Mohon tunggu...
Catur Nurrochman Oktavian
Catur Nurrochman Oktavian Mohon Tunggu... Guru - guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PGRI Tidak Pernah Meninggalkan Guru Honorer!

26 September 2018   05:44 Diperbarui: 26 September 2018   05:56 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Press rilis Kegiatan PGRI Kabupaten Bogor

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan merupakan organisasi profesi, perjuangan, dan ketenagakerjaan. Oleh karena itu, perannya tidak akan pernah berhenti untuk secara aktif menjaga, memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan yang dijiwai semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh, peningkatan kompetensi serta kesejahteraan lahir batin para guru. Termasuk dalam perjuangan para guru yang masih berstatus honorer (guhon) di Kabupaten Bogor, PGRI tidak pernah sedikitpun surut memperjuangkan hak-haknya untuk diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

PGRI Kabupaten Bogor bahkan pernah mengadakan focus group discussion (FGD) bertajuk "Guru Honor: Beban atau Kebutuhan?" yang mengundang seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan di Kabupaten Bogor hingga pusat yang diselenggarakan di Olympic Renotel Hotel, beberapa waktu lalu. Lalu, terkait aksi unjuk rasa para guhon ketika menyampaikan pendapat di muka umum Rabu 19 September 2018, PGRI Kabupaten Bogor berperan penting di dalamnya dengan melaporkan rencana aksi tersebut ke Bupati, BKPP, dan Dinas Pendidikan. Selain itu, PGRI Kabupaten Bogor menyerukan kepada seluruh guhon memakai atribut PGRI. Seluruh pengurus cabang PGRI juga diintruksikan untuk memfasilitasi para guhon dalam melancarkan aksinya (termasuk menyediakan air mineral di jalan-jalan) dan memberikan pengertian para kepala sekolah agar para guru ASN mengisi kelas-kelas yang ditinggalkan guru honor, mengajak para siswa berdoa, dan menjelaskan nasib guru honor kepada para orangtua siswa. Perwakilan pengurus PGRI Kabupaten Bogor dan beberapa pengurus Cabang nampak hadir pula dalam aksi tersebut sebagai bentuk dukungan moril kepada para guhon.

Aksi guru honor di Kabupaten Bogor dan di berbagai daerah seluruh Jawa Barat pun berdampak luas. PB.PGRI pun tidak tinggal diam. Ketua Umum PB.PGRI dan beberapa pengurus menyambangi Menteri Sekretaris Negara, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Menteri Pendidikan Kebudayaan untuk beraudiensi mencari titik temu penyelesaian permasalahan para guru honor. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa keputusan penting di antaranya menunda penerimaan CPNS dan pemerintah mempersiapkan peraturan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan guhon khususnya bagi para guhon berstatus K-2 yang berusia di atas 35 tahun. Sekelumit pernyataan di atas menjadi bukti kongkrit bahwa PGRI tetap berkomitmen sebagai wadah para guru (tanpa kecuali) untuk memperjuangkan terkait status ketenagakerjaannya hingga peningkatkan kesejahteraan.

Selain itu, PGRI tidak boleh melupakan jati dirinya sebagai organisasi profesi yang selalu berupaya meningkatkan kapasitas kompetensi para anggotanya. Oleh karena itu, dalam forum konperensi kerja tingkat kabupaten yang dilaksanakan di bulan Februari 2018, PGRI menetapkan berbagai program kerja untuk meningkatkan kompetensi para anggotanya melalui berbagai kegiatan. Di antaranya kegiatan benchmarking to best practice ke Kabupaten Pangandaran.

Kegiatan Benchmarking ini merupakan amanat konperensi kerja (Konker) II tahun 2018. Selain itu, kegiatan yang dilakukan PGRI ini sesuai amanah Undang-Undang No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa sebagai sebuah organisasi profesi (Orprof), PGRI berfungsi melakukan pembinaan dan pengembangan profesi, meningkatkan kompetensi, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan,  dan pengabdian kepada masyarakat.

Menurut Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), organisasi PGRI bertujuan mempertinggi kesadaran dan sikap guru, meningkatkan mutu dan kemampuan profesi guru dan tenaga kependidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka PGRI memiliki tugas untuk mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan di semua jenjang dan satuan pendidikan tanpa membedakan status kepegawaian.

Salah satu metode yang dipilih untuk pembinaan dan pengembangan profesi guru adalah Benchmarking to best practices berbentuk outdoor learning experience. Pada umumnya metode ini untuk mengukur keberhasilan yang telah dilakukan pihak lain.

PGRI Kabupaten Bogor mengadakan benchmarking tanggal 21 s.d. 22 September 2018 ke SD Negeri 1 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Sekolah tersebut berhasil menerapkan pembiasaan karakter; religi; nasionalis, gotong royong, 

Selain itu, menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan PGRI Kabupaten Pangandaran dalam rangka memperkuat jaringan organisasi khususnya di wilayah Jawa Barat. Beberapa keberhasilan program pendidikan yang dicapai di Kabupaten Pangandaran seperti "Gatal Sampah", Ajengan masuk sekolah, Program mengaji di sekolah, pembiasaan guru berbaris menyambut siswa di awal masuk kelas, dan sebagainya merupakan contoh praktik pengalaman terbaik yang dapat diadopsi di Kabupaten Bogor. Keunggulan-keunggulan di daerah lain dapat diikuti jejaknya sebagai proses pendidikan menuju ke arah yang lebih baik.

Bogor, 23 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun