Mohon tunggu...
Ratna Yusmika Dewi
Ratna Yusmika Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Mom learner & Momprenuer

Menulis menghempas lelah, senyum merekah menikmati hidup penuh berkah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perundungan dan Keberuntungan di Dunia Kerja

10 September 2021   22:10 Diperbarui: 10 September 2021   22:29 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Perundungan itu menyakitkan, hikmahnya  mendewasakan seseorang" image from galerikartun.blogspot.com

Beberepa bulan kemudian saya pindah kantor di divisi lain. Diperbantukan di bagian puchasing namun tetap tugas saya merangkap sebagai customer service tetap berjalan. Dipertemukan sosok teman yang sampai saat ini menjadi saudara baik. Di bagian purchasing saya belajar banyak hal, sangat berbeda sekali, saya bisa menguasi dan mengoperasikan ms office lengkap, editing gambar dan bahkan dunia accounting dasar pun akhirnya saya bisa. Dunia purchasing pun saya juga memahaminya. Seorang partner kerja bak seorang kakak yang disetiap kesalahan saya diluruskan.

Perundungan tak berhenti disini, kecemburuan sosial saat saya menjadi bagian dari tim purchasing dan membuat semakin berkembang, faham dan mampu menjalakan setiap tugas yang diberikan atasan saya. Kesalahan sedikit menjadi senjata untuk dipersalahkan terus menerus. Setiap kesalahan yang saya perbaiki berbuah hasil, setiap ilmu baru yang saya dapati pun saya bisa kerjakan dengan maksimal. Beberapa teman sangat senang dengan peran saya yang multi job di perusahaan ini.

Ternyata perundungan membawa keberuntungan bagi saya setelah beberapa bulan. Saya di terjunkan di beberapa divisi mulai dari marketing, purchasing, operasional bahan, proses produksi, packing hingga pengiriman barang domestik maupun ekspor. Saya pahami dan saya kerjakan semaksimal mungkin, saya terus berinteraksi dan mencari informasi alur sebuah produk.  Dari sini saya memahami bahwa tujuan atasan saya memberikan multi job agar saya memahami alur sebuah perusahaan ini. Saya banyak belajar cara berkomunikasi dengan siapa saja, khususnya disana dengan lingkungan baru khas Surabaya. Saya menuntut diri saya terbiasa, tidak kagetan dengan logat bahkan kata kata kasar yang sering saya dengar dalam kesehariannya.

Masa trainee berlalu, mendapat predikat fast learner dari seorang atasan tak lantas saya puas begitu saja. Sebuah tantangan pertama terlewati, barulah atasan saya menyampaikan bahwa selama ini divisi marketing tidak ada di perusahaan ini. Dari situlah faham saya ditempakan di divisi marketing, dan saya menjadi tim perdana yang baru dibentuk. Dengan tujuan memperbaiki alur sitem perusahaan yang selama ini masih jauh dari kerapian alias semrawut.

Menjawab pertanyaan saya saat perundungan diawal saya bekerja di kanor ini. Yaitu kecemburuan sosial seorang senior accounting saya, cemburu dan takut bahwa kalau kalau saya akan menggantikan posisi dia jika saya lolos sebagai trainee. Faktanya tidak, terjawab sudah prasangka buruknya dan sikapnya terhadap saya sedikit demi sedikit mulai ada perubahan. Mendapatkan job discription dan di tempatkan di posisi yang memang sudah disiapkan oleh atasan dan juga owner perusahaan, tidak membuat perundungan yang saya alami selesai sampai disini.

Masih atas dasar kecemburuan sosial dan senioritas, salah satu kepala bagian produksi yang ternyata dia adalah punggawa berdirinya perusahaan ini cemburu dengan keberadaan saya dan tim marketing yang baru saja di bentuk. Interaksi yang semakin intens dengan owner yang membimbing saya secara langsung membuat kepala bagian produksi merasa tidak dilibatkan lagi. Padahal tujuan sistem ini berjalan  agar mempermudah, memperlancar proses operasional sebuah perusahaan. Perlahan saya mengenali terlebih dahulu sikapnya, sosok yang ingin selalu diakui sepak terjangnya dan keberhasilannya di perusahaan dan semua orang harus tuunduk kepadanya.

Beruntung saya sudah mulai kebal dengan semua kata kata kasar yang sering diucapkan di depan banyak orang, “kon goblok ora pecus kerjaan ora beres beres” (logat Surabaya). Ternyata tidak hanya saya yang mengalami, saya melihat sendiri bagaimana sikap dia dengan staff lainnya. Awal mulanya sangat menyakitkan,  namun beberpa teman terdekat memberikan support kepada saya.

“Kamu nggak usah kaget, begitulah cara dia membuat anak baru disini takut dengan dia” penjelasan salah satu teman senior yang masa kerjanya hampir sama dengan kepala bagian produksi ini. Semakin saya mengerti harus bersikap bagaimana, dan akhirnya saya bisa lepas dan lolos dari setiap perundungan yang saya alami.

Begini beberapa tips singkat versi saya:

Pertama, kita harus punya cara berkomunikasi baik dengan siapapun. Di perusahaan usianya relatif bermacam amacam. Dan kita harus mampu menyesuaikan, ada orang yang senang bercanda, ada yang bekerja dengan serius bahkan ada yang santai dan seumuran dengan kita. Dengan memposisikan diri kita berkomunikasi dengan beberap teman kerja yang mempunya aneka macam latar belakangnya. Kita belajar peka dan berhati hati dalam bersikap serta mengakrabkan diri. Dimulai menjadi pendengar setia, pemerhati baru bersikap sesuai porsi kita. Sehingga kita mudah, cepat beradaptasi dan ber interaksi serta memposisikan diri sebaik mungkin.

Kedua, ringan tangan. Sebagai contoh, menjadi partner yang baik dan selalu siaga saat dibutuhkan. Karena dengan begitu, mereka mengakui betapa terbantunya mereka dengan adanya kita saat menjadi partner kerjanya. Ini saya lakukan dengan siapapun, bahkan dari hal yang sepele saya kerjakan dengan menawarkan bantuan sebelum dibutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun