Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Bokong Seksi Sang Monyet

22 Mei 2018   04:26 Diperbarui: 22 Mei 2018   06:01 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Bali mempunyai beberapa Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang mengandalkan kegemasan tingkah laku para simpanse atau monyet seperti Pulaki, Pancasari, Alas Kedaton dan Sangeh dan lain-lain. Tingkah laku para monyet yang bisa bersahabat dengan manusia membuat gemas siapapun ingin mengabadikan tingkah lakunya.

Tapi, kadangkala tingkalh laku para monyet tersebut justru membuat lucu atau konyol bagi manusia.   Kemarin saya menyempatkan untuk jalan-jalan ke Jembatan Tukad Bangkung yang berada di kawasan Petang Plaga Badung. Akses dari Kota Denpasar ke Jembatan Tukad Bangkung tersebut pastilah melewati DTW Sangeh yang terkenal dengan penghuninya para monyet.

Tingkah laku yang menggemaskan para monyet membuat setiap orang untuk mengabadikan dalam jepretan kamera. Menarik, mulai siang hingga sore para monyet tersebut memamerkan kegemasannya di hadapan orang-orang atau pengendara yang lewat di jalur jalan raya Denpasar-Plaga. Kebetulan, kawasan hutan Sangeh berbatasan langsung dengan jalan raya utama.

Seperti kawasan monyet di tempat lainnya, yang memamerkan kegemasannya bukan hanya untuk adu pose tetapi bermaksud untuk mendapatkan berkah makanan dari orang yang lewat. Sayangnya, ketika sumber makanan dianggap kurang stok maka sekawanan monyet tersebut menyeberang jalan raya. Di seberang hutan Sangeh tersebut banyak rumah penduduk dan warung makan yang menawarkan kuliner khas Bali.

Lucunya, sekawanan monyet yang sering menyeberang jalan raya tersebut adalah para monyet yang berbadan gempal atau yang sudah dewasa. Mereka tidak segan-segan untuk mencuri makanan di rumah atau warung makan penduduk sekitarnya. Tentu, kondisi ini sangat menggangu para pelanggan dan bisa merugikan usaha kuliner.

Para pemilik warung makan yang berdiri di sepanjang jalan raya terbiasa dengan keadaan di mana para monyet sering mencuri makanan. Untuk menghalau para monyet, penduduk atau pemilik warung menggunakan alat sederhana atau ketapel. Dan, alat tersebut sangat berhasil. Saya sering berpikir bahwa monyet begitu takut sama ketapel.

Kemarin, saya menyempatkan mampir di tempat tersebut. Kebetulan sekawanan monyet besar menyeberang jalan. Mereka menjahili rumah penduduk. Tidak ketinggalan, warung makan pun menjadi sasaran kerakusan para monyet. Ada yang hendak mencuri atau habis menggasak makanan yang dijual di warung makan.

Saya menyakasikan bagaimana tingkah laku para monyet lari tunggang langgang setelah ditembak pakai ketapel berkali-kali oleh sang pemilik warung makan.

Semua orang tahu bahwa tingkah laku monyet hampir mirip seperti manusia. Maka, mereka pun lari terbirit-birit setelah dihalau ketapel sang pemilik warung makan. Tetapi, banyak juga yang memamerkan gigi putihnya (menyeringai) sebagai tanda marah alias tidak terima. Ada juga yang lari tunggang langgang dan bersembungi di tempat yang aman, kemudian mencuri lagi saat sang pemilik warung makan lengah.

Tapi, ada yang lucu saat sang monyet ditembak ketapel pemilik warung. Tingkah laku sang monyet justru nyebelin, bahkan tergolong mengejek sang pemilik warung makan. Sang monyet justru berhenti dan memamerkan sambil menepuk-nepuk bokong ke pemilik warung makan. Sepertinya sang monyet berkata bak jagoan terminal, "hai, baru punya warung makan aja udah belagu banget lu. Lagian muka lu kayak pantat gue, mony**t!".

Eladalah ... berani banget monyet itu. Bahkan, merasa tersinggung, sang pemilik warung makan  berusaha melepaskan isi ketapel lagi. Kini, gantian sekawanan monyet berusaha mencuri harta pemilik warung makan secara bergantian.  Dan, tingkah laku sekawanan monyet tersebut rame-rame pamer bokongnya yang seksi. Kini, sang pemilik warung tidaklah marah tetapi sambil tertawa nyeletuk sendiri, "naskeleng, bojog cicing!". Artinya apa, silahkan tanya sama orang Bali, pasti bikin ketawa dan mengerutkan dahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun