Mohon tunggu...
Caroline Elizabeth
Caroline Elizabeth Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Pemula

Terima kasih sudah mengklik artikel ini. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Mengitari Seraya Mengagumi Taman Balai Kota Bandung

7 Januari 2022   02:35 Diperbarui: 7 Januari 2022   02:45 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman yang tertata rapi di tengah Taman Balai Kota Bandung, Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Jawa Barat, Selasa (28/12/2021).

Ibu kota Provinsi Jawa Barat, mempersembahkan pada warganya Taman Balai Kota secara cuma-cuma. Sebuah tempat di tengah kota yang dibalut dengan keindahan dan kesedapan pemandangan yang apik.

Taman Balai Kota Bandung berhasil membuat para pengunjungnya khususnya warga Bandung mendapatkan pengalaman yang menyenangkan ketika berada di sana. Tidak heran kalau ada pengunjung dari kota lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk datang ke taman yang asri itu. 

Apalagi, pengunjung tidak dikenakan biaya sedikit pun untuk bisa masuk ke dalam. Kebetulan waktu itu saya menggunakan motor ketika datang ke sana dan sama sekali tidak dikenakan biaya parkir. 

Saya memarkirnya di tempat parkir motor yang berada di Jalan Merdeka. Tempat parkir motornya cukup luas dan diisi banyak motor yang berjejer rapi di sisi kiri dan kanan milik pegawai dan pengunjung di sana.

Pengunjung bisa langsung pergi ke Taman Balai Kota di Jalan Merdeka yang tidak jauh jaraknya dari tempat parkir motor (saya berawal dari sini). 

Untuk bisa sampai ke sana, pengunjung bisa berjalan kaki ke arah kanan (kalau dilihat dari sisi pengunjung yang menghadap ke jalan raya) melalui trotoar. Trotoarnya luas dan dibuat semacam tangga-tangga yang landai berjumlah tiga lapis sebagai pemanis. 

Di sisi trotoarnya, terdapat Sungai Cikapayang. Airnya bersih dan cukup deras. Bila terus berjalan, pengunjung bisa melihat ada jembatan penyeberangan dekat Taman Balai Kota. Pengunjung juga bisa melihat kembali Sungai Cikapayang di Taman Balai Kota yang sebelumnya ditemui di sisi trotoar. 

Selain itu, kalau pengunjung sudah berada di Taman Balai Kota, mereka bisa melihat ada sebuah petak yang airnya dangkal dengan dasar batu-batu yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain air (sebelum adanya pandemi) di aliran Sungai Cikapayang. 

Di samping kirinya dibuat jembatan kecil untuk menyeberang. Akan tetapi, waktu itu jembatannya sedang ditutup atau tidak bisa digunakan terlebih dahulu. 

Di sana juga disediakan taman bermain anak dan peralatan yang biasa digunakan untuk fitness (bukan alat sesungguhnya). Namun, beberapa peralatannya sudah tidak dapat digunakan karena terdapat bagian-bagian yang hilang.

Trotoar di Jalan Merdeka yang cukup luas
Trotoar di Jalan Merdeka yang cukup luas

Aliran Sungai Cikapayang di Taman Balai Kota Bandung
Aliran Sungai Cikapayang di Taman Balai Kota Bandung

Sebelumya adalah panduan bagaimana menuju Taman Balai Kota (Jalan Merdeka) dengan mengambil arah kanan dari tempat parkir motor sebagai patokannya. Namun, pasti ada yang penasaran kalau pergi ke arah kiri itu ke mana, ya? 

Bagi pengunjung yang terlanjur atau memutuskan pergi ke arah kiri dari tempat parkir motor akan menemukan Taman Sejarah yang secara letaknya berada di belakang Balai Kota Bandung (masih sekitar kawasan Taman Balai Kota). Untuk menuju ke sana, pengunjung bisa berjalan kaki juga lewat trotoar yang berada di Jalan Merdeka. 

Pengunjung akan melihat kembali Sungai Cikapayang sampai ujung jalan. Di dekat sungainya terdapat empat papan peringatan yang menuliskan tentang bahaya sungai kotor. Kemudian, saat berjalan terus, pengunjung akan mendapati pembatas besi bewarna merah sisinya. 

Lucunya pembatas besi itu hanya sepotong saja, tidak dibuat sepanjang trotoar atau sungai karena bertujuan untuk menaruh gembok-gembok cinta. 

Terlihat beberapa gemboknya sudah karatan akibat terkena air hujan. Secara keseluruhan masih terdapat banyak tempat untuk para pengunjung yang ingin mengaitkan gembok cintanya sebagai tanda sedang menjalin asmara dengan kekasihnya. 

Lalu, ditaruh juga di atas trotoar satu batu besar setiap beberapa meter yang berbeda-beda bentuknya sebagai hiasan tambahan. Palang dan papan peringatan untuk tidak membuang sampah sembarang tidak lupa ditaruh di seberang sungai Cikapayang. Hal yang menarik adalah tulisannya yang berbunyi, "Jangan pilih orang yang nyampah ke sungai karena dia sedang mengundang banjir untuk menghanyutkanmu" yang disertai simbol dilarang membuang sampah di sampingnya.

Gembok-gembok cinta
Gembok-gembok cinta

Nah, bila pengunjung sudah ada di ujung jalan, dekat belokan menuju Jalan Aceh, terpampang tulisan Taman Sejarah yang dibawahnya ada kubah berhiaskan mural yang menggambarkan sejarah kota Bandung. Mural itu bisa dilihat dari sisi depan, kanan, belakang, dan kiri berdasarkan posisi pengunjung. 

Di belokan terdapat tempat duduk beratap yang sudah tidak terawat. Sebenarnya, selain digunakan untuk berteduh dari teriknya matahari, tempat itu bisa digunakan untuk mengisi daya telepon seluler karena harusnya di sebelah tempat duduknya ada saklar. Namun, saat itu sepertinya saklarnya sedang dicopot. 

Untuk Taman Sejarah dapat dilihat lebih jelasnya ketika sudah berada di Jalan Aceh. Waktu itu sekitar pukul 09.30 WIB, Taman Sejarah masih sepi pengunjung meskipun ada empat atau lima orang di sana yang sedang duduk-duduk dan berjalan-jalan. Pengunjung bisa bebas duduk di mana saja karena kursinya banyak. Mulai dari kursi yang berbahan dasar besi sampai batu. Semuanya itu disebarluaskan secara apik dan estetik. 

Taman Sejarah merupakan kawasan bebas rokok. Tempat sampahnya juga sangat memadai. Lampu-lampu taman, tanaman, serta pohonnya ditata secara teratur dan kelihatan terawat. 

Di dekat kubah mural, pengunjung bisa melihat ada semacam dinding kaca (sebenarnya terbuat dari plastik) yang bergambar wajah para wali kota Bandung yang pernah menjabat atau memimpin Kota Bandung dari tahun 1978 yang disertai penjelasan atau informasi singkat, sehingga dapat memberikan edukasi pada warga Bandung atau pengunjung di sana. Hanya saja, gambarnya sudah agak pudar dan huruf-hurufnya ada yang sudah tiada. 

Kemudian yang tak kalah serunya, terdapat kolam renang yang unik karena bentuknya yang tidak biasa serta dibuat dangkal, sehingga ramah untuk anak-anak. Biasanya sebelum pandemi COVID-19, kolam renang itu suka dipenuhi oleh anak-anak. Karena sekarang masih suasana pandemi, kolam renangnya tidak diisi air alias dikeringkan. 

Lalu, kalau pengunjung menuju ke sisi kanan di ujung Taman Sejarah, terdapat relief yang menceritakan atau menggambarkan mengenai "Sejarah Bandung di Era Wiranatakusumah." Tak perlu bingung karena pengunjung dapat membaca penjelasannya yang berada persis di bawah reliefnya. Di dekat tangga, terdapat tiga batu besar yang bisa menjadi spot foto estetik.

Taman Sejarah dari Jalan Aceh
Taman Sejarah dari Jalan Aceh
Relief Sejarah Bandung di Era Wiranatakusumah
Relief Sejarah Bandung di Era Wiranatakusumah


Itulah hal-hal yang bisa kalian dapatkan ketika berada di Taman Balai Kota Bandung maupun kawasan sekitar Balai Kota Bandung, yakni Taman Sejarah. Seru, bukan? Apalagi tempatnya gratis. Yuk, langsung aja meluncur!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun