Berita tentang menggelar tes baca Al Quran kepada masing-masing calon presiden yang akan di adakan di Masjid Bairurrahman, Banda Aceh yang muncul, memang menjadi berita cukup menarik untuk sebagian masyarakat. Pro kontra yang muncul sebagai tanggapan atas tes baca Al Quran daru masyarakat, memberikan sejumlah alasan tentang perlu dan tidaknya di gelar acara tersebut.
Dilansir dari laman Kompas.com (13/01/2019). Ikatan Dai Aceh belum lama ini mengungkapkan, tes baca Al Quran kepada masing-masing calon presiden yang akan di adakan di Masjid Bairurrahman, Banda Aceh tanggal 15 Januari 2019 dipastikan gagal. Pasalnya, kedua pasangan capres masing-masing memiliki sejumlah jadwal yang sangat padat mengisi kampanye yang sudah disiapkan.Â
"Jadi kami pastikan tidak jadi pada tanggal 15 Januari 2019. Kami menunggu jadwal terbaru. Besok, kami duduk dengan kedua tim pasangan calon presiden itu. Besok kami akan kabarkan lagi ke media massa," kata Ketua Dewan Pimpinan Ikatan Dai Aceh, Marsyuddin Ishaq.
Marsyuddin menjelaskan bahwa hari Senin, kemungkinan tim darinya akan melakukan koordinasi dengan Komisi Independen Pemilihan (KIP) untuk mencari format yang paling tepat dalam melaksanakan tes baca Al Quran kepada masing-masing capres.
Penutup
Rencana tes baca Al Quran kepada masing-masing calon presiden memang menjadi pro kontra di sebagian masyarakat yang memperhatikan perkembangan politik di Indonesia.Â
Apakah dalam tes baca Al Quran kepada masing-masing calon presiden akan muncul sanksi, jika salah satu kandidat ternyata tidak dinyatakan berhasil lulus dalam tes tersebut?Â
Bahkan, Guru Besar Fisip Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit menilai wacana tes baca Alquran yang diajukan masyarakat Aceh untuk pasangan capres-cawapres melawan Pancasila. Menurut Arbi, semestinya wacana tersebut tidak perlu diindahkan.Â
Arbi memandang jika tes itu dilakukan sama saja Indonesia menjadi negara agama bukan negara yang berdasarkan Pancasila. Ia berpendapat usulan itu tidak baik karena bertentangan dengan esensi Pancasila terkait agama.
Namun dalam pendapat pribadi saya sebagai penulis, tanpa mengurangi makna pentingnya pemahaman agama yang dimiliki tiap kandidat. Acara seperti ini sebaiknya tidak untuk mempermalukan salah satu paslon dari salah satu kubu.