Mohon tunggu...
Yeni Kurniatin
Yeni Kurniatin Mohon Tunggu... Administrasi - if love is chemistry so i must be a science freaks

Ordinary creature made from flesh and blood with demon and angel inside. Contact: bioeti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berjuang Sesuai Zamannya

17 Agustus 2021   16:08 Diperbarui: 17 Agustus 2021   16:18 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cisarua - Lembang. Dokumentasi Pribadi

Maksud lain undangan tadi selain untuk mengikuti upacara, adalah ajakan untuk rekreasi ke Saguling. Pada Surat tertulis jumlah biaya yang dibutuhkan untuk biaya operasional satu hari adalah Rp30.000,- . Aki Tobi menyumbang sebesar Rp25.000,- sedangkan sisanya rereongan (gotong-royong). Sarana transportasi yang digunakan adalah mobil Colt minibus milik saudara Dudung. Dengan kapasitas tempat duduk sepuluh orang. Oleh karena keterbatasan jumlah tempat duduk, acara rekreasi ini tidak diperbolehkan membawa anggota keluarga. Pengecualian untuk Aki Tobi yang diperkenankan membawa satu anak.

Acara rekreasi didampingi oleh Serma Rais dari Koramil Banjaran. Pendamping sekaligus penunjuk jalan. Disertai dengan surat jalan yang dikeluarkan oleh Danramil. Agar piknik para veteran bisa lancar bebas hambatan.

Surat undangan ini semacam “pengingat” saya kepada Aki. Bapak dari Bapak saya. Beliau wafat pada tahun 1987.  Saya tidak begitu mengenal beliau. Hanya dari cerita-cerita yang dituturkan oleh Bapak mengenai beliau.

Sebagai seorang Anak, Bapak kerap berkunjung ketika Aki dipenjara oleh Belanda. Tidak hanya sekali Aki dipenjara oleh Belanda. Jiwa muda Aki dianggap membahayakan kondisi saat itu. Orang tua Aki, kakek hingga buyutnya adalah pejuang. Begitu pun Aki. Dari beberapa dokumen saya menemukan Aki pernah bertemu dengan Jendral A.H. Nasution (Pahlawan Revolusi) pada saat peresmian Tugu Perjuangan Sasak Rawayan.  Pada pertempuran Sasak Rawayan, banyak teman Aki yang gugur.  Saya pikir masih banyak dokumen lain, tetapi tidak terselamatkan.

Namun sebagai seorang pejuang kemerdekaan Aki menolak penghargaan (dibaca: materi/uang) dari pemerintah atas jasa-jasanya itu. Beliau memperjuangkan teman-teman seperjuangannya yang lain. Yang sama-sama berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan untuk mendapatkan haknya. Posisi Aki sebagai lurah memberikan kemudahaan Aki mengurusnya. Tetapi, untuk dirinya Aki tidak mau menerima uang “pensiunan”. Menurut beliau dia sudah cukup dari hasil sawah dan kebun. Saya pun belum (tidak) menemukan dokumen Aki sebagai anggota veteran.

“Berjuang untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankannya adalah satu keharusan,” begitu alasan Aki yang disampaikan oleh Bapak. “Dan jika kita hidup di zaman Aki, mungkin akan melakukan hal yang sama.”

Berjuang sesuai zamannya. Pesan tersirat yang saya tangkap dari pembicaraan kami ketika menemukan undangan jadul tadi. Jika dulu Aki rela berkali-kali masuk penjara, turut serta memperjuangkan kemerdekaan. Bahkan setelah kemerdekaan, saat zaman orde baru Aki sempat pula masuk penjara.  

Terlalu naïf menanyakan apakah kita sudah merdeka sepenuhnya? Akan banyak definisi merdeka itu sendiri. Apakah merdeka dari cicilan, merdeka membayar uang sekolah, merdeka membayar uang kuliah, merdeka dari tetangga sebelah, merdeka dari mengeluh? Jika Merdeka terfokus pada lingkup itu, tentunya akan terus merasa terjajah. Saya rasa tanggal 17 Agustus bukan untuk mempertanyakan kemerdekaan tentang itu, yang nantinya akan berujung menyudutkan pada sesuatu atau satu pihak.

Hari kemerdekaan 17 Agustus adalah tonggak. Miles Stone untuk melangkah pada tahapan selanjutnya. Kita berjuang pada tahapan-tahapan itu. Dua tahun terakhir porsi perjuangan kita adalah melawan pandemi. Bentuk perjuangannya tentu sudah hapal urutannya. Menggunakan masker, menjaga jarak, cuci tangan dengan air mengalir. Meungpeung  gratis sok geura vaksin. Kalau sudah berbayar mah pan, mikir-mikir lagi. Sejatinya kita adalah bagian ratu Adil yang akan membawa kemakmuran, kemaslahatan bagi bangsa ini. Bukan mengusung kerusakan dan saling mencelakakan. 

Jangan dulu ruang-riung, teudeun heula ngawangkongna. Ikhtiar ngarah geura cageur.

Dunya cageur moal jang saha deui.

Sabisa-bisa urang kudu bisa

Ngingelan zaman ulah nepika nagara tinggal ngaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun