Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan Sepertiga Malam Terakhir Dalam Rangka Hari Pendidikan Nasional 2016

2 Mei 2016   03:15 Diperbarui: 9 April 2017   17:00 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2016 seyogianya kita jadikan bahan muhasabah (baca: refleksi) bagi pegiat pendidikan di seluruh pelosok negeri, terutama guru. Dalam rangka Hardiknas tahun 2016 ini, Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah, Anies Baswedan, telah merilis pidato tertulisnya. Dalam pidato tersebut, paling tidak ada tiga hal penting yang penulis dapat ambil.

Yang pertama, Hardiknas merupakan hari kesadaran tentang pentingnya kualitas manusia. Garis kebijakan Presiden Jokowi untuk menjadikan bangsa Indonesia yang disegani dunia dan akan berhasil dalam berbagai kompetisi global jika tinggi kualitas Sumber Daya Manusianya harus kita dukung bersama. Salah satu tugas dan kunci keberhasilan ini ada di tangan kita, para guru-guru luar biasa dari seluruh pelosok negeri, dari Sabang sampai Merauke. Di tangan kitalah bola keberhasilan pencetakan generasi bangsa yang berkualitas.  Kemanakah arah bola ini akan kita gulirkan. Kitalah yang menjadi ujung tombak dari pembentukan manusia berkualitas ini. Upaya pertama dan utama yang bisa guru-guru lakukan berawal dari ruang-ruang kelas yang merupakan taman pembentukan karakter manusia Indonesia yang kuat. Di taman-taman inilah kita tanamkan keterampilan-keterampilan inti yang diperlukan di abad 21. Bukan saja hard skillsyang selalu kita agung-agungkan, tetapi juga soft skills yang harus kita utamakan dan seimbangkan. Berikan yang terbaik untuk anak-anak generasi penerus bangsa Indonesia. Tampilkan sosok pribadi guru yang sebenarnya di hadapan anak-anak kita. Pribadi-pribadi guru yang layak untuk digugu dan ditiru. Terkadang kita lupa bahwa setiap ucapan dan tingkah laku kita akan mewarnai kehidupan mereka di masa yang akan datang. Setiap proses pembelajaran yang kita lalui bersama anak-anak di kelas akan membentuk mereka menjadi generasi bangsa yang berkualitas, atau malah sebaliknya.

Poin penting yang kedua yang bisa penulis ambil adalah bahwa telah terjadi perubahan yang begitu cepat dalam skala eksponensial yang tidak pernah ditemui dalam sejarah umat manusia. Aktor utama perubahan ini didominasi oleh revolusi di bidang teknologi. Revolusi teknologi telah merubah mindset dan tingkah generasi bangsa ini. Perubahan-perubahan yang terjadi berjalan dalam deret ukur. Cukup sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi sebulan yang akan datang, setahun yang akan datang, terlebih-lebih seabad yang akan datang. Oleh karena itu, jangan sampai kita berjalan dalam skala deret hitung. Kita harus melakukan lompatan-lompatan yang besar dalam alur pikir dan perbuatan. Yang perlu kita pikirkan dan lakukan bersama adalah memastikan bahwa apa yang kita berikan kepada anak-anak di kelas adalah keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjawab tantangan-tantangan di abad 21 ini. Keterampilan utuh yang dibutuhkan oleh anak-anak Indonesia mencakup tiga komponen yaitu kualitas karakter, kemampuan literasi, dan kompetensi.

Kualitas karakter mencakup karakter-karakter yang berakar dari budaya bangsa dan agama. Tanamkan mereka karakter-karakter yang merefleksikan nilai-nilai budaya tinggi yang kita pegang dan nilai-nilai agama luhur yang kita anut. Budaya dan adat ketimuran masih sangat relevan di abad 21 ini. Nilai-nilai agama masih sangat penting untuk dipegang agar kehidupan tidak pincang.

Kemampuan literasi tidak hanya diartikan dalam pengertian membaca dan menulis an sich.Ada kemampuan literasi lain yang menurut penulis harus kita pikirkan dan lakukan bersama, yaitu literasi mendengar (listening literacy) dan literasi berbicara (speaking literacy). Anak-anak kita harus mulai kita tanamkan literasi mendengar yang baik. Tanamkan kepada mereka bahwa mendengar merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan. Biarlah ilmu pengetahuan itu masuk melalui telinga-telinga kita agar informasi dan ilmu pengetahuan dapat diserap dengan utuh. Jadilah pendengar yang baik ketika orang lain berbicara. Itulah mengapa kita diberikan dua telinga satu mulut. Pun dalam hal berbicara. Berbicara yang baik harus kita tanamkan pada anak-anak kita. Berbicara ada etika dan aturannya. Jangan sampai berbicara membuat orang lain terluka hatinya dan tersayat jiwanya. Literasi mendengar dan berbicara harus mulai kita wujudkan dalam suatu gerakan agar generasi bangsa Indonesia menjadi generasi yang lembut hatinya dan tentram jiwanya.   

Kompetensi adalah hal mutlak yang harus ditanamkan pada anak-anak Indonesia agar menjadi generasi tangguh yang akan mampu bertahan di kehidupan global dengan segala tantangan-tantangannya. Kita harus menanamkan kompetensi yang utuh pada anak-anak kita. Bukan hanya hard competency, melainkan juga soft competency.

Hal penting ketiga yang bisa penulis ambil dari momentum Hardiknas ini adalah bahwa setiap anak lahir sebagai pembelajar, tumbuh sebagai pembelajar. Hal ini sejalan dengan fitrah manusia sejak kelahirannya sampai akhir hayatnya. Manusia dalam melalui proses kehidupannya senantiasa belajar dan belajar. Bayi yang baru lahir sudah belajar untuk mengenali alam sekitarnya. Pun ketika mereka menginjak usia remaja dan dewasa. Sebagai guru, adalah kewajiban kita untuk memberikan proses pembelajaran kepada anak-anak didik dengan baik. Dampingi mereka agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Agar pembelajaran berjalan dengan baik, maka anak-anak harus didampingi oleh guru-guru yang senantiasa belajar. Guru-guru yang senantiasa meng-update dan meng-upgrade ilmu pengetahuan dan kompetensinyaagar tidak tertinggal oleh anak-anak didiknya. Jadilah guru pembelajar (teacher as a learner). Kita sebagai guru jangan berhenti untuk belajar. Jangan merasa cukup dengan apa yang kita tahu sekarang, jangan merasa cukup dengan kemampuan yang kita miliki saat ini. Ilmu pengetahuan senantiasa berubah dengan cepat. 

Di akhir tulisan ini, penulis mengajak kepada seluruh elemen bangsa, terutama guru, untuk menggelorakan semangat anak-anak mewujudkan cita-citanya menjadi genersi yang tangguh sesuai dengan tema Hardiknas tahun 2016 ini “Nyalakan Pelita, Terangkan Cita-cita”.     

Selamat Hari Pendidikan Nasional tahun 2016. Hari kita bersama. Jayalah selalu guru-guru Indonesia!!!

Penulis:

Cecep Gaos, S.Pd

Guru SDS Puri Artha Karawang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun