Bang Juki mengambilnya lalu membuka laci uang untuk membalikan kembalian uang itu, tapi lelaki itu berkata, "Ambil saja kembaliannya!" Setelah berkata begitu, lelaki itu membalikan badan dan lekas melangkahkan kaki ke arah ujung jalan dekat pohon petay cina.
"Tapi ini kembaliannya sangat besar!" seru Bang Juki sambil menyerahkan lembaran uang kembalian. Tapi aneh, lelaki itu cepat sekali menjauh, tahu-tahu sudah di ujung mata memandang. "Buset, cepat amat tuh orang jalannya!" batin Bang Juki sambil kembali memasukan lembaran  uang kembalian lelaki itu ke laci.
Pairun yang asik menikmati nasi gorengnya, lalu melihat lelaki itu berjalan lambat tapi cepat menjauh seperti tidak menapak. Ada keanehan pada lelaki itu ketika Pairun menajamkan pandangannya kearah lelaki itu yang hampir tertelan gelap, ia melihat bungkusan nasi goreng tampak besar dan bulat. Padahal, bungkusan nasi goreng itu kecil, tapi kenapa lelaki itu menjauh tiba-tiba bungkusan nasinya membesar, sebesar kepala.
"Bang itu dia beli nasi bungkus berapa?" tanya Pairun.
"Satu!" jawab Bang Juki cepat.
"Tapi kok, bungkusannya seperti beli sepuluh bungkus?!"
Bang Juki kembali menoleh ke orang itu. Ia pun melongong merasa aneh, kok seperti membawa kepala. Bentuknya bulat dan hitam. Setelah tersadar karena Bang Juki memandang keatas tepat kearah kepala lelaki itu, sontak Bang Juki berteriak keras.
"Orang itu, orang itu, orang itu kepalanya buntuung ....!" tanpa ambil aba-aba, Bang Juki lari secepat kilat
Kini pairun yang menoleh lekat kearah lelaki itu. Benar, ternyata lelaki itu sedang menenteng kepalanya sendiri. Lelaki kuntung tampa kepala.
"Han, han, hantuuuuu ...." Pairun segera melompat tunggang langgang di susul Adi sampai kecepirit.
Â
TAMAT