Uang jasa pelayanan dapat melebihi besaran gaji pokok. Ini terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bali, Medan, dan Balikpapan.
Penjelasan tentang gaji di atas, hanyalah sebuah contoh saja, pasalnya kondisi pandemi yang kurang menguntungkan bisnis hotel sejak setahun lalu menjadikan segalanya berubah.
Di masa sekarang, uang jasa pelayanan tidak lagi dipersoalkan, alasannya Senin-Kamis, on-off. Jumlah tamu berkurang, juga pelayanan. Menerima gaji pokok saja, sudah sangat bersyukur.
Gaji bersifat rahasia, hanya karyawan bersangkutan, HRD, FC, GM, HoD terkait yang boleh mengetahuinya serta membicarakannya.
Namun kenyataannya, banyak karyawan hotel mempercakapkan hingga gaji seorang GM pun terendus!
Jika kita bijaksana, gaji besar (kalau itu menurutmu besar) tergantung kualitas pekerjaan individu. Katakanlah mengapa seseorang dapat mencapai puncak karier, ia berhak, layak mendapat upah sepadan.
Sebenarnya hal tabu mempercakapkan gaji kolega tanpa memandang perjuangan karier yang bersangkutan. Terkadang mereka berkorban agar dapat mengikuti sekolah online, pulang larut tanpa imbalan. Tanpa perhitungan selalu siap membantu.
Dimanapun, dulu dan sekarang, gaji selalu menjadi bahan gunjingan karyawan. Entah mengapa kok berita menyebar dari mulut ke mulut, gonjang ganjing tentang besaran gaji seseorang tersiar.
Bukankah hal ini dapat melukai hati karyawan yang kurang beruntung?
Bekerja memang untuk mencari nafkah. Biarkan setiap orang memiliki rezeki dan keberuntungan masing-masing.
Jika fokus kita, tidak melulu kepada upah, suatu saat, kala di puncak karier, tak terasa bahwa kita telah berupah di puncak.