Mohon tunggu...
Cathy Ismantara
Cathy Ismantara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Final Year Student

Hello! Have a nice day everyone!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rendahnya Budaya Risiko Menjadi Penyebab Sulitnya Penanganan Covid-19 di Indonesia

16 September 2021   17:34 Diperbarui: 16 September 2021   19:10 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu dihadapkan dengan ketidakpastian yang menimbulkan kejadian risiko. Misalnya ketika kita berjalan kaki keluar rumah, ada ketidakpastian apakah akan turun hujan atau tidak. Jika hujan maka timbul kejadian risiko bahwa tubuh kita menjadi basah terkena air hujan. 

Dengan adanya kejadian risiko tersebut sebaiknya kita membawa jas hujan atau payung dari rumah sehingga jika turun hujan kita bisa menggunakannya dan tidak basah kuyup. Jika kita melakukan hal tersebut, artinya kita telah menyadari adanya kejadian risiko dan melakukan upaya untuk mengurangi dampak dari kejadian risiko tersebut.

Apakah semua orang yang berjalan kaki di ruang terbuka menghadapi kejadian risiko basah terkena air hujan? Ya. Namun apakah semua orang yang menghadapi kejadian risiko tersebut memiliki kesadaran tentang risiko yang akan dihadapi dan mempersiapkan jas hujan atau pun payung? Tidak. Hal serupa terjadi dalam peristiwa berikut ini.

Sulitnya Penanganan COVID-19 di Indonesia

Kepatuhan Pakai Masker di 2.654 Kelurahan di Bawah 60 Persen | Sumber: CNN Indonesia
Kepatuhan Pakai Masker di 2.654 Kelurahan di Bawah 60 Persen | Sumber: CNN Indonesia

Gambar dan kutipan di atas diambil dari berita CNN Indonesia mengenai rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat untuk memakai masker. 2.654 kelurahan di Indonesia memiliki tingkat kepatuhan memakai masker di bawah 60 persen. Dari angka tersebut, penyumbang ketidakpatuhan memakai masker tertinggi berasal dari luar Jawa-Bali. 

Berdasarkan data Satgas Covid-19, Provinsi Aceh merupakan provinsi dengan jumlah kelurahan terbanyak yang tingkat kepatuhan memakai maskernya di bawah 60 persen, yaitu sebanyak 548 kelurahan. Kondisi ini sangat miris mengingat penyebaran Virus Corona masih cukup tinggi di Indonesia di mana kasus positif COVID-19 dan meninggal dunia terus bertambah setiap harinya.

Apakah semua masyarakat Indonesia menghadapi kejadian risiko positif COVID-19 dan meninggal dunia akibat COVID-19? Ya. Namun apakah semua masyarakat Indonesia yang menghadapi kejadian risiko tersebut memiliki kesadaran tentang risiko yang akan dihadapi dan mematuhi protokol kesehatan? Tidak.

Kejadian risiko berupa positif COVID-19 dan meninggal dunia akibat Covid-19 merupakan kejadian risiko yang dapat diminimalkan. Dilansir dari Detik Health, ketika kasus positif COVID-19 masih terus meningkat di Indonesia, beberapa negara maju justru telah bebas masker, di antaranya Amerika Serikat, Selandia Baru, dan China. 

Kondisi ini terjadi karena warga negara maju memiliki budaya risiko yang kuat. Mereka memahami besarnya dampak COVID-19 sehingga mereka taat pada protokol kesehatan. Dengan taat pada protokol kesehatan, kasus positif COVID-19 pun terus menurun hingga akhirnya warga di negara maju tersebut diperbolehkan beraktivitas tanpa memakai masker.

Seperti Tak Ada Corona, 8 Negara Sudah 'Good Bye' Masker | Sumber: CNBC Indonesia
Seperti Tak Ada Corona, 8 Negara Sudah 'Good Bye' Masker | Sumber: CNBC Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun