Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sawah, Sungai dan Kuburan, Tempat Bermain Waktu Kecil di Bulan Ramadhan

3 Juni 2018   03:11 Diperbarui: 3 Juni 2018   04:21 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masa kecil sungguh menyenangkan (Sumber: loop.co.id)

Membantu orang tua memanen padi (Sumber: sumampir.penadesa.or.id)
Membantu orang tua memanen padi (Sumber: sumampir.penadesa.or.id)
            Bagaimana dengan upah padi? Jaman kecil dulu berlaku sistem 5 bagian. Maksudnya, 1 bagian buat kuli panen padi dan 5 bagian bagi sang juragan pemilik sawah. Jadi kalau ingin mendapatkan padi basah satu karung maka perlu mendapatkan padi basah sebanyak 6 karung. Luasan sawah yang dipanen kurang lebih 400m2.

            Dan, masa kecil yang tidak pernah saya lupakan hingga kini adalah berbuka puasa dengan timun suri berbalut gula dan es batu. Rasa lelah sehabis panen padi milik orang lain langsung hilang seketika. Bukan itu saja, melihat ruang tamu yang dipenuhi dengan padi basah sebagai hasil jerih payah "nguli" panen padi menjadi sebuah kebanggaan dan bekal untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri (Lebaran).

Mencari Ikan  

Libur minggu pertama di bulan Ramadhan juga menjadi kesempatan terbaik buat hangout khas anak desa. Bukan nongkrong di warung makan seperti sekarang atau jalan-jalan ke mall gaya anak Jaman Now. Yang membuat heran saya hingga sekarang adalah teman sepermainan yang berasal dari satu gang yang memanjang dari arah barat ke timur yang  panjangnya kurang lebih 1 km.

Di pertengahan gang desa tersebut terbelah sungai kecil atau selokan. Nah, masa kecil saya justru dihabiskan dengan teman-teman satu gang yang letaknya di sebelah timur selokan tadi. Sementara saya tinggal di sebelah barat selokan tersebut.

Ada kesan waktu kecil bahwa anak-anak yang terletak di sebelah barat selokan, jangkauan mainnya hanya sekitar satu gang saja. Bisa dibilang kurang gaul atau banyak dikekang orang tuanya karena mayoritas orang berkecukupan meskipun keluarga saya termasuk keluarga biasa. Dan, sepertinya pesan para orang tua ke anaknya, "Tong, ari dolanan aja mana-mana ya" (Nak, kalo bermain jangan ke mana-mana ya) benar-benar dipatuhi anak-anak gang barat selokan waktu itu.

Lain dengan anak-anak timur selokan yang terkesan anak "petualang", mereka jangkauan mainnya hingga ke gang sebelahnya. Bahkan, hingga ke sungai dekat kuburan yang letaknya urang lebih 1,5 km dari batas kampung.

Nah, karena jiwa saya suka "ngebolang" maka saya berusaha untuk merapat ke anak-anak timur selokan yang notabene teman sekolah SD. Dari pergaulan inilah, jangkauan main masa kecil sungguh luar biasa.

Kami suka berpetualang mencari penghasilan khas anak kecil. Ya, suka menjelajah setiap sudut sungai  untuk mencari ikan. Cara mencari ikannya pun lebih ekstrem, bukan pakai pancing tapi langsung menangkap dengan tangan. Orang desa lebih mengenal sebagai "gogoh".

Mencari ikan dengan tangan yang di kampong saya dikenal dengan nama
Mencari ikan dengan tangan yang di kampong saya dikenal dengan nama
Jika sungai timur desa dalam keadaan agak surut, maka saya dan teman-teman melakukan "gogoh" dari arah selatan ke utara sungai sejauh kurang lebih 1km. Pengalaman "kepatil" tangannya oleh sirip ikan bukanlah hal yang aneh.

Saya pernah mengalami tangan membiru karena kepatil sejenis ikan lele. Orang desa lebih mengenal dengan nama ikan Sembilang. Sakitnya membuat meringis kesakitan hingga pulang ke rumah. Jadi, saya hanya menjadi penonton teman-teman yang sedang mencari ikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun