Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ada Cinta di Bantar Gebang

31 Maret 2018   17:48 Diperbarui: 31 Maret 2018   17:50 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://muda.kompas.id

Aroma bau menyengat tak membuatmu menutup hidung rapat-rapat. Sesekali badanmu menggeliat. Tangan kotormu membetulkan posisi keranjang sampah yang sudah terlihat kotor seperti berkarat. Kaki-kaki kasarmu menerjang menyusuri setiap jengkal tumpukan sampah yang dikerubungi jutaan lalat.

Tangan-tangan terampilmu memunguti sampah-sampah yang kian menggunung. Wajah-wajah sumringahmu terpancar di balik truk-truk besar yang memuntahkan puluhan ton sampah yang kian tak terbendung. Sesekali kau  berteriak. Layaknya seorang broker yang sedang bertransaksi di bursa saham yang agung.

Tapi yakinlah, ada kehidupan dan cinta di sana. Di atas tumpukan-tumpukan sampah yang tak lagi sedap di pandang mata. Di setiap helai sampah yang sudah tak lagi berharga bagi kita.

Bagi mereka, sampah-sampah itu bak intan permata. Aromanya tak lebih bau daripada mulut-mulut para koruptor. Tak lebih hina dan menjijikan daripada tikus-tikus kantor yang berhati kotor. Mengeruk uang rakyat, yang kehidupannya semakin tercekik oleh harga-harga yang kian melangit.  

Ada kehidupan dan cinta tumbuh di sana. Kehidupan dan cinta untuk anak-anak dan istrinya, dan untuk orangtuanya yang telah renta di makan usia. Yang selalu mengharapkan hari esok yang lebih bercahaya.

#CG @Karawang, 31-03-2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun