Mohon tunggu...
Carolus Nova Putra Tanaya
Carolus Nova Putra Tanaya Mohon Tunggu... Diplomat - Student

Soegijapranata Catholic University Semarang @carolusnpt

Selanjutnya

Tutup

Film

"Bumi Manusia", Antara Cinta dan Harga Diri Bangsa

28 Oktober 2020   22:30 Diperbarui: 28 Oktober 2020   22:54 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia, merupakan bangsa yang besar,tegar,penuh akan nilai dan moral. Bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang berdiri atas dasar perjuangan dan pengorbanan,sekalipun nyawa menjadi taruhannya demi merebut kata "merdeka!". Berbagai macam suku yang ada di negara ini, bersatu padu tanpa memandang kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki,sekali lagi demi merebut harga diri bangsa yang sudah lama dinjak-injak oleh kaum penjajah yang hanya ingin meraih keuntungan semata saja di negeri tercinta ini.

Proses panjang terbentuknya negeri tercinta Indonesia ini,juga masih akan terus diingat oleh segenap generasi yang lahir dari tahun ke tahun. Tetes air mata,kucuran darah yang mengalir deras,hingga rintihan rasa sakit atas hilangnya nyawa sanak saudara maupun keluarga, seakan-akan menjadi gambaran utama bagi bangsa ini dalam meraih merdeka. 

Tidak ada kata "hadiah",tidak ada pula kata "pemberian" untuk bangsa ini. Sekali lagi,apa yang diinginkan bangsa ini sedari dulu hingga sekarang,semua butuh proses. Dari proses yang amat panjang itulah,yang membuat bangsa ini mempunyai beragam kekayaan yang amat sangat luar biasa. Kaya dari segi sumber daya alam hingga kaya dari segi kebudayaan,yang tidak semua bangsa maupun negara memilkinya.

Hal-hal tersebut nyata terlihat dalam film "Bumi Manusia". Film yang diadaptasi dari Novel karangan Pramoedya Ananta Toer ini, seakan-akan ingin menunjukan bahwa bangsa kita tercinta ini dahulu amatlah sengsara ditanahnya sendiri. Beragam kekayaan alam di bangsa ini, sudah sepatutnya dapat dinikmati dan dimanfaatkan dengan baik oleh seluruh masyarakat sedari dulu,dengan tetap mengedepankan rasa adil dan kekeluargaan. 

Akan tetapi,apa yang terlihat pada saat ini dimana bangsa Indonesia sudah hidup tenang dan nyaman, berbanding terbalik dengan yang diperlihatkan pada masa-masa penjajahan Belanda,dimana harga diri bangsa ini benar-benar tak mempunyai suatu arti apapun dihadapan para penjajah maupun masyarakat dunia.

Dalam film yang mengambil setting tahun 1700-an ini pula, hadir sosok tokoh bernama Minke yang diperankan oleh Iqbal Ramadhan. Mingke yang mempunyai nama asli Tirto Adhi Soerjo, merupakan seorang pribumi biasa,namun ia dibolehkan untuk menuntut ilmu di Sekolah HBS (Hogere Burgerschool) atau sekolah pendidikan menengah umum yang ada pada jaman Hindia Belanda. 

Pada dasarnya,"Minke" adalah kata hinaan yang terus diucapkan bangsa kolonial pada saat itu,kata "Minke" berasal dari plesetan kata "Monkey" yang berarti "Monyet". Akan tetapi, Minke diperbolehkan untuk bersekolah dan menuntut ilmu di HBS karena kepiawaiannya dalam menulis. 

Berbagai macam karya tulis Minke amat sangat dikagumi oleh banyak tokoh Pendidikan,tokoh agama, hingga tokoh masyarakat. Hal itu pulalah yang semakin menambah rasa percaya diri Minke untuk bersekolah di HBS yang notabene hanya diperuntukan untuk masyarakat kalangan kelas atas maupun yang mempunyai keturuanan Belanda saja pada saat itu.

Selain kepandaiannya dalam menulis,Minke juga digambarkan sebagai sosok yang revolusioner. Dia berani untuk menentang setiap peraturan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda pada saat itu,yang sekiranya tidak sesuai untuk diterapkan di bangsa ini. 

Dari sifat revolusioner-nya lah,membuat Minke tidak disukai oleh teman-teman sekolahnya, bahkan ia juga tidak disukai oleh tokoh-tokoh Hindia Belanda yang berkuasa pada saat itu. Namun Minke tetap menjadi dirinya sendiri,dengan tetap besikeras untuk menentang segala macam hal yang sekiranya tak pantas didapatkan oleh bangsa ini. Dia sering menentang segala macam peraturan-peraturan tersebut melalui tulisannya yang sering ia kirim ke koran-koran Belanda pada saat itu.

Film "Bumi Manusia" juga turut menceritakan seorang tokoh yang juga menjadi inti dari jalannya alur cerita di dalam film ini. Tokoh tersebut bernama Nyai Ontosoroh yang diperankan oleh Sha Ine Febrianti. Nyai Ontosoroh merupakan seorang pribumi namun ia juga merupakan istri simpanan dari seorang keturunan Eropa yang amat terpandang saat itu,yang biasa dipanggil Tuan Mellema. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun