Mohon tunggu...
Cay Cay
Cay Cay Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar tak dibatasi usia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Eh, Ibu Kan yang Kemarin Jualan Nasi Murah?

10 April 2013   10:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:26 2159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah cerita pengalamanku kemarin sore sewaktu naik angkot. Ceritanya kemarin aku mau pergi rapat, berhubung temanku yang biasanya pergi bersamaku tak bisa nyamper, akhirnya aku naik angkot sendirian. kebetulan angkot 03 yang kunaiki agak penuh sehingga aku duduk di depan dekat sopir.

Sang sopir yang adalah seorang laki-laki setengah baya memandangku sekilas. Aku tak terlalu peduli. Tapi tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan yang disodorkan pak sopir padaku. "Eh, Ibu kan yang waktu hari Sabtu jualan nasi murah?" Deg! Aku agak kaget. Kok ada orang kenal wajahku. Aku agak ragu menjawabnya. Tapi tak berapa lama kemudian aku menyahut,"Ya, kenapa mang?" Aku menjawab sekaligus bertanya apa maksudnya dia bertanya begitu kepadaku. "Aaah...enggak apa-apa kok. Nasinya enak bu. Kapan ada jualan nasi murah lagi?" "Oooo...kirain ada apa. Ntar, hari Sabtu lagi Mang. Jualannya memang cuma tiap Sabtu," jawabku setelah aku merasa agak lega.,

Begitulah perbincangan sekilas dengan sopir angkot yang tak pernah kuduga akan terjadi. Satu hal yang bikin aku heran adalah kok sopir angkot ini sempat mengenal wajahku. Padahal tentunya ia hanya sekilas melihatku. Iyaa, ini semua memang berawal dari beberapa kali aku mengikuti kegiatan penjualan nasi murah. Kegiatan ini merupakan kegiatan paroki sebagai wujud solidaritas kepada masyarakat kecil. Kami para ibu yang tergabung dalam seksi sosial paroki sejak bulan Februari lalu mengadakan aksi menjual nasi murah setiap hari Sabtu.

Nasi murah yang kami jual, kami masak secara bersama-sama. Nasi bungkus yang berupa nasi plus lauk tiga macam, serta segelas air mineral ini kami jual seharga Rp 2000,- (hanya dua ribu rupiah, hehehe...). Kami selalu mengganti menu setiap kali berjualan. Harga ini tentu sangat murah jika dibandingkan dengan harga nasi serupa yang dijual di warung. Kami tidak hanya mengutamakan kemurahan harga, namun juga mengusahakan menjual makanan sehat dan higienis. Sasaran penjualan kami adalah para tukang becak, sopir angkot, pengamen, tukang sapu jalanan, dan warga masyarakat lain yang kami anggap perlu mendapat perhatian.

Rupanya kegiatan ini mendapat respon positif. Saat awal kami berjualan, kami hanya menyediakan 100 bungkus nasi. Namun setelah melihat respon yang positif, kini kami menambah menjadi 150 bungkus. Sejak jam 6.30 setelah misa pagi, kami para ibu yang menjadi relawan sudah siap berbelanja dan memasak. Sekitar pukul 11 nasi sudah siap dan kami pun mulai menjualnya. Biasanya dalam waktu hanya 20 menit nasi sudah habis. Kebetulan Sabtu lalu hingga pukul 11.30 nasi masih tersisa 15 bungkus, sehingga kami lalu mencoba mengasongkan pada sopir angkot yang sering ngetem di perempatan jalan. Kira-kira sepuluh menit nasi pun habis. Kami semua lega.

Barangkali dari salah satu sopir angkot yang membeli nasi bungkus itu adalah pak sopir yang kebetulan angkotnya kemarin sore kunaiki. Pantas, dia ingat wajahku. Tapi, syukurlah kalau ingat aku karena nasi yang kami jual menurutnya enak, dan yang pasti murah. Kebayang deh, kalau dia ingat wajahku terus malah komplain karena nasinya gak enak atau malah bikin sakin perut. Terima kasih ya pak sopir atas apresiasinya.

Kami memang tidak melakukan perbuatan besar dan luar biasa. Kami hanya melakukan hal-hal kecil untuk membantu kaum kecil. Ini sebagai wujud solidaritas kami kepada mereka. Kami berharap ini bisa dirasakan manfaatnya oleh mereka. Satu hal yang membuat kami makin bersemangat adalah respon mereka yang positif. Kini mereka sudah hapal kalau tiap Sabtu kami jualan nasi murah sehingga mereka pun selalu menantinya. ***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun