Mohon tunggu...
Bambang Riyanto
Bambang Riyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Ini Bukan Soal Bola Semata

Catatan Fans Milan: Tulisan Ringan yang Berusaha Enak Dibaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bom Bunuh Diri, Babi dan Cara Kita Memandang Persoalan

14 November 2019   01:46 Diperbarui: 14 November 2019   01:43 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Catatan Fans Milan mengamati, ada banyak kecenderungan orang dalam melihat sisi di balik sebuah peristiwa. Ya tentu saja ini pengamatan selayang pandang, tanpa kajian ilmiah apalagi melalui proses sidang meja hijau yang mendebarkan itu.

Begini, ada serangkaian peristiwa di Medan yang sedang hype. Pertama adalah soal babi-babi yang terjangkit penyakit, meninggal dan diarungkan ke sungai. Habitat air jadi tercemar, lingkungan sekitar turut jadi korban. Rakyat heboh. Hebohnya kemana-mana.

Ada yang menyalahkan si pembuang, tapi tak sedikit yang mengaitkannya ke persoalan politik dan parahnya menyindir-nyindir agama. Well, tanpa harus menyebut nama, lini masa media saya banyak yang demikian. Aneh, karena komentar jauh sekali dari substansi persoalan.

Begitupula soal bom bunuh diri yang melukai enam korban itu. Seolah mendapat bahan "balasan" ada pula yang mengaitkan ke persoalan radikalisme lalu melipir menyudutkan agama tertentu. Lah, kok jadi begitu?

Kok jadi sedemikian liar dan sensitifnya kita pada suatu isu, sehingga kemudian dikait berkait dengan agama tertentu. Kejahatan adalah kejahatan. Ia tak pandang agama. Sebab agama, saya kira, tak ada yang mengajarkan tentang buanglah babi berpenyakit ke sungai atau bomlah dirimu sendiri.

Maka selalu penulis catatan fans Milan, yang harus berlaku adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan, mengimbau kepada khalayak untuk berhenti menegasikan suatu peristiwa pada hal-hal yang berbau SARA. Itu ndak keren dan sangat primitif. Kayak orang gak makan bangku sekolahan.

Mari kita selalu berupaya menganalisis pada substansi. Pada persoalan-persoalan inti, terlepas persoalan itu tidak berdiri sendiri, ada asas praduga tak bersalah yang harus diusung. Jangan biasakan menuding kelompok-kelompok. Setiap kejahatan harus dilawan bersama. Jangan turut menyebarkan teror dengan mengafiliasikan gerakan bom bunuh diri pada agama tertentu.

Suudzon. Berburuk sangka. Itu temannya setan. Kita harus berempati pada korban yang terluka. Pada bapak polisi yang harus dirawat, pada keluarga korban yang merasakan getirnya kekhawatiran. Pada korban selamat dan bagaimana mereka harus menghadapi traumatik yang mendalam.

Jangan malah menyalahkan. Menuding-nuding. Lah, situkan gak di tempat. Gak tau juga kronologis cerita yang sebenarnya bagaimana. Berpikir kritis itu berbeda dengan nyinyir. Nyinyir itu ndak asyik apalagi pada peristiwa teror, di mana banyak nyawa yang menjadi pertaruhan!

Geram awak, payah kali dibilangin. Lama-lama awak bubarkan juga AC Milan ini...

-bambang riyanto-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun