Mohon tunggu...
Ibnul Fadani
Ibnul Fadani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis | Pembaca | Atlet

Menulis adalah cara terbaik untuk berbicara tanpa diganggu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuhan, Aku Kembali

6 Juni 2023   11:15 Diperbarui: 6 Juni 2023   11:18 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di dalam lautan yang dalam dosa bergelombang,
Kusadari diriku, hatiku terkutuk dan terbelenggu,
Mengembara di jalur hitam yang terjerumus,
Tapi kini, kesadaran menghampiri, mencengkam tubuhku.

Seperti sinar mentari menyingsing di ufuk timur,
Harapan menari-nari, melambaikan tangan lembut,
Aku terhanyut dalam seruan kebaikan yang terucap,
Menepi dari dosa, mengubah takdir yang tergurat.

Oh, puisi ini membiaskan sayatan kebenaran,
Dalam bait-baitnya yang merayu, mencipta imajinasi,
Seperti seruling lembut yang membangunkan jiwa,
Aku mencumbu keindahan kejujuran dan pengampunan.

Sekarang kuulurkan tangan untuk memperbaiki kesalahan,
Seperti burung yang terbang bebas di awan biru,
Aku berlari melawan arus waktu yang memisahkan,
Menuju pelabuhan yang tersirat dalam hati yang tenang.

Tubuh ini hanya reruntuhan yang tergeletak,
Tapi semangatku tumbuh, seperti bunga yang berkembang,
Aku mohon ampun pada-Mu, Ya Tuhan Yang Maha Pengasih,
Agar kesalahan terlampau tak menghancurkan diriku.

Pada saat ini, kurasakan penderitaan dan rasa sesal,
Dalam air mata yang jatuh mengisi lautan hati yang perih,
Tapi harapanku bergelora, cahaya terang menyinari jalan,
Aku berdiri tegak, menghadapi hidup dengan keikhlasan yang baru.

Puisi ini adalah nyanyian tentang perjalanan penebusan,
Dalam kebisuan hati yang sedang mengarungi samudera,
Melangkah maju, meninggalkan jejak dosa-dosa lalu,
Menuju cahaya kasih yang menuntun kehidupan yang lebih baik.

Dosa adalah bayangan gelap yang menghalangi cahaya,
Namun, kesadaran membebaskan jiwa yang terpenjara,
Maka, dengan penyesalan yang mendalam, kusumpah diri,
Untuk berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di dunia ini.

Dalam puisi inilah aku mengungkapkan pengakuan diri,
Sebagai pendosa yang berusaha menuju pencerahan,
Kesalahan-kesalahan tersemat dalam riwayat hidup,
Namun kini, kucoba menebar benih harapan yang abadi.

Dalam pergulatan hati yang tak pernah usai,
Kusedari potensi kebaikan yang tersimpan dalam relung,
Berpeluh kugenggam kebahagiaan yang tulus,
Kesadaran pendosa menjadi titik awal perjalanan yang jujur.

Dengan puisi ini, kupersembahkan komitmen yang teguh,
Untuk meninggalkan dosa-dosa yang membelenggu,
Mengubah diri, memancarkan sinar kebaikan,
Menjadi pelita dalam kegelapan, menginspirasi jiwa-jiwa yang terluka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun