Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Batu Quran di Sanghyang Sirah

17 Maret 2010   16:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:22 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Batu Quran, Cibulakan Pandeglang (1.bp.blogspot.com)

Bagi para penziarah makam atau petilasan para nenek moyang (karuhun) orang Sunda pasti tidak merasa asing dengan nama wisata Batu Quran (Cibulakan) dengan Sumur Tujuhnya (Cikoromoi) yang merupakan salah satu tempat wisata ziarah Kabupaten Pandeglang, Banten (tepatnya 20 km dari kota Pandeglang). Batu Quran ini berkaitan erat dengan nama Syekh Maulana Mansyur, seorang ulama terkenal di jaman kesultanan Banten abad ke-15.

Syekh Maulana Mansyurlah yang meninggalkan warisan berupa Batu Quran tersebut(lebih lengkapnya bisa baca disini). Tapi tahukah kalau yang ada di Cibulakan itu adalah replika dari Batu Quran yang ada di Sanghyang Sirah, Taman Nasional Ujung Kulon. Mungkin banyak orang yang belum mengetahui tentang sejarah Batu Quran yang sebenarnya. Sejarah Batu Quran di Sanghyang Sirah berkaitan erat dengan sejarah Sayidina Ali, Prabu Kian Santang dan Prabu Munding Wangi. Apa alasan Syekh Maulana Mansyur membuat replika Batu Quran tersebut ?

Mungkin orang sudah banyak mengetahui sejarah masuk Islamnya Prabu Kian Santang yang diislam oleh Sayidina Ali ketika Prabu Kian Santang melakukan perjalanan ke jazirah Arab. Setelah masuk Islam, Prabu Kian Santang kembali ke tanah Jawa di daerah Godog Suci, Garut  dimana Prabu Kian Santang mengajarkan Islam kepada pengikutnya.

Sebagai orang Islam sudah tentu harus dikhitan. Karena keterbatasan pengetahuan Prabu Kian Santang maka terjadi banyak kesalahan dalam melakukan prosedur khitan. Bukan yang ujung kulit penis yang dipotong tapi dipotong sampai ke ujung-ujungnya. Bisa bayangkan pasti banyak yang meninggal dengan kesalahan tersebut. Akhirnya Prabu Kian Santang mengutus orang untuk menemui Sayidina Ali di jazirah Arab dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang baik dan benar tentang Khitan secara Islami.

[caption id="attachment_95956" align="aligncenter" width="300" caption="Sanghyang Sirah (dok.pribadi)"][/caption]

Kemudian Sayidina Ali dan orang suruhan Prabu Kian Santang pergi ke Godog Suci untuk memberikan pelajaran cara khitan dan beberapa pengetahuan tentang Islam. Disamping itu Sayidinna Ali ingin menyerahkan Kitab Suci Al Qur'an. Sebagai orang Muslim maka sudah pasti harus berpatokan kepada Al Quran. Karena sejak bertemu pertama kali Sayidina Ali belum pernah menyerahkan kitab Al Quran  kepada Prabu Kian Santang.

Ternyata sesampainya di Godog Suci, Prabu Kian Santang telah meninggalkan tempat tersebut dan pergi menemui Prabu Munding Wangi yang telah tilem di Sanghyang Sirah, Ujung Kulon untuk memberitahukan kepada ayahandanya kalau beliau telah menetapkan hati sebagai seorang muslim. Mendengar berita tersebut Sayidina Ali mengejar ke Sanghyang Sirah sebagai bentuk amanah dan perhatian agar Prabu Kian Santang mempunyai pegangan yang kuat berupa Kitab Al Quran. Masak sebagai muslim tidak memiliki Kitab Al Quran.

[caption id="attachment_95889" align="alignleft" width="300" caption="Konon di batu karang ini Sayidina Ali melakukan Sholat (dok.pribadi)"][/caption]

Apa yang terjadi kemudian ? Ketika sampai di Sanghyang Sirah, Sayidina Ali hanya bisa bertemu Prabu Munding Wangi. Prabu Munding Wangi mengatakan kepada Sayidina Ali kalau Prabu Kian Santang telah pergi lagi dan menghilang entah kemana setelah mendapat restu dari ayahandanya. Prabu Kian Santang adalahg satu-satunya anak Prabu Munding Wangi yang menjadi raja tapi tidak pernah memerintah kerajaan karena hidupnya didedikasikan untuk penyebaran aga Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun