tunggu...
Winni Soewarno
Winni Soewarno Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa yang sedang belajar menulis

Perempuan yang sedang belajar menulis dan mengungkapkan isi kepala. Kontak : cempakapt@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ini Hampersku, Apa Isi Hampersmu?

22 April 2022   15:32 Diperbarui: 22 April 2022   17:04 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://mizanstore.co

Saat masih bekerja, menjelang Idul Fitri aku punya kegiatan yang agak tak biasa kalau tak bisa dibilang unik. Sekitar sepuluh hari menjelang hari Idul Fitri ada beberapa hampers -- bingkisan, hadiah, parcel -  yang biasanya mampir ke rumah. Aku selalu berpesan pada siapapun yang menerimanya di rumah,  agar meminta nama dan alamat lengkap pengirim. Selain untuk mengucapkan terimakasih, kecuali dari keluarga, hampers itu akan kukembalikan. Kok dikembalikan? pertanyaannya pasti seperti itu.

Kebiasaan ini sudah kulakukan sejak lama. Saat itu belum ada himbauan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahwa pejabat negara dan pegawai negeri sipil untuk tidak menerima dan memberi bingkisan di luar pemberian kantor. Tentunya itu  yang ada hubungannya dengan jabatan dan dan tugas yang diembannya. KPK mengkategorikan penerimaan itu sebagai gratifikasi meskipun bentuknya bingkisan hari raya.

Atas dasar itu, institusi tempatku bekerja membuat himbauan internal yang berlaku bagi seluruh pegawainya. Seperti KPK, institusiku tak segan menerapkan hukuman bagi yang melanggarnya. Itu mempermudahku untuk menolak kiriman.

Tapi bukan itu alasan utamanya menolaknya. Belajar dari pengalaman senior-seniorku, hampers atau apapun itu, dapat menimbulkan konflik kepentingan. Terutama jika itu terkait dengan tugas.  Bingkisan ini tak cuma-cuma, sering ada udang di balik batu. Sebagian besar pengirim hadiah mengharapkan dapat dilancarkan urusannya. Penerima bingkisan tentu saja bisa merasa ewuh pakewuh -- tak enak, sungkan menolak. Yang memberi, seolah di atas angin dapat 'memaksa' untuk dituruti. Keputusan yang diambil bisa menjadi bias. Berkaca pada kejadian-kejadian yang terjadi, hampers yang dialamatkan dengan maksud tertentu, sedapat mungkin dihindari. Caraku adalah dengan mengembalikannya apabila sudah terlanjur tiba di rumah.

Namun, apakah hampers hari raya harus dihindari semua? Menurutku tidak juga. Bingkisan untuk keluarga besar dan teman yang tidak berkaitan dengan kantor tetap dapat disiapkan. Ini bukan untuk memudahkan urusan tetapi menyatakan rasa sayang dan perhatian untuk keluarga dan teman.

Menyiapkan hampers untuk keluarga selalu mengasikkan untukku. Dulu, isi yang kusiapkan untuk bingkisan ini adalah benda-benda yang bisa digunakan sehari-hari seperti cangkir minum, toples, tempat makanan dan perlengkapan rumah tangga lainnya. Setelah itu berubah bentuk menjadi panganan dalam tempat yang cantik. Seringkali aku juga menerima kiriman yang sama. Sesering itu juga aku membongkarnya dan menatanya lagi untuk diberikan lagi kepada yang lain. Sayang bila mendapatkan barang yang sama dalam jumlah banyak tapi tak bisa dimanfaatkan.

Jadi teringat saat dulu diundang ke pesta pernikahan. Saat hadiah bagi mempelai belum lazim dalam bentuk amplop seperti saat ini. Aku sering sekali membungkus ulang barang  yang kuterima dulu.  Yang paling banyak adalah perlengkapan makan berupa piring, gelas dan cangkir.  Aku masih punya persediaan cukup banyak dari pesta pernikahan adikku.  Untung saja sekarang sudah jauh lebih praktis. Yang diundang tak perlu repot membungkus dan membawa hadiahnya. Sejumlah nominal tertentu dimasukkan kedalam amplop dan selesai. Terserah penerima akan digunakan untuk keperluan apa.

Melihat fenomena itu, aku tak lagi menyiapkan barang atau panganan untuk kirimanku. Aku orang yang sangat suka buku. Aku berharap orang merasakan keasikan yang sama saat membaca. Aku mulai  mengirimkan hampers berisi buku. 

Dimulai dengan melihat apa yang diminati atau dibutuhkan penerima, aku memilih isinya. Bagi yang suka memasak, ada beberapa buku memasak atau buku mengenai gizi makanan disertakan didalamnya. Untuk yang menyukai sejarah, buku mengenai sejarah termasuk novel sejarah akan diisikan didalamnya. Bagi yang senang buku inspirasi atau buku agama maka jenis itulah yang akan diperbanyak. Satu  - dua buku ber-genre lain disisipkan. Untuk memberi sentuhan pemanis dan nuansa lain. 

Tahun berikutnya bisa saja isinya berbeda. Mungkin gabungan antara buku dengan pernak-pernik dari wastra tradisional Indonesia. Sebuah buku tentang batik atau tenun disertai sepotong kainnya,  atau hasil kerajinan  dari batik atau tenun akan menyenangkan hati bibi dan pamanku yang akan menerimanya. Membayangkannya saja sudah menyenangkan.

Aku masih meneruskan kebiasaan hampers buku tahun ini. Mereka ternyata lebih menghargai isi hampers yang kukirim sebelumnya. Tahun ini masih buku isinya. Tambahan yang seru adalah sebuah buku yang disertai tanda tangan penulisnya. Tertulis juga nama yang akan menerimanya. Terasa lebih pribadi dan spesial tentunya.  Aku tak pernah dan tidak berminat  menceritakan ini dalam media sosialku. Aku lebih suka menjadikannya sebagai ungkapan pribadi yang tak perlu dibagi. Jadi selama tak ada kaitan dengan pekerjaan, tak ada kepentingan yang dilekatkan, sah saja hampers dikirimkan.

Semoga ada hampers mampir untukmu ya...

Salam

Winni Soewarno

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun