Mohon tunggu...
Cantika Ayu
Cantika Ayu Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dan Menulis adalah jendela dunia

Membaca dan Menulis adalah jendela dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Candu yang Menyiksa: Toxic Relationship, Lanjut atau Sudah?

19 Oktober 2021   21:13 Diperbarui: 20 Oktober 2021   21:48 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Cantika Ayu Dyah Janeva

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)

Setiap manusia menginginkan adanya kebahagiaan di dalam kehidupannya. Kebahagian dapat menjadi energi positif untuk menjalani kehidupan yang tak sepenuhnya sesuai rencana. Demi tercapainya kebahagian terdapat berbagai usaha yang dilakukan oleh seorang manusia terutama ketika memasuki fase transisi remaja menuju dewasa yang sering disebut dengan anak muda. Pada fase ini individu mengalami perjuangan untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri namun masih memiliki sikap kekanakan.

Secara psikologis anak muda memiliki karakter dinamis yang menginginkan perubahan dan memiliki emosi yang selalu bergejolak sehingga masih sulit untuk mengendalikannya.anak muda  dipandang sebagai individu yang selalu menginginkan kesenangan, juga mempunyai rasa solidaritas yang tinggi terhadap teman-temannya atau masyarakat dalam lingkup mikro. Anak muda biasanya memiliki loyalitas yang tinggi terhadap lingkungan pertemannya.

Kebahagian dari anak muda bisa berasal dari banyak hal misalnya dengan pertemanan, keluarga, hingga mempunyai ketertarikan dengan lawan jenis. Ketertarikan dengan lawan jenis memang membuat muda-mudi menjadi bahagia seperti terdapat kupu-kupu di dalam perutnya. Hal tersebut wajar dirasakan oleh anak muda yang sedang jatuh cinta.

Jatuh cinta memang tak memandang umur dapat dirasakan oleh semua usia. Beberapa anak muda yang sedang di mabuk asmara cenderung untuk melontarkan kalimat romantis untuk membuat pasangannya menjadi mabuk kepayang. Hubungan lawan jenis berbalut romansa ini biasa disebut dengan istilah pacaran. Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua sejoli sedang mengalami ketertarikan satu sama lain serta mencari kecocokan untuk ke jenjang hubungan yang lebih serius seperti pernikahan.

Namun, tidak semua anak muda dapat merasakan indahnya pacaran, terdapat beberapa kasus dimana salah satu pihak merasakan tidak nyaman dalam hubungan pacaran. Rasa tidak nyaman ini terjadi karena pasangannya tidak sejalan dengannya ataupun mengalami kekerasan. Kekerasan dalam tahap pacaran dikenal dengan istilah popular saat ini yaitu dengan sebutan toxic relationship.

Toxic relationship terjadi ketika hubungan tidak lagi saling menghubungkan, terjadi karena adanya dominasi dari salah satu pihak yang membuat pihak lain merasa tertekan. Toxic relationship banyak dialami oleh kaum muda yang masih mengedepankan ego. Dalam hubungannya toxic relationship  ini mengandung racun, sebab dapat merusak fisik dan psikis individu. Layaknya syair lagu hubungan toxic relationship di kalangan muda memang menyiksa tapi sungguh candu.

Ketika di dalam hubungan sehat terdapat kasih sayang, perhatian timbal balik, kebahagiaan yang diberikan namun hal ini tidak terjadi di hubungan yang toxic, pada hubungan toxic relationship yang terjadi hanyalah keributan,.  Fenomena toxic relationship ini berbahaya bagi individu karena di dalamnya terdapat berbagai kekerasan yang dapat merusak masa depan. Pada toxic relationship ini mengandung kekerasan fisik (physical abuse), kekerasan verbal (emotional abuse) dan kekerasan seksual (sexual abuse).

 Ketika terjadi kekerasan fisik maka seseorang akan melakukan tindakan mencubit, memukul, menampar, menendang, hingga dapat mencekik. Kekerasan fisik ini dapat mengakibatkan luka di sekujur tubuh.

Pada kekerasan verbal biasanya dengan melontarkan kalimat yang tidak pantas untuk diucapkan, memaki, cacian, hinaan, hingga berkata kasar. Kekerasan verbal ini awalnya dianggap bukan merupakan sebuah kekerasan, hal ini dianggap biasa dalam hubungan. Namun jika hal ini semakin berlanjut maka akan membuat luka di hati, luka tersebut memang tidak terlihat oleh kasat mata namun korban akan merasakan kesakitan yang mendalam. Kekerasan ini dapat membuat korban menjadi merasa sakit hati, ketakutan, tertekan, marah, apabila hal ini terus berlanjut maka dapat mengakibatkan depresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun