Mohon tunggu...
Catur Pujihartono
Catur Pujihartono Mohon Tunggu... lainnya -

hidup harus lebih dari sekedarnya

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Trauma Healing Sebuah Kenangan Gempa Padang

21 Juni 2012   20:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:41 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_183928" align="aligncenter" width="400" caption="Bernyanyi dan bermain bersama anak-anak korban gempa (dok pribadi)"][/caption]

Sebuah pengalaman yang sangat berharga ketika saya menjadi bagian dari sebuah proses berbagi dengan korban bencana gempa. Berangkat sebagai anggota Tagana yang bergabung dengan relawan DI. Yogyakarta. Berangkat dengan menggunakan jalur darat karena harus membawa perlengkapan Dapur Umum. Selama hampir 7 hari perjalanan dengan berbagai jenis kendaraan, menempuh kota, Kabupaten dari Yogyakarta sampai di Pariaman Sumatra Barat Kecamatan Anam Lingkung, Parit Malintang.

Anggota Tagana sebanyak + 30 personil memang di khususkan untuk memenuhi kebutuhan makan para relawan yang lain. Unsur-unsur yang tergabung dalam relawan DIY berasal dari SAR Linmas DIY, Masyarakat Minang yang tinggal di Yogyakarta dan Bantuan Medis dari Dinas Kesehatan di Yogyakarta. Relawan DIY mengemban tugas untuk membantu keadaan masyarakat pasca gempa.

Berbagai program yang telah disiapkan diantaranya adalah pembuatan hunian sementara bagi yang tempat tinggalnya ambruk, perbaikan sarana irigasi yang terhenti, penyaluran bantuan logistik dan dukungan psiko-sosial untuk anak-anak TK dan SD.

Meski tugas utama anggota Tagana adalah pemenuhan kebutuhan makan bagi relawan DIY yang lain, namun juga diberikan tugas untuk mengadakan dukungan psikososial. Dan saya adalah slah seorang yang masuk dalam program ini.

Berbekal pengalaman mendampingi anak-nak selama di Yogya, kami dengan beberapa teman yang lain mengadakan sub-program trauma-healing dan ekstra-fooding (pengadaan makanan tambahan). Ada 60 sekolah SD dan TK di Pariamanyangharus kami berikan program. Namun tidak satu hari sekali kami menangani program ini, karena tidak semua sekolah mempunyai lapangan dan gedung yang masih dalam kondisi hancur. Sehingga beberapa SD dan TK ini bergabung menjadi satu program. Bahkan ada beberapa TK yang mengambil tempat dengan memanfaatkan pasar yang masih dalam keadaan sepi.

[caption id="attachment_183931" align="aligncenter" width="365" caption="Karena kondisi bangunan sekolah yang ambruk, kegiatan bermain dan bernyanyi terpaksa menempati sebuah pasar yang belum di pakai berjualan pasca gempa (dok. pribadi)"]

13403091602005441499
13403091602005441499
[/caption]

Selama mendampingi anak-anak, kami hanya memberikan beberapa permainan dan lagu untuk kembali menghadirkan keceriaan khas mereka. Memang terlihat berhasil. Anak-ank menjadi sangat menikmati. Setiap anak yang pulang sekolah melewati posko kami dari mereka selalu menyanyikan lagu yang kami ajarkan.

[caption id="attachment_183929" align="aligncenter" width="480" caption="Bermain adalah alat untuk membawa mereka menjauh dari trauma bencana (dok. pribadi)"]

1340309046182671673
1340309046182671673
[/caption]

Setelah bermain dan bernyanyi kami membagikan susu sambil melepas lelah. Suara parau karena terus berteriak sejenak kami hentikan. Kami secara bergerombol duduk berdekatan mengenal lebih dekat dari mereka. Begitu juga bersamaan dengan itu kami memberikan sedikit konseling. Begitu cara kami untuk mengukur beberapa parah trauma yang menimpa sebagian anak.

Terkadang setelah acara bersama anak-anak berakhir, kami juga menyempatkan untuk memberikan penyuluhan kecil untuk para bapak-ibu guru tentang penyebab dan tindakan mitigasi serta medis praktis bagi anak sekolah dan masyarakat. Sehingga waktu bisa sampai menjelang sore baru kami kembali ke posko.

[caption id="attachment_183935" align="aligncenter" width="480" caption="Selepas bermain dan bernyanyi dengan anak-anak, giliran beriskusi kecil tentang bencana dengan para guru (dok. pribadi)"]

13403093641044614381
13403093641044614381
[/caption]

Perbedaan Adat

Perbedaan Adat memang sedikit membuat proses adaptasi selama tinggal disana. Kami yang biasa untuk mandi, cuci dan buang air di tempat yang tidak jauh dari rumah, kali ini harus melakukan di tempat yang terbuka di sungai. Pagi atau sore kami harus berjalan sekitar 1 Km untuk mandi atau mencuci.

Pertama mengalami memang ada kecanggungan. Tetapi memang tidak ada pilihan semua harus kami lakukan. Namun dengan keadaan ini ada hal positif yang bisa kami ambil. Kami menjadi cepat berbaur dengan warga sekitar yang juga sama-sama tengah mandi atau mencuci.

Hal yang menarik dari perbedan adat ini adalah air sungai yang benar-benar dijaga kualitasnya oleh masyarakat. Airnya begitu jernih tanpa polusi. Tidak ada limbah rumah-tangga yang yang dialirkan masuk ke sungai. Disamping itu ikan-ikan seperti dibiarkan tumbuh besar dan tidak ditangkap. Ikan ini yang dikenal dengan “ikan larangan”. Biasa masyarakat akan memanen dengan yang lain bersama-sama. Dan hasilnya akan digunakan untuk pembangunan desa mereka. Sebuah bentuk tradisi investasi Masyarakat Minang yang mengagumkan.

Kunjungan Pejabat

Di tengah kami melakukan program ini, ada beberapa pejabat pemerintah yang terencana maupun yang tidak terncana seperti Bupati Pariaman pada waktu itu Bapak Muslim Kasim. Yang tidak sengaja melewati di depan SD tempat kami berkegiatan. Melihat ada keramaian beliaupun menyempatkan mampir untuk melihat kegiatan kami.

[caption id="attachment_183940" align="aligncenter" width="365" caption="Anggota Legislatif yang turut larut baermain dan bernyanyi bersama (dok. pribadi)"]

1340309904385885797
1340309904385885797
[/caption]

Sedangkan pejabat yang lain adalah beberapa jajaran Legislatif, anggota DPRD Propinsi DI Yogyakarta. Dari berbagai partai dan kabupaten mereka hadir dan terlibat secara langsung dalam program trauma healing di beberapa TK dan SD. Beliau-beliau sebanyak 4 perempuan ikut bermain dan bernyanyi bersama ank-anak. Dan waktu berangkat 4 perempuan ini rela untuk naik truk bersama kami. Mungkin menjadi pengalaman bagi mereka selama menjadi anggota Dewan

[caption id="attachment_183936" align="aligncenter" width="400" caption="$ perempuan anggota legislatif yang terjun langsung dalam program trauma healing (dok. pribadi)"]

13403095111761131571
13403095111761131571
[/caption]

Dan terakhir adalah kunjungan gubernur DI. Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Kami sempat menunjukkan program dukungan Psikososial ini di hadapan beliau. Memperagakan beberapa permainan dan bernyanyi bersama anak-anak di hadapan beliau yang berkeliling mengunjungi apa yang sudah di kerjakan relawan DIY.

[caption id="attachment_183937" align="aligncenter" width="400" caption="Kunjungan gubernur DIY Sri Sultan HB X dan Bupati Pariaman yang kala itu masih dijabat oleh Bpk. Muslim Kasim (dok. pribadi)"]

134030967573063711
134030967573063711
[/caption]

Akhir Sebuah Program

Waktu tidak terasa. Sudah sebulan kami berbagi di Pariaman. Berbagi dengan anak-anak dan masyarakat sekitar. Dan serasa sudah dianggap cukup. Relawan DIY harus ditarik kembali ke Yogyakarta. Dengan kembali menempuh jalan darat kami meninggalkan sebuah tempat yang menjadi kenangan indah tak terlupakan.

Saat waktu berpamitan ada banyak masyarakat yang turut menghantar kami. Ada sebagian yang menangis beruarai air-mata. Sebuah pelajaran yang sangat berharga. Bahwa memang ketulusan adalah awal dari sebuah keberhasilan. Semua harus berangkat dari hati yang bersih.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun