Mohon tunggu...
Lintang
Lintang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Kompasianer yang masih belajar menulis. Gemar jalan-jalan, membaca, makan enak dan nonton film. Penghindar konflik tapi kalau harus berhadapan juga akan diselesaikan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 😜 Suka dengan kutipan berikut ini karena masih berjuang melawan diri sendiri yang kebanyakan impian. ☺ "The most excellent jihad (struggle) is that for the conquest of self.” ~ prophet Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Novel Biografi Muhammad oleh Tasaro GK

28 September 2011   03:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:33 5410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_133705" align="aligncenter" width="581" caption="Novel Biografi Muhammad (doc. pribadi)"][/caption]

Dua buku novel biografi ini memang indah! Terlepas dari beberapa kekurangan namun saya menyukainya dan insha Allah, saya dibangunkan berkali-kali oleh buku-buku ini untuk tetap terjaga dalam beberapa hal yang cukup prinsip ke depan.

Mengetahui buku ini pertama kali dari tulisan Kompasianer Yusran Darmawan (di sini). Rasa penasaran mengiringi saya ke Gramedia untuk membelinya namun kehidupan saya yang penuh kejutan setahun belakangan ini membuat buku tersebut berdiri dalam diamnya cukup lama bersama beberapa buku yang lain di kamar tidur tanpa pernah saya buka.

Menjelang Ramadhan tahun ini buku keduanya diterbitkan dan segera memenuhi rak pajang buku terlaku di Gramedia meskipun penerbitnya adalah Bentang namun buku ini memang terlihat menyolok diantara buku yang lain. Saya baru bisa membelinya di akhir bulan Ramadhan dan sejak membeli buku kedua itu lah saya mulai membaca buku pertama yang sudah saya miliki jauh lebih dahulu.

Sempat terjadi percakapan sok tahu dengan ponakan saya yang duduk di kelas V SD sebelum membacanya.

Si ganteng : Tantiya, yang nulis buku ini sama dengan buku “Negeri Lima Menara” ya?

Saya : Bukan, dia hanya mengomentari buku ini karena termasuk yang sudah membaca.

Si ganteng : Orang Jepang ya, teiya?

Saya : *Bingung tapi sok tahu* Iya mungkin, kalau lihat dari namanya.

Si ganteng: Wuih metal! *kenapa anak sekarang sering sekali menyebut metal kalau terpukau ya*

Saya: Mungkin keturunan Jepang *ragu mengingat di resensi Yusran masalah ini tidak diangkat khusus jadi sepertinya bukan orang Jepang deh*

Si ganteng: Orang Jepang ngarang buku tentang nabi Muhammad, muslim ya?

Saya: Waduuuh… teiya belum baca, sayang! Nanti kalau sudah baca dikasih tahu dah. Ini buku bagus koq, gantian baca aja kalau teiya sudah selesai, gimana?

Si ganteng: Tebel banget! Diceritain aja deh kalau sudah selesai baca, teiya. *langsung ngacir dari kamar*

Akhirnya jawaban sok tahu itu membuat saya ingin mencari tahu siapa Tasaro GK yang ternyata adalah nama lain dari Taufik Saptoto Rohadi sementara GK diambil dari Gunung Kidul. Penulis yang sudah melahirkan beberapa buku yang ramai diperbincangkan. Saya mengetahui buku-buku seperti Nibiru dan Ksatria Atlantis, Galaksi Kinanthi dan Rindu Purnama yang sudah difilmkan tapi saya tidak memperhatikan pengarangnya adalah Tasaro GK. Hadeuh, kemana aja neng?

Hampir sebulan adalah waktu yang saya perlukan untuk membaca kedua buku tebal ini karena kemampuan baca saya sudah berkurang banyak akibat kesehatan mata yang tidak sebaik dulu namun saya sangat menikmatinya. Bagaimana tidak menikmati, kisah novelnya, baik yang faktual tentang nabi Muhammad maupun yang imajinatif tentang Kashva begitu menarik lalu rangkaian kata di dalamnya sangat indah dan pilihan kata-katanya juga lain daripada novel-novel yang sudah pernah saya baca. Ada gaya penulisan seperti campuran sastra arab dan melayu yang syahdu namun juga ada gaya penulisan seperti kisah-kisah petualangan dan persilatan sehingga tidak membosankan.

Tidak terhitung berapa kali saya menangis terharu, bahagia, marah dan juga menyesal ketika membaca kedua buku ini karena seperti yang dituliskan di dalamnya, meskipun sosok tauladan yang terpuji ini sudah lama meninggalkan kita namun kisah-kisah beliau yang diceritakan oleh sahabat-sahabatnya bahkan oleh musuh-musuhnya di zaman beliau masih hidup membuat kita merasa baru kemarin beliau dipanggil Allah swt.

Awalnya sempat menyesal mengapa ada kisah tentang Kashva, sang pemindai surga di novel ini namun kemudian saya tersadar bahwa ini novel biografi jadi memang harus ada unsur lain yang membuatnya berbeda dari biografi biasa.

Membaca hingga halaman terakhir dari buku kedua, saya masih belum menemukan hubungan antara Kashva dan nabi Muhammad. Menduga kisah keduanya akan terhubung melalui Salman Al Farisi -seorang Persia di barisan nabi yang memberikan usulan membuat parit di sekitar kota Madinah untuk menghalangi serangan dari Mekah- namun ternyata hingga buku kedua menceritakan wafatnya nabi Muhammad dan pergantian kepemimpinan dari kalifah Abu Bakar kepada Umar bin Khatab, kisah tentang Salman Al Farisi tidak pernah muncul lagi.

Novel ini memang menceritakan dua kisah yaitu cerita fiksi tentang Kashva, sastrawan Persia di jaman pemerintahan Koshrou II dan sejarah nabi Muhammad sejak kelahiran beliau yang bertepatan dengan invasi Persia Yaman yang dipimpin oleh Abrahah; masa kanak-kanak yang penuh pertanda; pernikahan pertama beliau yang penuh kebahagiaan; masa menerima wahyu yang berat; sahabat-sahabat yang pertama kali menerima kenabian beliau; musuh-musuh yang tadinya begitu membenci hingga ingin melenyapkan beliau namun akhirnya jatuh cinta dengan kelembutan dan kesedehanaan beliau; tauladan anak, menantu dan istri-istri beliau; perang mempertahankan diri hingga menegakan yang seharusnya; rongrongan kaum munafik di sekeliling beliau dan akhir kehidupan beliau yang penuh dengan airmata orang-orang yang ditinggalkan hingga seluruh kota Madinah lumpuh karena kesedihan.

Berbeda dengan kisah-kisah nabi Muhammad yang sudah saya kenali, saya berapa kali dibuat mengernyitkan dahi dengan kisah Kashva yang diceritakan paralel di novel ini. Salah satunya adalah kisah tentang putri Turandokht yang awalnya saya kira sama dengan kisah opera Turandot gubahan Giacomo Puccini karena keduanya sama-sama putri Persia. Lalu saya juga gregetan juga tidak percaya ketika Astu sebagai seorang ibu mempercayakan anaknya Xerxes kepada Kashva yang diketahui mengalami gangguan mental setelah Astu dinikahkan dengan orang lain oleh ayahya. Demikian juga ketika Astu bisa menjadi jenderal kepercayaan Azarmidokht, saudara Turandokht yang tadinya hanya dikenal sebagai seorang arsitek yang asal-usulnya tidak diketahui banyak orang. Tidak tanggung-tanggung Astu dipercaya memimpin 10 ribu tentara pelindung raja yang immortal, tidak bisa mati karena jumlahnya selalu digenapkan 10 ribu jika ada anggota yang meninggal. Meskipun itu sebenarnya itu hanya siasat Azarmidokht untuk bisa mengawasi Astu  lebih dekat namun sepertinya siasat itu memakan biaya banyak dan beresiko tinggi jika dibandingkan dengan melenyapkan Astu yang memang terbukti melakukan perlawanan terhadap pemerintahan ayahnya.

Kisah Mashya yang dianggap sebagai kanibal, pemakan manusia juga agak membingungkan karena bagaimana Mashya menyembunyikan mayat-mayat yang dianggap sudah dimakan dari para petugas penjara. Saya juga merasa aneh dengan kesetiaan Vakhshur terhadap Kashva yang sebenarnya bisa ditinggalkan kapan saja karena bukankah mengikuti "orang gila" mendaki gunung di Tibet tanpa tujuan yang jelas dan membahayakan jiwa sangat tidak beralasan? Yang anti klimaks adalah ketika Xerxes dengan mudahnya tanpa sengaja ditemukan puteri Turan di tengah-tengah susana pergolakan perebutan kekuasaan di tengah pasar di pusat pemerintahan yang luas.

Namun demikian saya sangat mengagumi daya imajinasi penulis yang bisa melompat-lompat menembus ruang dan waktu dan kefasihannya memainkan kata-kata yang indah. Kisah Kashwa saya anggap sebagai kesempatan saya bersenang-senang sementara kisah nabi Muhammad untuk dipelajari serius dalam novel tersebut karena sejujurnya, saya selalu menempatkan para penulis biografi nabi Muhammad di atas para penulis biasa meskipun itu sebuah novel biografi.

Kisah Kashva yang membekas dalam di lubuk sanubari saya justru kisah tentang Astu dengan Parkhida suaminya setelah kelahiran anak mereka Xerxes, kisah itu seolah melemparkan saya ke masa lalu ketika saya sempat mengalami Baby Blues Syndrome. Saya heran bagaimana penulis yang berjenis kelamin laki-laki bisa begitu mengetahui rasa tidak nyaman dan anti klimaks yang dirasakan seorang ibu setelah melahirkan bayi meskipun itu bayi yang diinginkan. Penulis pasti memiliki kepekaan yang tinggi.

Saya sudah sering diceritakan atau membaca beberapa kisah tauladan nabi Muhammad sejak masih kecil namun ketika diceritakan ulang oleh Tasaro GK, kisah-kisah tersebut jadi berbeda dan mampu menggetarkan jiwa sehingga beberapa kali saya lupa bernafas karena terhempas jatuh atau terangkat tinggi sekali ketika membaca lagi kisah-kisah abadi tersebut.

Beberapa kisah yang membuat saya jadi ingin curhat kepada nabi Muhammad setelah membaca novel ini adalah :

  1. Sewaktu nabi Muhammad dikejar-kejar dan dilempari batu oleh para budak yang diperintah majikan masing-masing di Thaif namun beliau sama sekali tidak dendam bahkan tetap berdo’a kepada Tuhan untuk meminta perlindungan ketika didapati oleh seorang budak Kristen yang memberinya buah anggur sebagai pelepas dahaga di sebuah kebun milik salah satu penguasa Thaif. Terbayang jika saya memberi nasihat kebaikan seperti yang dilakukan beliau kemudian dilempari batu seperti itu, saya pasti langsung memaki dan melawan dengan bodoh sehingga mati sia-sia karena amarah. Saya belajar meskipun nabi tahu beliau dilindungi oleh Allah swt secara khusus, beliau tidak semena-mena dan angkuh menggunakan keistimewaannya itu. Ini membuat saya malu karena saya sering uring-uringan sendiri dan merajuk kepada Tuhan jika merasa nasihat saya diabaikan oleh orang-orang yang saya kasihi.
  2. Sewaktu nabi Muhammad memaafkan Wahsyi, budak kulit hitam yang membunuh paman tercintanya, Hamzah bin Adul Muthalib yang selalu menyayangi dan melindungi keselamatan beliau. Wahsyi bukan saja membunuh namun juga mengambil hati Hamzah untuk diserahkan kepada Hindun istri Abu Sufyan untuk dimakan karena mendendam setelah anaknya dibunuh oleh paman nabi tersebut di perang sebelumnya. Sebagai imbalannya Wahsyi mendapat kebebasan, tidak berstatus budak lagi dan beberapa perhiasan emas dari Hindun. Nabi Muhammad pasti mengetahui ketika Wahsyi menyerahkan diri, itu bukan karena terpanggil hatinya ingin masuk Islam namun semata-mata karena tidak bisa lari lagi setelah dia melarikan diri dari Mekah ke Thaif dan akhirnya Thaif dikuasai oleh nabi Muhammad dan para pengikutnya. Beliau bisa melakukan apa pun untuk menghukum Wahsyi namun beliau memaafkan dan melepaskannya dengan syarat bahwa Wahsyi jangan pernah muncul di hadapan beliau lagi. Kebaikan itu justru membuat Wahsyi menangis dan setia kepada nabi selama sisa hidupnya. Dalam penyerbuan ke Yamamah, Wahsyi lah yang kemudian membunuh Musailamah al Kazab, nabi palsu yang banyak membuat kabilah-kabilah sekutu melepaskan diri dan murtad. Saya belajar dari sini bahwa masa lalu yang kelam dan menakutkan dapat tergantikan dengan kesungguhan untuk merubah diri menjadi lebih baik. Nabi Muhammad memberi kesempatan seseorang untuk berubah dan itu benar-benar kepercayaan yang tidak sia-sia karena kebaikan nabi Muhammad itu lah yang memotivasi seorang Wahsyi untuk setia menjadi pengikut nabi Muhammad dan ajarannya yang mulia.
  3. Sewaktu nabi Muhammad meminta diqishash oleh Ukkasyah karena pernah melecutkan cambuknya ke punggung Ukkasyah dalam perang Badar. Nabi sama sekali tidak bersembunyi dibalik ketidaksengajaan bahkan beliau tetap meminta dicambuk untuk menerima qishash meskipun para sahabat ingin menggantikan tubuhnya dengan tubuh mereka. Di luar dugaan, Ukkasyah yang menuntut qishash malah menghambur untuk memeluk nabi ketika nabi membuka pakaiannya setelah Ukkasyah mengatakan bahwa dirinya tidak mengenakan pakaian ketika dicambuk nabi Muhammad. Ukkasyah memilih untuk memaafkan nabi dan berterus terang bahwa sebenarnya dia tidak akan pernah melakukan qishash kepada nabi Muhammad karena memang sudah memaafkan. Saya belajar di sini bahwa seorang pemimpin hanya bisa dicintai oleh pengikutnya jika memberi tauladan yang baik dan tidak hanya baik dalam ucapan saja namun harus konsisten dibuktikan dengan perilaku yang sesuai ucapannya.
  4. Sewaktu nabi Muhammad ketahuan mengganjal perutnya yang kelaparan dengan batu-batu yang dibungkus kain. Umar bin Khattab sampai bertanya apakah beliau meragukan para sahabat dan pengikutnya yang dapat memberinya makanan agar tidak perlu memasang sabuk batu tersebut. Nabi membalas pertanyaan dengan senyuman dan mengatakan bahwa justru karena mengetahui para sahabat dan pengikutnya begitu peduli kepadanya, beliau tidak menceritakan kondisi kekurangan yang dialami. Beliau tidak sanggup jika di kehidupan selanjutnya akan dipertanyakan sebagai pemimpin yang meminta-minta dari ummatnya. Saya belajar di sini bahwa nabi Muhammad yang memiliki kekuasaan istimewa saja begitu khawatir menyalahgunakan kekuasaan padahal dengan kekuasaan yang beliau miliki tersebut, beliau bisa berlaku seperti raja-raja yang hanya minta dilayani dan dikenyangi segalanya. Nabi Muhammad malah memilih untuk hidup sederhana bahkan rajin berpuasa sehingga kaumnya yang kebanyakan dari kaum papa dapat merasa bahwa beliau manusia biasa yang bisa kelaparan juga namun tidak menghalalkan segala cara untuk mengenyangkan diri.
  5. Sewaktu nabi Muhammad memasuki Mekah yang sudah ditaklukan dengan damai, bukannya menghukum musuh-musuh yang membencinya seperti Abu Sufyan, Ikrimah bin Abu Jahal, Khalid bin Walid dll namun nabi malah melindungi mereka, memberi kesempatan meraka untuk mempelajari Islam tanpa paksaan, menghapus seluruh kejahatan mereka di masa lalu dan memberikan mereka bagian pampasan perang lebih banyak daripada para pengikut yang setia. Lagi-lagi kebaikan ini malah menjadikan para musuh menjadi tertawan hatinya bahkan Khalid bin Walid menjadi pemimpin pasukan Islam yang tidak mengenal takut kecuali kepada Allah swt ketika menjalankan perintah khalifah yang memerintah sesudah nabi Muhammad wafat untuk memerangi para murtad yang menolak menjalankan kewajiban muslim setelah nabi Muhammad tidak ada. Saya belajar di sini bahwa sifat pengasih dan pemurah justru lebih menawan hati seseorang daripada kekerasan seperti perang karena perang hanya menimbulkan rasa takut bukan segan apalagi cinta.
  6. Sewaktu nabi Muhammad mendatangi penguburan dan mendoakan Abdullah bin Ubayy, seorang munafik yang selalu mencari-cari kesempatan untuk menghancurkan beliau padahal mengaku mengimani Islam sebagai agamanya. Umar bin Khattab keberatan dengan kesanggupan beliau untuk mendoakan dan memohonkan ampun ketika diminta oleh Abdullah bin Ubayy menjelang kematiannya namun beliau menjawab tegas agar memaafkan seseorang atau tidak sama sekali dan beliau sudah memilih untuk memaafkan si pembelot itu. Saya belajar di sini bahwa jika seorang nabi yang pernah disakiti sedemikian rupa mampu memaafkan mengapa kita yang mengaku sebagai pengikutnya tidak bisa mengikuti ini padahal kejahatan Abdullah bin Ubayy sering membahayakan jiwa nabi Muhammad dan pengikutnya namun di akhir hidupnya, ternyata dia diberi kesempatan untuk meminta maaf kepada nabi Muhammad dan memohon ampunan Allah swt melalui beliau. Hanya Allah swt yang memiliki kekuasaan untuk membuka dan membolak-balik hati seseorang.
  7. Sewaktu nabi Muhammad bersiap dipanggil Allah swt, beliau juga merasa tubuhnya melemah seperti manusia biasa. Beliau tidak mengeluh namun masih sempat memberikan petunjuk-petunjuk yang baik untuk ummatnya yang dikasihi. Sebelumjiwa meninggalkan raganya beliau tetap memohon ampun dan dipertemukan dengan Allah swt. Saya belajar di sini bahwa nabi Muhammad yang dijamin kedudukannya oleh Allah swt saja tetap rendah hati memohon ampun apalagi kita sebagai manusia biasa seharusnya lebih takut kepada Allah swt.

Sebenarnya novel biografi ini tidak hanya menceritakan sikap tauladan nabi Muhammad namun juga ada kisah-kisah inspiratif dari anak, para istri, menantu, sahabat-sahabat dan para pemeluk agama Islam awal. Mereka memiliki kisah-kisah perjuangan yang sangat menyentuh namun biar lah saya menikmati kebahagiaan saya yang bisa mengenal lebih jauh kekasih Allah swt dulu saat ini karena beliau lah sang maha manusia.

Buku ini membuat saya jatuh cinta kepada nabi Muhammad meskipun terlambat namun saya tidak menyesal karena saya menyakini ini lah yang dikatakan indah pada waktunya itu.

Tadinya, Ramadhan lalu saya anggap sebagai Ramadhan paling kering yang pernah saya lewati karena saya tidak merasakan sensasi yang saya rindukan di setiap bulan suci tersebut namun novel ini lah yang membuat saya merasa Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terbaik yang pernah saya jalani karena saya bisa melihat nabi Muhammad bukan hanya sebagai nabi namun juga manusia biasa. Tidak hanya seorang nabi yang selalu saya ingat sebagai lelaki terlembut yang paling menghormati wanita di dunia, namun juga sebagai ahli strategi yang taktis ketika berperang dan tulus ketika menjalin hubungan baik dengan sesama.

Terimakasih Tasaro GK, saya merasa beruntung, terpenuhi dan bahagia pernah membaca novel indah ini. Semoga saya bisa terpilih dalam jaringan Muhammad juga nantinya.

Judul buku : Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan

Pengarang : Tasaro GK

Penerbit : PT Bentang Pustaka

Cetakan : I, Maret 2010 - 569 halaman

Harga :  Rp 79,000,-

Judul buku : Muhammad, Para Pengeja Hujan

Pengarang : Tasaro GK

Penerbit : PT Bentang Pustaka

Cetakan : I, Mei 2011 - 687 halaman

Harga : Rp 99,000,-

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun