Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Wisata Ziarah: 1 Muharram 1431 Hijriyah

22 Desember 2009   03:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49 2905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai orang keturunan Muslim, setiap tahun saya selalu merayakan acara Tahun Baru Islam 1431 H atau lebih dikenal dengan Suroan. Lho kok keturunan muslim sich. Khan saya lahir ke dunia sudah dianggap muslim karena Bapak-Ibu saya beragama Islam. Jadi bisa dikatakan keturunan Muslim yang masih memegang ajaran orang tua-orang tua jaman dulu yang selalu merayakan Suroan (1 Muharram) tiap tahunnya. Lagipula memang inilah tahun baru Islam yang sudah seharusnya dirayakan.

Sudah sebulan yang lalu, saya mempersiapkan diri untuk merayakan acara Suroan yang diadakan oleh Padepokan Galeuh Pakuan Pajajaran milik Kakek Buyut (Uyut) di Sumedang. Pada tahun ini ada suatu yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena pada suroan kali ini yang bersamaan dengan Jumat Kliwon akan diperdengarkan kembali Gong Renteng Kabuyutan (Pusaka berupa alat musik Gong yabg sangat dikeramatkan oleh masyarakat Sumedang Larang). Gong ini tidak boleh sembarangan diperdengarkan pada waktu-waktu tertentu dan dilarang dimainkan bertepatan dengan malam Jum'at Kliwon.  Tetapi kenapa pada tahun ini justru Gong Renteng Kabuyutan justru dimainkan pas malam 1 Muharram yang kebetulan bertepatan dengan malam Jumat Kliwon. Ada pertanda apa ini ? Tidak ada yang tahu kecuali yang tahu.

Kamis pagi tepat jam 5 pagi saya berangkat ke stasiun Gambir dengan menggunakan kereta api menuju Bandung. Tepat jam 6.10 pagi kereta Argo Gede berangkat menuju Bandung. Selama di dalam kereta api, saya mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk Suroan nanti. Tetapi ada satu yang kurang yaitu kamera digital tidak bisa dibawa karena sedang diperbaiki akibat jatuh pas ada acara pernikahan teman. Mau ga mau saya menggunakan kamera HP 2 Mega Pixell dengan harapan diperoleh gambar yang bagus atau minimal tidak jelek-jelek banget. Setelah dicoba-coba beberapa kali hasil jepretan kamera HP diperoleh hasil gambar yang lumayanlah. Cuma yang jadi kendala adalah pada saat pengambilan gambar malam hari. Saat itu saya  berharap mendapatkan momen yang bagus.

Tanpa terasa kereta api sampai di Bandung tepat pukul 9.20 pagi. Sesuai dengan rencana yang dibuat bersama teman di Bandung, saya akan dijemput di stasiun Bandung dan langsung diantar ke Sumedang. Memang saya sempat menunggu beberapa menit dan datanglah mobil teman asal Bandung dengan warna khas jingganya. Tanpa berlama-lama, kami langsung menuju Padepokan Galeuh Pakuan di Gunung Simpay, Kampung Cibubutl, Desa Jaya Mekar Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang. Akhirnya kami sampai di padepokan sekitar pukul 11.00 dan sudah banyak tamu yang berdatangan.

Sesampainya di Padepokan, kami langsung menghampiri Uyut yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa tamu yang kebanyakan sudah saya kenal akrab. Sebagai anak sudah menjadi kebiasaan kami untuk mencium Uyut yang sangat kami hormati dan sebagai orang tua yang selalu memberikan perhatian yang sangat besar kepada seluruh anak-anak atau orang-orang yang sudah mengenal beliau.

Tiba-tiba terdengar suara musik yang sepertinya pengiring gerakan pencak silat yang dilakukan mulai dari pesilat dewasa sampai pesilat berusia muda. Tampak sekali adanya harmonisasi antara suara musik dengan gerakan pencak. Sungguh indah peninggalan para leluhur (karuhun) Sunda jaman dulu yang masih tetap eksis sampai sekarang.

[caption id="attachment_41430" align="aligncenter" width="500" caption="Acara Pencak Silat diiringi musik pencak"][/caption]

Sayang sekali, saya hanya bisa mengabadikan momen tersebut lewat kamera HP yang hasilnya kurang maksimal seandainya memakai kamera SLR mungkin hasilnya memuaskan.

Tanpa terasa hari mulai sore dan acara pencak silat suadh selesai ditampilkan. Tamu-tamu dari berbagai daerah berdatangan dan halaman padepokan sudah dipenuhi mobil para tamu dimana tidak menyisakan tempat secuilpun sehingga tidak semua mobil bisa parkir di dalam padepokan (di luar padepokan pun sudah berjejer mobil-mobil yang parkir).

Bolak-balik saya melihat Uyut menyambut tamu yang datang. Di pendopo mulai dari satu sudut ke sudut yang lain menyambangi dan berbicara dengan para tamu. Kemudian pergi lagi ke ruang tamu di rumah utama menerima tamu yang baru datang. Sungguh melelahkan tapi tampak sekali tidak ada raut kelelahan di wajah Uyut.

[caption id="attachment_41432" align="aligncenter" width="500" caption="Sesekali Uyut melakukan pembicaraan di warung depan padepokan bersama tamu"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun