Mohon tunggu...
Catatannisa
Catatannisa Mohon Tunggu... Penulis - Jurnal Keseharian dan Informasi

Assalamualaikum, Selamat datang di dunia Catatannisa😍❤

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sang Gigih; Ciptakan Karya Dalam Keterbatasan

1 Desember 2020   13:13 Diperbarui: 24 Desember 2020   17:32 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni ukir merupakan seni khas yang membutuhkan keterampilan khusus dan detail ukiran yang halus.

Seperti yang dilakukan oleh Mustaqbilal. Berangkat dari hobinya terhadap seni barong ia lalu memutuskan untuk menjadikannya sebagai ladang mengais rezeki,, dengan berbekal keterampilannya yang sudah di asah, ia mengukir berbagai macam bentuk ukiran dengan tingkat ketelitian tinggi dan sangat rapi.

Terlahir berbeda dengan tangan kanan mengecil dan tanpa jari-jari serta tidak memiliki kedua kaki, Bilal sapaan akrabnya, telaten menyulap kayu mentah menjadi ukiran dengan harga jual tinggi. Laki-laki kelahiran Banyuwangi 1981 ini, mulai belajar mengukir sejak duduk di bangku Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) hingga saat ini. Walaupun ia memiliki keterbatasan fisik namun pendidikannya tetap diseleseikan hingga Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Semangatnya yang tak pernah luntur, membuat Bilal tetap menjaga eksistensinya menghasilkan berbagai macam karya ukir yang indah, "usaha 25 tahun, lulus SD buka usaha ukir, " ujarnya lelaki itu ketika saya menyambi lapaknya di pameran deskranasda jawa timur yang bertempat di Grand City Surabaya. Bilal yang tinggal di Banyuwangi ini, membuka pesanan untuk jasa pembuatan ukiran kepala barong dan kini sudah mulai merambah pasar online dengan promosi melalui Facebook. Hal tersebut ia lakukan karena darisana banyak para pembeli baru yang berasal dari luar kota mengenal produknya, dengan sosial media tersebut jangkauan pasar penjualannya juga semakin luas.

Ayah satu anak tersebut mengaku dalam produksinya mengalami kesulitan ketika proses pemotongan kayu, "kesulitannya di bagian pemotongan kayu yang paling besar, karena kan jualnya nggak cuma yang ukuran kecil saja tapi besar juga,"ungkapnya dengan menunjukkan hasil pahatan yang belum rampung.  Meski menghadapi kesulitan dalam proses pembuatan lantas tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berkarya dengan hasil terbaik, malah hal tersebut ia jadikan semangat untuk terus membuat model-model baru. Ukiran milik Bilal ini sudah pernah dikirim keluar Kota Banyuwangi, yaitu Pati dan Kupang.

Harga ukirannya dipatok berkisar 300 ribu sampai 10 juta sesuai dengan tingkat kerumitan, pengecatan dan bahan baku yang di dapakai. Ia mengatakan bahwa terkadang properti yang dipakainya membuat harga jual menjadi mahal dikarenakan tidak smua bahan baku siap pakai atau dapat dicari denngan mudah, ada beberapa baarang yang harus dibeli di tempat, "yang paling sulit, ekor sapi, ekor kuda harus beli online dan lebih mahal, "tuturnya. Selain itu ia juga menggunakan kain wol bahan boneka sebagai salah satu bahan baku produknya.

Dari kisah Mustaqbilal kita bisa belajar bahwa sesuatu hal apapun bisa dicapai asal insan tersebut bersungguh-sungguh dalam mewujudkannya. Tidak ada yang tidak mungkin selagi kita berusaha, Tuhan tidak akan diam saja melihat usaha hambanya yang gigih, maka setelah berusaha jangan lupa turut libatkan Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap keyakinan dan permohonan :).

Nb: Untuk yang ingin mengetahui info dan ingin pesan koleksi ukir Mustaqbilal silahkan tinggalkan komentar. 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun