Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Membuat Mercon Sendiri Untuk Menyambut Lebaran

15 Juli 2015   21:29 Diperbarui: 15 Juli 2015   21:29 2899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Kecamatan Tanjung merupakan kecamatan kecil yang berada di Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) dan jalur Pantai utara Jawa (Pantura). Kondisi desa yang ada di dalamnya tidak seramai sekarang sekitar akhir tahun 80-an membuat kehidupan pedesaaan sungguh bersahaja. Namun, kondisi sekarang sungguh berubah 360 derajat setelah dibangunnya tol Kanci-Pejagan. Perekonomian masyarakat menanjak tajam.

Rumah-rumah yang berada di sekitar tol Pejagan pun dahulu hanyalah pematang kosong samping sungai kecil yang dibuat sebagai tempat menjemur bawang merah ketika musim panen tiba. Rumah penduduk pun masih jarang. Benar-benar nuansa pedesaan yang khas. Di sekitar tol Pejaganlah masa kecil saya dihabiskan dengan penuh bahagia. Terlebih lagi ketika bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran.

Entah sudah menjadi kebiasaan atau fenomena yang harus dipertahankan. Datangnya Ramadhan dan Lebaran tak akan afdhol tanpa adanya letusan mercon (petasan) yang membahana di seluruh penjuru desa. Kata orang setempat, “ari pan bada langka mercon, rasane kayane kempang” (Jika mau lebaran tak ada petasan, rasanya seperti hambar). Sungguh, tradisi yang mesti dipertahankan. Meskipun, sekarang ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah dan dilarang karena membahayakan.

Saya masih ingat, bahwa jenis mercon yang melegenda di tempat masa kecilku punya merk “Singa”. Suaranya sungguh menggelegar, jarang yang mati dan maremi (menyenangkan hati). Sampai tua sekarang ini, saya pun tidak tahu siapa pelopornya. Benar-benar hebat tuh pembuatnya. Saking melegendanya, tetanggaku pun membuat sendiri jenis mercon yang tak kalah hebat daya ledaknya seperti mercon merk “singa”. Suaranya, dobel menggelegar. Untung masa itu mercon bebas dibuat oleh siapa saja dan tidak ada larangan. Entah di daerah lain.

Meskipun melaksanakan ibadah puasa dengan baik, sebagai tetangga, saya pun jadi kepincut untuk belajar membuat tempat bahan, meracik antara serbuk hitam, serbuk putih dan membuat deles alias kertas pemicu ledakan. Kami sering mencobanya dan tak pernah gentar sedikitpun betapapun ledakan dahsyatnya. Bahkan, dengan senang hati, ketika saya menyalakan deles dan sebelum meledak sering menutupnya dengan baskom atau ceting (tempat nasi). Bisa dibayangkan, penutup tersebut hancur berkeping-keping. Dan saya beserta teman-teman hanya bertepuk tangan meriah alias bersorak kegirangan dan mencobanya berkali-kali. Meskipun, tetangga uring-uringan. Coba kalo sekarang, langsung didatangi polisi. He …he …he…

Mungkin ada kebanggaan tersendiri, ketika saya bisa membuat mercon dan mampu membunyikannya dengan suara yang menggelegar. Pertama membuat hanya berdiameter 2 cm dan tinggi 10 cm. Pelan tapi pasti, saya mencoba membuat mercon dengan diameter 20 cm dan tinggi 30 cm. Kami menyalakannya di tengah sawah yang jauh dari karamaian penduduk. Silahkan bayangkan sendiri bagaimana suara dentumannya. Dahsyat lan ajibbbb …. Persis kaya ledakan bom.

Ternyata suara mercon yang saya buat belum seberapa. Tetangga saya malah jago membuat ledakan yang luar biasa dengan bahan karbit. Dan saya melihat bagaimana ledakan itu muncul dari jarak kurang lebih 100 meter. Entah bagaimana cara membuatnya. Yang jelas, suaranya bak 3 kali suara meriam perang. Gila ….

Masa kecil yang benar-benar indah. Bulan puasa selalu saya isi dengan membantu tetangga membuat mercon, mendapat bayaran tinggal pilih: uang Rp. 100,- atau mercon diameter 2 cm sebanyak 5 biji. Saya malah lebih memilihnya mercon. Dasar anak kecil! Tetapi, kadang saya memilih uang untuk dikumpulkan yang selanjutnya membeli bahan sendiri Hasilnya, ledakan mercon super dahsyat!

Sekarang ini, puluhan tahun yang lalu sepertinya kangen bagaimana ledakan mercon tersebut memekakan telingaku. Meledakan baskom penutup mercon, dan berebut ketika tetangga menyalakan rentengan mercon merk “Singa” yang berisi lebih dari 100 biji mercon berbagai ukuran yang tidak habis meledak. Percaya atau tidak, meskipun masih banyak asap yang membumbung tinggi, rentengan mercon tersebut menjadi bulan-bulanan saya. Bahkan ketika mercon tersebut masih mengepulkan asap dalam siaga meledak. Saya tidak takut untuk merebutnya. Saya injak merconnya, agar aliran pemicu berhenti dan selanjutnya saya kumpulkan bahannya untuk dijadikan mercon yang super jumbo. Biar ledakannya lebih booommmm.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun