Mohon tunggu...
Catarina Sannyasenadhigacchati
Catarina Sannyasenadhigacchati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Gemar menyanyi dalam paduan suara.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Geladi Hominisasi 9

30 Mei 2022   15:14 Diperbarui: 30 Mei 2022   15:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Universitas Katolik Parahyangan menganut Spiritualitas dan Nilai Dasar UNPAR, yang disingkat menjadi SINDU. SINDU berfungsi membedakan UNPAR dari perguruan tinggi lainnya. SINDU sendiri merupakan keinginan/cita-cita komunitas akademik UNPAR dalam membentuk manusia yang humanum. Manusia yang humanum memiliki tiga ciri. Pertama, manusia yang fisik, moral, sosial, kultural, intelektual, dan religiusnya berkembang secara harmonis dan maksimal. Kedua, manusia yang memiliki cinta kasih dalam kebenaran. Ketiga, manusia yang dapat dan sanggup hidup dalam keberagaman.

Untuk menanamkan SINDU dalam diri mahasiswa/i, UNPAR melalui Lembaga Pengembangan Humaniora (LPH) mengadakan tiga geladi. 

Geladi-geladi tersebut adalah Geladi Hominisasi, Geladi Humanisasi, dan Geladi Divinisasi. Geladi Hominisasi merupakan tahap pertama dalam membangun kesadaran sebagai insan akademik yang terbuka untuk membangun bangsa. Geladi Humanisasi merupakan tahap lanjutan dari Geladi Hominisasi di mana mahasiswa/i diajak untuk mendalami nilai-nilai yang disadari dalam geladi hominisasi. 

Geladi Divinisasi berkaitan dengan bagaimana hidup tidak hanya sebatas pada tataran horizontal, melainkan juga vertikal (berkaitan dengan Tuhan).

Geladi Hominisasi diawali dengan Tugas Pra-Geladi. Kami diminta untuk menyimak Lagu Indonesia Raya dan menjelaskan bagian yang menurut kami menarik. 

Saya memilih bagian "Sadarlah hatinya, sadarlah budinya untuk Indonesia Raya" karena saya merasa masih banyak orang yang belum menyadari perannya dalam memajukan Indonesia dan perlunya dibangun kesadaran akan hal itu. Setelah itu, kami diminta memberi pendapat mengenai alasan pentingnya peran generasi muda bagi masa depan bangsa. 

Menurut saya, generasi muda memiliki perspektif yang lebih segar dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Akhirnya, kami diminta pendapat mengenai tantangan bagi generasi muda. Menurut saya, generasi muda semakin individualis karena pengaruh gawai, internet, dan media sosial.

Tahap berikutnya adalah Geladi. Saya mengikuti Geladi Hominisasi 9 pada Sabtu, 21 Mei 2022. Geladi dibuka dengan ajakan dari para fasilitator kepada peserta untuk menyapa peserta lainnya menggunakan bahasa daerah masing-masing. Setelah itu, Geladi dibuka dengan kata sambutan dari Romo Yohanes Driyanto. Selanjutnya, kesembilan fasilitator bergiliran memperkenalkan diri kepada peserta.

Dalam Geladi Hominisasi, Mas Ophan memberikan materi mengenai teknik presentasi. Beliau menjelaskan bahwa ada tiga metode bersikap kritis, yaitu knowing, understanding, dan innovating. Pada tahap knowing, kita layaknya mesin/robot yang mengetahui berbagai informasi. Pada tahap understanding, kita mulai berusaha memahami makna/latar belakang dari informasi yang kita ketahui. Dalam tahap ini, manusia bekerja kritis secara personal. Pada tahap innovating, kita mendapatkan/menciptakan terobosan/kesadaran baru. Dalam tahap ini, manusia bekerja kritis secara kolektif.

Setelah diberikan materi, peserta dibagi dalam kelompok dan diberikan tema untuk dipresentasikan. Tema yang diberikan meliputi pentingnya peran generasi muda, khususnya generasi Z, dalam hidup dengan keragaman dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Saya merupakan anggota kelompok 3 dan kami membahas tema "Bahasa Daerah: Mengapa Perlu Dilestarikan?". Kelompok saya beranggotakan Immanuel, Sebastian, Raymond, dan Kaye. Kami dibimbing oleh Pak Andi. Kami memulai presentasi dengan menyanyikan lagu daerah masing-masing. Lalu, kami menyampaikan jumlah bahasa yang ada di Indonesia, bahasa-bahasa yang paling banyak dipakai, bahasa-bahasa yang terancam punah, tantangan yang dihadapi generasi muda dalam berbahasa daerah, cara melestarikannya, dan pentingnya bahasa daerah bagi Indonesia. Kami pun menutup presentasi dengan berpantun.

Geladi Hominisasi yang saya jalani tidak terasa membosankan/melelahkan karena fasilitator yang bersemangat mampu membangkitkan semangat para peserta. Para fasilitator pun menghadirkan berbagai candaan dan permainan ice-breaker untuk menjaga suasana tetap cair setelah menerima materi. Selain fasilitator, peserta geladi lainnya juga turut aktif dan kreatif dalam mengikuti geladi. Dalam geladi ini, muncul berbagai ide yang menambah daya tarik dari setiap presentasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun