Mohon tunggu...
Lila Carmelia
Lila Carmelia Mohon Tunggu... -

berawal senang membaca dan kemudian mencoba untuk menuangkan beragam imajinasi dalam sebuah cerita....semoga slalu menghibur para penikmat cerita pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kelewatan

7 April 2018   13:20 Diperbarui: 7 April 2018   13:29 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.shutterstock.com

Jarak rumah Sadeli dan rumahnya memang tak terlalu jauh. Hanya Burhan harus melewati kuburan untuk sampai di rumahnya. Burhan baru ingat kalau malam ini....malam Jumat Kliwon. Burhan bukan penakut. Tapi dia ingat cerita yang beredar, kalau setiap malam jumat arwah selalu bergentayangan. Burhan tak ingin berpikir yang aneh-aneh yang akan membuat nyalinya semakin ciut. Burhan mengayuh sepedanya cepat-cepat, tak ingin ada yang yang diam-diam membonceng di jok belakang sepadanya. Hiiii Burhan bergidik sendiri.

Pohon asem itu sudah kelihatan dari jauh. Kalau sudah melewati pohon asem itu beberapa meter lagi Burhan sampai di rumahnya. Burhan tak ingin menengok ke kanan dan ke kiri, dia hanya memusatkan perhatiannya pada pohon asem itu. Seperti atlit sepeda yang memusatkan pikirannya pada garis finish, Burhanpun demikian. Dia cuma ingin cepat sampai di rumahnya dan melihat Dian istrinya baik-baik saja.

Tinggal beberapa meter menuju pohon asem itu. Burhan merasa semakin berat mengayuh sepedanya.

"Jangan-jangan memang ada yang membonceng di belakang."Burhan membatin sendiri.

Burhan sempat menengok ke belakang tapi dia tak melihat apa-apa.

"Mungkin perasaanku saja."Batinnya lagi.

Burhan semakin mempercepat laju sepedanya. Sampai angin sepoi-sepoi yang menyejukkan tetap membuat kemejanya sedikit basah karena keringat. Burhan lega, saat akhirnya dia bisa melewati pohon asem itu. Rasa bersalah yang menderanya perlahan-lahan habis. Apalagi saat dia melihat Dian,istrinya tidur di kamar dengan pulas.

Rasanya memang kelewatan meninggalkan seorang istri yang sedang hamil tua dan dalam beberapa hari lagi akan mempersembahkan seorang putri untuk dirinya. Burhan berjanji di dalam hatinya, untuk tidak lagi mengulang kesalahan yang dilakukannya hari ini. Harusnya dia bisa memilih untuk tetap pulang ke rumah dan menikmati makan malam yang sudah disediakan Dian. Pasti Dian kelelahan sampai tak bisa menikmati pijatan Burhan yang dilakukannya setiap malam sampai Dian pulas.

Burhan tak sempat membereskan sepedanya tadi. Dia hanya menggembok pagar dan meletakkan sepeda ontelnya sembarangan. Perasaan campur aduk yang dirasakan Burhan tadi membuatnya sangat lelah. Ia ingin segera mandi dan beristirahat agar besok pagi bisa bangun lagi dengan segar. Tak berapa lama saat Burhan meneguk segelas air putih yang sudah disediakan Dian di atas meja makan, Burhan mendengar suara ketukan di pintu rumahnya.

Jam sudah menunjukkan angka sebelas lewat lima belas menit. Burhan melangkah ke depan dengan bertanya-tanya. Siapa yang semalam ini berkunjung ke rumahnya? Mungkin juga tetangga yang meminta bantuan atau pak RT yang hanya bisa menemuinya di malam hari setibanya Burhan di rumah tapi... rasanya tadi pagar sudah digemboknya?

Burhan membuka pintu rumahnya. Dia cukup terkejut tatkala melihat seorang wanita berambut panjang dengan gaun putih yang menjuntai sampai ke jalan. Wajah perempuan itu memang tak kelihatan karena tertutup rambutnya. Perempuan itu kemudian berkata,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun