--
Berseragam lengkap Patrion, Gee menatap dirinya pada cermin. Cermin di kamar Gee berfungsi sebagai pintu. Â Kemeja lengan panjang warna biru telor asin. Rok kotak-kotak semata kaki berwarna biru tua. Blazer biru tua dengan logo Patrion yang dibordir di dada sebelah kiri. Dua kancing emas pada ujung lengan. Â Kaus kaki warna telur asin dengan logo Patrion kanan kiri. Sepatu hitam khusus yang digunakan oleh Junior. Naik tingkat mereka boleh memakai sepatu di luar yang diwajibkan.
Perlengkapan sekolah ini, Gee dapat satu minggu lalu. Mengambil seragam sekaligus tour singkat Patrion diantar Pak Rusliwa. Tour singkat dipandu Pak Agus. Dia bukan guru di Patrion.Gee tidak tahu jelas posisinya apa di Patrion. Katanya sangat berpengaruh. Itu yang Gee dengar.
Mereka membawa Gee pada lorong yang disebut lorong walk of fame. Di lorong yang menghubungkan antara aula dan kelas terdapat banyak foto-foto. Puluhan, mungkin ratusan.
"Apakah ayah ada diantaranya?" Tanya Gee.
Pak Rusliwa hanya mengangkat kedua tangannya."Coba terka? Apakah Ayah ada?"
"Ini adalah para alumni yang ikut mengharumkan Negara bangsa ini Gee," Tunjuk Pak Agus. Di bawah foto selain nama dan tahun angkatan ada keterangan. Menjabat Menteri, pejabat daerah, dirut, pemilik perusahaan dan banyak lagi.
Dan Gee mengenal sedikit. Ada beberapa yang sering wara-wiri di berita karena terjerat kasus korupsi. Menurut Gee, mungkin harus diberi keterangan jika lulusan Patrion yang terkena korupsi. Ya, paling enggak warna bingkainya dibedakan. Suatu saat Gee akan mengusulkannya pada Pak Agus.
"Nah, bagian ini adalah lulusan terbaik." Tunjuk Pak Agus.
 Mereka semua tengadah, melihat deretan foto yang dipajang di bagian atas dinding. Pak Rusliwa berada diantaranya. Pak Agus juga ada, rupanya mereka berbeda angkatan. Sama-sama lulus terbaik.
"I See..." ujar Gee. Lalu menatap Pak Rusliwa yang sedang berbangga hati. Menatap foto terbaiknya.