Mohon tunggu...
Carolina Ratri
Carolina Ratri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis konten

Antusias terhadap topik-topik keuangan, bisnis, marketing, teknologi, dan kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bunda Bekerja? Perhatikan Dulu 5 Hal Berikut Sebelum Mulai Mempekerjakan Pengasuh

7 Agustus 2019   12:35 Diperbarui: 8 Agustus 2019   18:52 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bunda bekerja | peakpx.com

Anak membutuhkan role model dan pelindung dengan figur yang stabil dalam masa tumbuh kembangnya. Lalu, bagaimana dengan Anda, para bunda bekerja? Bukankah Anda akan lebih banyak meninggalkan anak di rumah?

Tenang, Bunda. Siapa pun akan mengakui, bahwa profesi ibu rumah tangga tak bisa dinilai enteng sebab melibatkan banyak kegiatan serta tenaga. Maka wajar saja kalau Bunda lantas membutuhkan bantuan orang lain untuk mengurus aktivitas rumah tangga atau bahkan untuk mengurus anak di waktu-waktu tertentu. Demikian juga dengan Bunda yang nggak mungkin selalu bisa membawa anaknya ke kantor.

Nah, jika akhirnya Bunda memutuskan untuk memanfaatkan jasa pengasuh bayi atau babysitter, maka ada beberapa hal yang harus dipahami terlebih dulu:

1. Pengasuh tetap bukan orang tua

Bagaimanapun, peran Bunda sebagai ibu si kecil itu tak bisa tergantikan oleh siapa pun. Bahkan jika si pengasuh sangat pintar dan profesional, tetap sosok ibu jadi yang utama bagi anaknya.

Orang tua memiliki peran terbesar dalam menyediakan lingkungan yang aman, stabil, dan penuh kesempatan untuk berkembang. Karena itu, meski sudah diasuh oleh pengasuh, orang tua tetap harus turun tangan sesekali mengurus anak dan bekerja sama dengan pengasuh. Usahakanlah untuk meng-handle keperluan si kecil--apa pun itu--begitu Bunda sudah di rumah, meski dalam kondisi capek.

2.Jangan mudah berganti pengasuh

Teruslah memberdayakan atau mengantisipasi kekurangan pengasuh yang sudah bekerja pada Bunda dan keluarga, dan bersikap tegas bila si pengasuh memang kurang berkompeten dan benar-benar tidak dapat bekerja sama mengasuh anak sesuai harapan Bunda.

Kalau pengasuh diharapkan untuk juga mengurus rumah, maka berikan petunjuk secara detail dan jelas, dan beritahukan pula prioritas-prioritasnya.

3. Tetap awasi dan jalin komunikasi

Apalagi jika pengasuh masih muda dan baru bekerja,. Usahakan ada anggota keluarga yang bisa ikut mengawasi cara kerjanya. Kalau perlu, Bunda cuti sebentar dari kantor sekadar untuk melihat dan mengamati cara kerja si pengasuh baru.

Seperti yang dilakukan oleh Bunda Santy Dwi Kristina di ceritanya dalam buku Kenapa Bunda Harus Bekerja?

Kenapa Bunda Harus Bekerja? | stilettobook.com
Kenapa Bunda Harus Bekerja? | stilettobook.com

Di sini, ada beberapa cerita menarik saat Bunda Santy harus terlibat dengan pengasuh dan ART yang diperkerjakannya di rumah. Bunda Santy yang sibuk bahkan sempat memperkerjakan 12 ART dan pengasuh selama kurang lebih 14 tahun berkeluarga, demi memastikan anak-anak terjaga dengan baik di rumah. Pastinya setiap ART dan pengasuh punya cerita berbeda-beda, dan masing-masing punya treatment khusus yang tidak sama pula.

Minta pengasuh untuk juga mengajak anak berbicara, bercerita dan bermain dengan anak. Agar hubungannya bisa harmonis, lakukan komunikasi yang hangat dan terbuka. Tak hanya soal tugas, tapi kondisi atau latar belakang pengasuh sehingga terjalin relasi yang dilandasi rasa percaya.

4. Evaluasi dan apresiasi

Selain mengevaluasinya, Bunda juga perlu mengutarakan kemajuan serta ucapan terima kasih ketika pengasuh berhasil melaksanakan tugas dengan baik.

Ada baiknya Bunda juga memberi tahu pengasuh mengenai jenis kesalahan yang dapat ditoleransi hingga yang berakibat pemberhentian kerja. Sampaikan mengenai pentingnya kejujuran, prinsip mengenai uang, tentang hubungan berpacaran, menggunakan ponsel, sopan santun dengan tamu atau keluarga besar.

Sampaikan apresiasi-apresiasi Bunda di hadapan si kecil, sehingga anak pun bisa meniru dan menunjukkan penghargaan terhadap pengasuh. Hal ini juga akan membuat pengasuh merasa dihargai dan dipercaya.

5.Munculnya persaingan perlu diwaspadai

Dalam pelaksanaannya, bisa saja kemudian muncul persaingan antara ibu dan pengasuh anak. Bunda Santy banyak sekali bercerita mengenai hal ini di buku Kenapa Bunda Harus Bekerja? di atas. Ceritanya bisa jadi cermin kita semua, bahwa pengasuh dan ART sebenarnya adalah partner kita dalam mengurus anak dan rumah. Kita seharusnya bisa belajar dari mereka, alih-alih merasa cemburu atau tersaingi.

Para bunda bekerja yang meninggalkan anak di rumah bersama ART ataupun pengasuh, bisa mengambil banyak pelajaran dari pengalaman Bunda Santy, yang juga disertai dengan tip-tip aplikatif bagaimana mengelola perasaan bersalah yang umumnya timbul di hati para bunda bekerja.

Memang, peran bunda, ayah, serta pengasuh tidak bisa menggantikan sepenuhnya satu sama lain. Karena itu, jika Bunda adalah ibu bekerja, maka usahakanlah untuk selalu berkomunikasi dengan anak, meski mungkin Mama sedang tak di rumah. Hubungi si kecil saat Mama sedang di kantor, sekadar bertanya sudah makan apa belum, mau main apa dan sebagainya.

Sepulang bekerja, sediakan waktu juga untuk si kecil. Cerita-cerita seharian ngapain, atau sekadar bermain sebentar.

Ibu bekerja juga seharusnya memiliki catatan khusus perkembangan anak yang didelegasikan kepada pengasuh. Selain itu, berkomunikasilah dengan guru di sekolah agar mengetahui keperluan dan kegiatan anak.

Selamat mengasuh si kecil ya, Bunda. Sukses terus!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun