Mohon tunggu...
Syafitriandy
Syafitriandy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidik Teladan Inspirasi Generasi Harapan

12 Mei 2019   09:23 Diperbarui: 12 Mei 2019   09:32 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Esensi mendidik adalah mengangkat harkat dan martabat murid, membuatnya berani bermimpi dan membuat hal besar" (Andrea Hirata-Laskar Pelangi).

Pendidikan  selalu menjadi  inspirasi bagi manusia untuk melakukan perubahan. Diperbincangkan setiap lapisan dari masyarakat sampai pejabat, semuanya terkesan berbicara demi peningkatan mutu pendidikan, meskipun dengan kesan agak dipaksakan. 

Terlebih menjelang dan sesudah kegiatan perhelatan Ujian Nasional, namun selalu menjadi bias akibat dari proses pendidikan peninggalan watak kolonial, terjadi bias perilaku pendidikan baik yang masih mengenyam bangku pendidikan sampai yang telah berhasil menjadi outpun pendidikan.  

Berangkat dari hal ini Pemerintah baik dari pusat maupun daerah  mengeluarkan konsep kebijakan  pendidikan berorientasi pada pendidikan yang membentuk dan menekankan aspek perilaku yang dikenal dengan pendidikan  karakter.

Berbicara pendidikan karakter bukanlah barang baru bagi insan pendidik di tanah air ini, sejak jaman penjajahan, kemerdekaan, orde lama, orde baru sampai era reformasi dan entah orde apa namanya lagi . Pendidikan sebenarnya telah terintegrasi dengan pembentukan karakter seperti yang digagas oleh para penggiat pendidikan dan para tokoh agama pun telah mengajarkan sebab di dalam agama telah termaktub nilai-nilai karakter.

Ini seolah-olah ada dikotomi pendidikan ada pendidikan karakter tentu ada pula pendidikan tidak berkarakter, nah sekarang siapa yang mau dituding atau disalahkan  menjadi insan pendidik yang tidak berkarakter ? dengan menjudge Insan Pendidik tidak mempunyai berkarakter,  tentu  tidak ada  seorangpun  yang  mau.

Seiring angin kebebasan demokrasi  dengan adanya  kebebasan berpendapat serta iklim demokrasi yang terbuka, namun tidak di iringi dengan kualitas kematangan jiwa anak bangsa yang memegang peran di pemerintahan atau katakanlah sebagai Stake Holder menyebabkan terjadi degradasi keteladanan, manusia biasanya akan meniru orang yang dianggap lebih tinggi kedudukannya, baik dari segi umur, pengalaman, bahkan kedudukan dan tidak mau peduli apa yang dilakukan benar atau salah, asalkan telah dilegitimasi dan dianggap benar akan kebijakannya  meskipun salah maka hal tersebut tidak menjadi masalah, artinya  segala perbuatan dan tingkah laku bukan berorientasi pada nilai-nilai luhur bangsa ini, baik yang bersumber  dari kebudayaan maupun dari agama. 

Namun segala tingkah laku dianggap benar jika jika telah terlindungi sebuah peraturan perangkat kebenaran yang bernama Undang-undang inilah yang menjadi masalahnya.  

Manusia  yang melakukan sesuatu yang benar jika  menurut undang-undang salah  tentu akan dihukum, diproses sesuai dengan hukum posistif yang berlaku. Maka kehancuran dan kebobrokan karakter ini bukan hanya muncul tiba-tiba, namun telah mengakar dan tertanam begitu lama, dan ketika kran kebebasan terbuka, maka ia akan meledak dengan hentakan dan dentuman  yang luar biasa.

Nah sebagai seorang pendidik tugas Insan pendidik bukan hanya mengkritisi peraturan, walaupun itu juga diperlukan, namun tugas utamanya adalah membentuk  kepribadian siswa sebagai peserta didik agar mereka mampu menjadi Stake Holder yang merubah setiap kebijakan tanpa ada keberpihakan kecuali kepada nilai-nilai kebenaran dengan keteladanan. 

Dalam UU Sisdiknas  Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 ayat 4 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan telah ditegaskan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun