Mohon tunggu...
Carlos Nemesis
Carlos Nemesis Mohon Tunggu... Insinyur - live curious

Penggiat Tata Kota, tertarik dengan topik permukiman, transportasi dan juga topik kontemporer seperti perkembangan Industry 4.0 terhadap kota. Mahir dalam membuat artikel secara sistematis, padat, namun tetap menggugah. Jika ada yg berminat dibuatkan tulisan silahkan email ke : carlostondok@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Transformasi Fisik Ruang dan Waktu Perkotaan di Era Digital

28 Januari 2018   18:46 Diperbarui: 25 Maret 2019   08:17 2357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gemuruh transportasi online sepertinya sudah tidak terlalu terdengar lagi semenjak adanya kerjasama antara transportasi public seperti taxi telah bergabung dengan platform transportasi online (grab, ataupun gojek). Juga dengan aturan baru yang mewajibkan transport online memenuhi standard yang ditetapkan oleh pemerintah untuk melakukan bagi hasil dan juga peningkatan standard keamanan berkendara. Tetapi langkah-langkah yang diambil barulah permukaan dari suatu permasahalan yang sangat dalam untuk diselesaikan. 

Kita belum mempelajari lebih lanjut mengenai dampak pergerakan akibat transportasi online yang tidak massal ini, belum juga membahas mengenai perubahan struktur kota akibat perkembangan teknologi informasi di era digital. Karena datangnya era digital tidak hanya menyoroti transportasi berbasis online, tetapi yang kita bicarakan disini hal yang lebih fundamental: pergerakan manusia di dalam kota akibat hadirnya era digital yang akan memengaruhi setiap aspek berkegiatan. 

Penulisan artikel ini akan menjabarkan secara singkat sejarah pergerakan manusia sejak dahulu hingga sekarang, trend perbedaan preferensi pemilihan lokasi perumahan dan tempat kerja, serta fenomena-fenomena baru akibat dari teknologi informasi, yang akan diakhiri dengan saran tantangan yang bisa dilakukan.

Cakupan manusia untuk menjelajah semakin meningkat setiap zamannya, dimulai dari penjinakkan binatang liar untuk ditunggangi seperti kuda, penemuan roda, hasil revolusi industri yang menghasilkan mekanika tenaga uap, juga listrik yang diimplementasikan di kendaraan, menjadikan jarak sebagai teman akrab bersama waktu. Desa berubah menjadi kota dengan kawasan terbangun yang luas, tidak lagi harus tinggal di tengah kota untuk memiliki lokasi yang dekat dengan tempat kerja, daerah pinggiran (suburban) sudah menjadi rumah. 

Lihat saja Kota Jakarta dengan pekerja yang banyak tinggal di daerah pinggiran seperti Depok, BSD, juga Bogor sekarang sudah dapat menikmati kereta untuk bekerja ke pusat kota. Tentunya mereka memilih tinggal dipinggiran karena harga sewa lahan yang bisa mencapai 8 juta lebih tak sanggup untuk dibayar(ketentuan umum harga lahan pusat kota yang lebih tinggi dikarenakan tingginya nilai produktivitas yang ditunjukkan dengan pusat bisnis dimana aliran uang mengalir).

Beda golongan, beda prefrensi untuk memilih tempat tinggal. Ditunjukkan dengan grafis legendaris preferensi orang memilih tempat tinggal ini :

Bahwa golongan penduduk yang memiliki pendapatan rendah akan mengutamakan pemilihan lokasi perumahan yang dekat dengan tempat bekerjanya, permasalahan yang muncul dari fenomena ini adalah ketika golongan ini tidak dapat memenuhi ongkos untuk tinggal di harga lahan yang sangat tinggi jika di perkotaan sehingga memunculkan perumahan kumuh di pusat kota. Sedangkan golongan berpendapatan tinggi lebih mengutamakan kenyamanan dan kepastian hokum lahan karena sudah mampu untuk mengakomodir harga lahan dan juga transportasi. Preferensi memilih lokasi tempat bekerja dan perumahan ini akan berpengaruh terhadap pergerakan manusia seperti kota-kota besar layaknya Jakarta dengan Bekasi Bogor, Bandung dengan Cimahi, dan juga Yogyakarta dengan Sleman.

Dampak yang dihasilkan pada kota-kota tersebut membuthkan penanganan yang serius seperti penyediaan transportasi public yang terintegrasi antar daerah, penyediaan sarana prasarana umum akibat penduduk kota tujuan yang melonjak, dan juga peneydiaan lapangan pekerjaan di daerah sub-urban untuk mengurangi beban kota besar, serta ribuan penangan lainnya.

Tantangan penanganan kehidupan perkotaan berevolusi ketika menjajaki era digital sekarang ini, kita berbicara tentang informasi. Apakah informasi sebegitu mempengaruhi kehidupan manusia dalam skala kota? Mudahnya seperti ini : bayangkan anda sedang berkendara dari monas menuju bandara soekarno hatta, lalu anda mendapatkan kabar dari berita ataupun media social bahwa telah terjadi kecelakaan di jalan tol sehingga mengakibatkan kemacetan hingga belasan kilometer. 

Dengan informasi tersebut anda dapat memilih jalur lain, ataupun memutuskan untuk menaiki moda transportasi lain seperti kereta sehingga anda mencapai tujuan dengan efektif. Infromasi dapat menjangkau setiap orang dengan melintasi ruang dan waktu, sebuah fenomena ketika manusia bahkan tidak harus hadir di suatu lokasi untuk mengetahui suatu kejadian (destruction of space and time).

Pemantauan secara real time traffic di Kota Surabaya, sumber : http://surabaya.go.id
Pemantauan secara real time traffic di Kota Surabaya, sumber : http://surabaya.go.id
Berlanjut ke level berikutnya, saya memiliki sebuah pertanyaan untuk anda. Apakah anda membutuhkan akses internet dalam bekerja? Sepertinya kebanyakan dari kita akan menjawab iya, entah untuk menghubungi kolega, mengamati perkembangan stockmarket, mengakses berita, jurnal, ataupun melakukan konfrensi melalui videocall. Tetapi ada juga pekerjaan yang tidak membutuhkan akses informasi, seperti petani, pekerja pabrik, ataupun pelayanan-pelayanan di pusat perbelanjaan. Secara dasar pekerjaan sekarang dapat dibagi menjadi dua, yang harus ke lokasi untuk bekerja (pekerjaan berbasis "non-informasi") dan yang tidak harus ke lokasi karena bisa bekerja dari jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun