Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Putra Fiji Asli dari Desa Natewa

19 Oktober 2016   17:30 Diperbarui: 19 Oktober 2016   18:04 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama saya Saula Tuikoro. Sering dipanggil Saula tapi di Natewa saya dipanggil Tuikoro. Tuikoro adalah nama bapak saya  tapi saya adalah Tuikoro Jr. Selama empat tahun saya pernah  tinggal dan bekerja sebagai staf Kedutaan Besar Republik Fiji di Indonesia. Natewa adalah sebuah desa yang letaknya di Teluk Natewa, Vanualevu (pulau terbesar kedua di Fiji). Desa yang indah dan penuh kenangan maka itu saya mengajak teman-teman Indonesia untuk berkunjung. 

Selepas jam kantor, saya dan ketiga teman Indonesia berangkat ke pelabuhan Walu Bay. Rupanya masih ada waktu 30 menit sebelum kapal Lomaiviti Pricess berangkat ke Savusavu. Kami langsung tukar kuitansi pemesanan dengan tiket kapal pp. Sekali jalan harga tiketnya FJD 60 (FJD 1 = IDR 6200).

Kapal bergerak saat senja menuju malam (Dok. Cech)
Kapal bergerak saat senja menuju malam (Dok. Cech)
Dari Savusavu berlayar kembali ke Taveuni (Dok. Cech)
Dari Savusavu berlayar kembali ke Taveuni (Dok. Cech)
Kumpulan kapal layar di Teluk Savusavu (Dok. Cech)
Kumpulan kapal layar di Teluk Savusavu (Dok. Cech)
Pukul 18.00 kapal mulai bergerak. Dibutuhkan waktu perjalanan 12 jam  menuju Savusavu. Sebuah perjalanan yang panjang. tidak terasa jam 6 pagi kapal sudah berada di perairan Teluk Savusavu dan siap-siap untuk sandar di dermaga. Kurang dari satu jam, kami berada di kapal. Selanjutnya kami berjalan keluar dermaga menuju kota Savusavu. Kami singgah sejenak di Copra Shed Marina untuk istirahat, mandi dan makan sebelum melanjutkan perjalanan ke Natewa dengan bus.

Pukul 12.10 bus rute Savusavu-Natewa memasuki terminal Savusavu.Dalam waktu setengah jam tempat duduk sudah penuh. Tiap penumpang dikenakan biaya FJD 15. Perjalanan ke Natewa membutuhkan waktu 3-4 jam karena trayek bus tidak langsung dan bus berhenti dan menarik penumpang dimana saja. Sepanjang jalan teman Indonesia lebih banyak tidur padahal pemandangan sepanjang jalan indah dan menarik.

Hampir pukul 4 sore, kami tiba di Natewa. Begitu turun dari bus kami disambut oleh keluarga paman. Peluk cium menghampiri saya. Canda dan tawa menyelimuti kedatangan kami.

Setelah rehat sejenak sambil menikmati air kelapa, sesuai adat kami maka kami, paman dan bibi membawa hadiah kava kering terbaik yang akan diberikan kepada saudara bapak tertua di Natewa. Kava pemberian tersebut nantinya akan diproses menjadi minuman tradisional Grog untuk acara penyambutan tamu pada malam hari ini.

Rehat sejenak (Dok. Cech)
Rehat sejenak (Dok. Cech)
Melepas rindu (Dok. Cech)
Melepas rindu (Dok. Cech)
Berkunjung ke Saudara Bapak tertua (Dok. Cech)
Berkunjung ke Saudara Bapak tertua (Dok. Cech)
Tidak butuh waktu rehat lama, kami berkeliling desa Natewa yang dekat sekali di Teluk Natewa. Beberapa anak desa mengikuti kami sehingga kami menjadi pusat perhatian penduduk Natewa.

Pada malam hari, setelah makan kami berkumpul dengan keluarga Natewa. Canda tawa dan cerita di malam itu sambil menikmati minuman Grog. Baru jam 2 malam teman Indonesia bergerak ke peraduannya karena rasa letih dalam perjalanan semalam.

Sunset di Teluk Natewa (Dok. Cech)
Sunset di Teluk Natewa (Dok. Cech)
Teman Indonesia tidur nyenyak sekali, baru jam 10 pagi mereka terbangun. Segera saya ajak mereka mandi di pinggir sungai kecil sebelah rumah paman yang airnya jernih sekali. Rupanya tidak hanya kami, anak-anak pun riang gembira menikmati madi di kali. Setelah mandi bibi sudah menyiapkan makan pagi dan kami pun makan bersama.

Foto bersama keluarga besar (dok. Cech)
Foto bersama keluarga besar (dok. Cech)
Karena kami hanya menginap semalam dan harus kembali ke Suva hari itu juga maka waktu yang pendek saya manfaatkan untuk bersilaturahim ke keluarga besar bapak. Banyak foto yang diambil sebagai kenang-kenangan saya.

Jam setengah dua siang, bus menuju Savusavu berhenti di depan halaman rumah keluarga besar bapak. Segera kami pamitan dan peluk cium dengan para orang tua. Ada perasaan berat untuk meninggalkan desa Natewa. Waktu satu hari sungguhlah singkat tapi kami harus kembali kerja Keesokan harinya. Perlahan tapi pasti bus bergerak meninggalkan desa Natewa menyusuri Teluk Natewa nan indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun