Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kumohon, Hadirkan Lagi Ibu Soed untuk Menyelamatkan Anak-anak!

7 April 2017   05:15 Diperbarui: 8 April 2017   01:00 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Google Doodle

Tanggal 26 Maret adalah hari kelahiran Saridjah Niung atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Soed. Beliau dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 26 Maret 1908. Beliau meninggal dunia pada tahun 1993 ketika berusia 85 tahun. Beliau adalah seorang pemusik, guru musik, pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan, dan seniman batik Indonesia (wikipedia).

Pada tanggal 26 Maret 2017 yang lalu ada hal menarik di halaman depan Google. Google merayakan 109 Tahun Ibu Soed dengan menjadikannya Doodle di halaman depan mesin pencari terbesar tersebut. Beliau nampak sedang bernyanyi di depan mikropon dengan berkacamata dan balutan kebaya warna hijau serta selendang berwarna merah. Di samping itu, ada tampak pula tiga orang anak yang sedang asik mendengarkan beliau bernyanyi melalui radio.

Beliau sangat berjasa dalam perkembangan musik dan lagu, terutama lagu anak-anak di tanah air. Beberapa lagu anak-anak telah berhasil beliau ciptakan dan persembahkan untuk negeri. Beberapa lagu beliau yang sangat terkenal adalah Hai Becak, Burung Kutilang, Kupu-kupu, Tik-Tik Bunyi Hujan, Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, dan lain-lain. Selain itu, Ibu Soed juga telah menciptakan beberapa lagu wajib nasional, diantaranya yang berjudul Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku.

Oh Ibu, Lagu-lagumu Kini

Memasuki abad 21 yang penuh dengan lompatan-lompatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digital serta internet, anak-anak nampaknya sudah, sedang, dan terus akan termarjinalkan dari lagu-lagu yang sesuai dengan perkembangan usianya. Hal ini dikarenakan hampir setiap saat mereka dijejali -oleh televisi dan internet misalnya- dengan lagu-lagu dewasa yang sangat tidak sesuai dengan perkembangan psikologinya.

Media-media audio visual -seperti televisi- di dalam program-program tayangnya lebih sering dan lebih senang menayangkan lagu-lagu dewasa yang tidak jarang berisi hal-hal yang tidak baik, seperti kekerasan, perselingkuhan, percintaan, sensualitas, dan lain sebagainya. Semua hal tersebut sama sekali tidak mendukung terhadap perkembangan mental anak. Malah sebaliknya, akan merusak tahapan perkembangan masa kecil mereka. Semuanya nampak nirmoral dan nirnilai.

Bisa kita lihat dan buktikan, acara-acara ajang pencarian bakat menyanyi anak-anak yang ditayangkan beberapa stasiun televisi swasta misalnya, sama sekali tidak nampak dan tidak terasa ruh dan nuansa anak-anaknya. Lagu-lagu yang mereka bawakan lebih banyak -kalau tidak mau disebut tidak ada sama sekali-  lagu-lagu dewasa. Pernahkah kita dengar mereka menyanyikan lagu anak-anak yang diciptakan oleh Sang Maestro Ibu Soed atau pencipta-pencipta lagu anak lainnya yang kini sudah lama ditinggalkan?

Tanpa menyebutkan judul lagunya, mereka lebih senang menyanyikan lagu-lagu pop yang sedang hits saat ini. Mereka lebih bangga menyanyikan lagu-lagu barat, yang terkadang -kalau kita dalami isinya- mengandung hal-hal yang kurang baik untuk anak-anak.

Padahal kalau kita flashback, kita masih ingat dahulu bertebaran penyanyi-penyanyi cilik yang menyanyikan lagu-lagu berisi dunia anak-anak. Ada Maissy, Chikita Meidi, Sherina, Melisa, Trio Kwek Kwek, Giovanni, Tina Toon, dan lain sebagainya.

Anak dalam Pandangan Psikologi

Manusia dalam menjalani kehidupannya melewati beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-beda. Perbedan ini bergantung pada asupan dan asuhan (makanan, minuman, bimbingan, pendidikan, dan lain sebagainya). Pertumbuhan bersifat kuantitif (fisik, jasmani), sedangkan perkembangan bersifat kualitatif (psikis, mental). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun