Mohon tunggu...
Lila Carmelia
Lila Carmelia Mohon Tunggu... -

berawal senang membaca dan kemudian mencoba untuk menuangkan beragam imajinasi dalam sebuah cerita....semoga slalu menghibur para penikmat cerita pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan yang Disimpannya

3 Februari 2018   15:35 Diperbarui: 3 Februari 2018   16:33 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.tenstickers-ireland.com

"Namanya Seraphine..."

Malida masih sempat menggendongnya, saat dokter menyerahkan bayi itu sesaat setelah Ia lahir. Bayi perempuan yang cantik, gemuk dan sehat. Malida sempat bingung saat tahu harus melewati daerah banjir untuk sampai di rumah sakit. Hanya diantar ibu, Malida menguatkan hati untuk siap menjalani persalinan yang mungkin akan datang beberapa jam lagi.

"Sempurna dan sehat..."dokter Heni sempat membisikkan ke telinga Malida. Malida menitikkan air mata bahagia.Tak dirasakannya lagi sakit luar biasa saat Seraphine akan lahir. Malida hanya memikirkan rasa cintanya pada anak itu. Anak yang sangat dicintainya sejak Ia masih di dalam rahim Malida.

"Ada keluarga yang menunggu di depan?"tanya dokter Heni lagi.

"Ibu saya."sahut Malida pelan.

Tak ingin membayangkan seorang laki-laki gagah yang membuatnya jatuh cinta. Cinta yang terlampau besar dibandingkan rasa sakit yang dirasakannya. Malida tak ingin menengok kebelakang, untuk masa lalu yang membuatnya tak bisa menahan diri dari keindahan cinta yang selalu ingin diulangnya.

****

Bayi perempuan ini lucu sekali. Malida merasa beruntung memilikinya. Mencintainya dengan tak habis sama seperti cintanya pada laki-laki itu. Laki-laki yang hanya bisa dicintainya diam-diam dan  menyimpan rasa cinta itu hanya  di dalam hatinya. Tak bisa menyentuh apalagi memilikinya. Malida tak pernah menyesali pertemuannya dengan laki-laki itu. Kalau tak ada dia pasti tak ada Seraphine, pikirnya. Mungkin jalan hidupnya kurang beruntung karena tak bisa memiliki keluarga lengkap.Seorang suami, istri dan seorang anak. Tak juga menyesali perpisahan yang akhirnya harus dipilih karena kehadiran Seraphine di rahimnya ternyata tak mengubah keputusan laki-laki itu untuk hidup bersamanya.

"Namanya Seraphine..."Malida berkali-kali menyebut nama itu setiap kali ada yang datang menengoknya.Mengantarkan mereka melihat Seraphine yang gemuk dan lucu.

"Cantik sekali..."

"Ihh lucu banget..."

"Aduh gemuknya..."

Itu komentar teman,kerabat, atau siapapun yang menjenguk Sera. Hadiah untuk Sera banyak, sebanyak cinta yang diberikan oleh banyak orang untuknya. Semoga hidup Sera lebih baik dariku, jalan hidupnya pun lebih indah, batin Malida setiap memandang Sera.Malida membesarkannya sendiri tanpa laki-laki itu di sisinya. Berjuang membesarkan Seraphine tak membuatnya patah arang. Malah kehadiran Seraphine membuatnya semakin bersemangat untuk bekerja. Hanya Malida tak bisa selalu menungguinya. Melihat perkembangannya dari hari kehari. Saat nanti Sera belajar makan, berjalan, bicara, Malida tak bisa menyaksikannya langsung. Ibu yang merawat Seraphine. Ibu memiliki kasih sayang lebih untuk Sera yang bisa dirasakan Malida. Buat Ibu, mencintai Sera lebih besar dari rasa cintanya kepada cucu yang lainnya. Memang tak bisa dipungkiri, karena Sera tak bisa memiliki cinta ayahnya. Ibu hanya ingin menggantikan, agar Sera tak merasa kekurangan kasih sayang.

"Tidur saja Bu, biar Malida yang menunggui Sera."kata Malida saat dilihatnya Ibu terkantuk-kantuk disamping tempat tidur Sera.

"Tidak usah, tidak apa-apa. Kamu istirahat saja.Besok harus ke kantor lagi." Sahut Ibu takmenggubris perkataan Malida.

Malida berharap Ibu selalu sehat. Tak bisa membalas jasa ibu dengan apapun selain berharap Ibu selalu sehat. Mencintai dan memperhatikan Ibu adalah bentuk kecintaan Malida sebagai ungkapan rasa terima kasihnya. Tak mungkin bisa bertahan tanpa kasih sayang Ibu kepadanya juga kepada Sera.

"Sudah mengabarkan kelahiran Sera kepada Iskandar?"tanya Ibu saat membantunya memandikan Sera.Sejak Seraphine lahir, baru kali ini Ibu menanyakan Iskandar. Ibu pasti takingin mengganggu Malida dengan pertanyaan tentang Iskandar tapi Malida tahu kehadiran Seraphine tanpa Iskandar adalah aib yang harus ditanggung Ibu juga.Malida menyadari pasti banyak orang yang memperbincangkan hal itu. Kasak kusuk dibelakangnya tentang siapa laki-laki yang menjadi ayah Seraphine tak bisa dipungkirinya.

"Belum."Jawab Malida kepada Ibu.

"Tapi aku sudah mengirimkan foto Sera." Jawabnya lagi.

Malida tak berharap apa-apa dari Iskandar. Saat mengabari Iskandar tentang kehamilannya, Malida sudah merasa bahwa Iskandar tak ingin memikul tanggungjawab lebih selain menafkahi Seraphine. Malida harus tahu diri, kalau mencintai Iskandar artinya mencintainya hanya di dalam hati. Tak bisa mengumumkan kepada banyak orangsiapa laki-laki yang akan menikahinya atau memperkenalkan Iskandar kepada banyak orang, bahwa dialah laki-laki yang sanggup memenangkan hatinya. Ia hanyalah perempuan yang disimpannya....

****

"Malida, aku ingin melihat anakku."Suara Iskandar yang berbisik di seberang sana. Malida menyalakan lampu di kamarnya. Masih jam 2 dini hari.

"Aku selalu memimpikan dia."Suara Iskandar terdengar tersengal-sengal. Mungkin Iskandar bermimpi buruk,sampai harus menelpon Malida pada jam ini.

"Bawa Seraphine ke hotel Brawijaya besok. Aku menunggu kalian."Iskandar menutup teleponnya tanpa memberikan kesempatan untuk Malida menjawab.

Malida memandang wajahnya di cermin. Membayangkan pertemuannya dengan Iskandar besok. Malida merasa rindu yang tiba-tiba menyergapnya. Rindu yang tak tertahan setelah berbulan-bulan tak bisa menemuinya. Sejak Malida hamil, Ia harus tinggal sementara di kota lain.Tak ingin membuat orang banyak tahu jalan hidupnya. Cerita yang tak bisa disembunyikannya dari sahabat, kerabat apalagi tetangganya. Malida terlanjurmencintai Iskandar lebih dari cintanya kepada dirinya sendiri. Hingga tak lagi memikirkan bagaimana rasa cinta itu. Kadang terasa sangat menyakitkan, seperti menyimpan bara yang membuatnya luluh lantak tapi tak bisa dihindarinya karena Malida percaya itulah garis hidupnya. Semua orang pasti memilih untuk hidup bahagia, tapi kebahagian yang dipilihnya adalah menyimpan rasa cinta sekaligus rasa sakit yang harus ditahannya.

Malida berdebar-debar.Dipeluknya Seraphine dengan erat. Seraphine tidur sejak dari rumah tadi. Malida malah bersyukur karena Seraphine sangat tenang hari ini. Tak bisa mengajak Ibu untuk menemui Iskandar. Ibu tak perlu tahu wajahnya dan mengenalinya sebagai laki-laki yang sudah menyusahkan anaknya. Malida cuma ingin menjalani garis hidupnya sendiri. Biarlah rasa cinta ataupun sakit ini hanya dimilikinya sendiri. Tak perlu melibatkan siapapun untuk tahu lebih jauh cerita yang sesungguhnya. Cerita hidup yang mungkin saja suatu saat akan dibaginya dengan orang yang bisa membuatnya jatuh cinta lagi dengan orang yang tepat, di saat yang tepat.

Iskandar membuka pintu sesat setelah Malida mengetuknya. Awalnya terasa sangat kaku bertemu lagi dengan Iskandar setelah berbulan-bulan tak lagi melihat dia. Malida meletakkan Seraphine di tempat tidur. Iskandar menatapnya dengan kerinduan yang tak bisa disembunyikannya untuk Seraphine. Iskandar menggendong dan memeluk anak itu.Seraphine seperti tahu apa yang terjadi. Ia membuka matanya yang bulat, tertawa kecil saat Iskandar menciumnya berkali-kali. Seraphine tak menangis sama sekali.  Ia hanya menatap Iskandar, memainkan ludahnya sendiri sambil mengeluarkan suara yang lucu. Mungkin Ia bertanya,

"Siapa kamu?"pertanyaan biasa antara seorang anak pada seseorang yang mungkin dikenalnya

"Aku ayahmu."kata Iskandar seakan menjawab pertanyaan Seraphine. Iskandar sampai lupa menyapa Malida. Ia terlalu asik bermain bersama Seraphine. Sampai Seraphine menangis karena minta disusui. Malida menggendongnya, membuka kancing kemejanya dan menyusui Seraphine di hadapan Iskandar. Pemandangan itu tak pernah dilihat Iskandar selama enam tahun pernikahannya dengan Imelda. Mungkin inilah karma yang harus ditanggungnya atau garis hidup yang harus diterimanya? Tak bisa mengakui darah dagingnya sendiri untuk hidup bersamanya dalam satu keluarga yang lengkap,tetapi mengadopsi seorang anak yang dibesarkannya sejak bayi bersama Imelda istrinya. Berbeda rasanya mencintai anak sendiri dengan mencintai anak orang lain. Iskandar bisa merasakannya sekarang. Tapi tak mungkin membawa Seraphine pulang dan mengakui segalanya sekarang dan entah sampai kapan.

Hanya beberapa jam bisa menikmati kebersamaan dengan Iskandar. Tak mungkin menginap di hotel itu.Iskandar punya rumah dan punya keluarga yang menantinya bila Ia tak pulang.Iskandar memeluk Seraphine sebelum berpisah, menciumnya berkali-kali seperti tak ingin melepas Sera dan Malida pergi.

"Hati-hati di jalan."kata Iskandar sambil memeluk dan mencium kening Malida. Pelukan dan ciuman yang dinantikannya sejak tadi. Tak bisa menahan air mata untuk tak jatuh membasahi pipi.

"Miss you so much."bisik Malida.

"Miss you too."jawab Iskandar dengan memeluknya lebih erat sampai tersadar ada Seraphine yang menunggu Malida untuk digendong.

Tak banyak yang dibicarakan di pertemuan tadi. Waktu berlalu dengan perlahan seakan mengerti kalau situasi seperti ini tak bisa sering terjadi. Tak mungkin selalu menemui Iskandar dan membawa Seraphine untuk dipeluknya.

Iskandar memang tak pernah melepas tanggungjawabnya sebagai ayah yang menafkahi sekalipun Malida juga bekerja untuk bisa hidup sebagai single parent bagi Seraphine. Tapi bagaimana caranya menjelaskan pada Sera saat dia bertambah besar? Bagaimana menjelaskan garis hidup ayah dan ibunya yang tak bisa mengubah statusnya sebagai anak diluar nikah?

***

"Selamat ulang tahun Sera dan Chika."Ibu mencium pipi kedua cucunya. Hari ini Sera dan Chika berulang tahun di tanggal yang sama. Sera satu tahun dan Chika dua tahun. Imelda yang mengusulkan untuk merayakannya bersama-sama. Imelda sempat menghubungi Malida seminggu yang lalu.

"Mal...minggu depan Chika ulang tahun, Sera juga kan?"kata Imelda di telepon.

"Kita rayakan bersama-sama saja ya. Biar ramai. Keluarga juga jadi tidak bingung harus ke pesta siapa dulu."

"Kamu tidak perlu repot-repot biar aku dan Yoga yang urus."katanya lagi. Malida tak bisa menolak keinginan Imelda. Biarkan Iskandar merasakan kebahagiaan yang disimpannya dalam hati,batin Malida.

"Iya aku ikut saja."jawab Malida dengan suara yang dibuatnya riang gembira. Malida tak ingin Imelda banyak bertanya kalau Ia menolak rencana tersebut. Malida pikir mungkin ada baiknya, hingga Sera bisa menyimpan foto ulang tahun yang dirayakannya bersama ayahnya.

Malida tak ingin bersedih di acara itu. Sekalipun harus disimpannya rapat-rapat rasa cintanya hanya dalam hati dan cerita yang sebenarnya terjadi yang hanya dimiliki oleh Malida,Iskandar dan juga Sera nanti. Pesta ulang tahun Sera dan Chika cukup meriah.Semua keluarga juga hadir termasuk Ibu. Malida sempat berfoto bersama Iskandar,Imelda,Sera dan Chika begitupun Iskandar dan Sera. Tak ada yang tahu kalau sesungguhnya ada cerita lain dibalik rasa bahagia yang terpancar di wajah Iskandar.

Iskandar memang adik tiri Malida. Ia mencintainya sejak pertama Iskandar datang ke rumahnya bersama bapak.Anak bapak dari istri yang disimpannya, yang selama ini tak pernah diketahui Ibu. Ibu sempat kaget saat bapak datang membawa Iskandar.

"Ini anakku. Rawatlah dia seperti anakmu sendiri. Ibunya sudah meninggal. Aku tak mungkin meninggalkannya di rumahnya sendiri."kata bapak sambil menunduk.

"Aku minta maaf, aku tahu kehadiran Iskandar sangat menyakiti hatimu."kata bapak lagi, kali ini sambil berlutut memohon di kaki ibu.

"Iskandar anak yang baik.Kamu pasti bisa menyayanginya."

Itu pesan bapak terakhir kepada Ibu, karena sebulan sesudahnya bapak sakit dan tak tertolong lagi. Bapakpulang dengan damai karena sudah menitipkan Iskandar anak yang selama ini disimpannya. Iskandar hanya lebih muda dua tahun dari Malida.

Malida tak pernah bisa melupakan rasa kagumnya kepada Iskandar yang pintar yang semakin dirasakannya hingga dewasa. Iskandar satu-satunya laki-laki yang membuatnya jatuh cinta. Malida tak bisa melupakan rasa itu sekalipun banyak laki-laki yang mengejarnya dan ingin mengawininya. Malida hanya bisa memberikan hatinya untuk Iskandar.

Namanya Yoga Iskandar. Ibu memang tak pernah tahu kalau Iskandar adalah Yoga anak tirinya. Tak ada seorangpun dikeluarganya yang tahu. Sampai suatu hari Iskandar menghubungi Malida, setelah setahun menikah dengan Imelda. Iskandar bilang kalau sebenarnya dia jatuh cinta pada Malida sejak pertama kali melihatnya, tapi tak mungkin menikah dengannya karena mereka bersaudara. Iskandar menceritakan perkenalannya dengan Imelda sampai mereka menikah dan sekarang Iskandar harus menerima kenyataan kalau Imelda tak bisa memberikannya keturunan karena penyakitnya.

Malida dan Iskandar semakin dekat. Bukan sebagai kakak dan adik tapi sebagai sepasang kekasih. Mereka tak hanya saling menghubungi lewat telephon tapi juga bertemu. Pertemuan rahasia yang tak pernah diketahui siapapun termasuk Ibu. Malida menyimpan rapat-rapat cerita cintanya. Cerita yang tak mungkin bisa dibaginya apalagi dengan Ibu. Itu sebabnya mengapa Malida menyebut Yoga dengan nama Iskandar supaya Ibu tak tahu siapa ayah Seraphine yang sebenarnya.

***

Malida memandang foto itu.Foto Iskandar dengan Seraphine putri mereka. Malida tak bisa memungkiri hatinya kalau Ia berharap Iskandar bisa hidup bersama dengan dia dan Seraphine. Malida hanya ingin Seraphine mendapatkan apa yang menjadi haknya. Diakui sebagai seorang anak yang sah oleh Iskandar. Malida tahu, sulit bagi Iskandar melakukanitu. Ia tak mungkin meninggalkan Imelda, istri yang sudah dinikahinya bertahun-tahun dengan pengorbanan yang tak sedikit.

Iskandar memang hanya seorang anak laki-laki pintar yang tak punya biaya untuk sekolah lebih tinggi.Keluarga Imelda yang kaya banyak membantu karir Iskandar hingga Ia bisa sukses seperti sekarang ini.

"Tak mungkinmeninggalkannya hanya karena dia sakit dan tak bisa memberiku anak."kata Iskandar saat mereka mulai bertemu lagi karena alasan Seraphine.

"Kalau kamu bersedia,biarkan Sera tinggal bersamaku dan Imelda."

"Aku akan mengakui semua kepada Imelda sejujur-jujurnya, agar Sera bisa hidup dalam satu keluarga yang utuh."Iskandar berkata tanpa beban. Seakan Malida bukanlah seseorang yang memiliki hati hingga Ia sanggup mengungkapkan hal yang sangat menyakitkan.Mengambil apa yang menjadi alasan Malida untuk hidup...Seraphine putrinya.

Kereta sebentar lagi berangkat. Malida sudah menunggunya dengan tidak sabar. Tak ingin kepergiannya diketahui siapapun, apalagi Iskandar. Malida harus pergi ke kota lain. Tinggal di sana dan memulai hidup baru bersama Seraphine. Sangat sulit untukmeninggalkan kota ini. Melupakan rasa cintanya pada Iskandar dan menguburnya dalam-dalam. Malida tak ingin Iskandar mengambil Sera dari hidupnya. Malida mengajak Ibu untuk tinggal bersamanya, tak ingin meninggalkan Ibu sendirian.Hidup bertiga di kota yang baru rasanya lebih baik daripada hanya berdua dengan Sera dan untungnya Ibu setuju. Ibu tak boleh memberitahukan siapapun kepergiannya sampai mereka menetap di kota yang baru. Itupun tanpa menyebutkan di kota mana mereka tinggal. Hanya kabar bahwa Ibu dalam keadaan baik-baik saja.

Kereta mulai bergerak meninggalkan stasiun. Malida memalingkan wajahnya  memandang keluar jendela dan menghabiskan airmata yang tak bisa ditahannya. Air mata terakhir untuk Iskandar sebagai perempuan yang disimpannya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun