Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Meski HUT ke-77 Kemerdekaan RI, Kesejahteraan Sosial Masih Mimpi

23 Agustus 2022   22:20 Diperbarui: 23 Agustus 2022   22:22 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa membagikan petisi amanat penderitaan rakyat di kawasan Kota Banda Aceh pada momentum HUT ke-77 NKRI (Dok BEMNus Aceh)

Pada tanggal 17 Agustus 2022 usia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah berusia 77 tahun. Sejak diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Muhammad Hatta, menandakan Indonesia telah menjadi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Terlepas dari belenggu penjajahan kolonial.

Sejak saat itu pula tujuan dan cita-cita negara pun disusun sedemikian rupa untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Begitu mulia dan agungnya cita-cita yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Mereka berjuang dan memikirkan nasib anak bangsa dalam jangka panjang. Kalimat sederhananya adalah mengisi kemerdekaan.

Setiap memperingati hari kemerdekaan yang jatuh pada 17 Agustus, perayaan berbagai acara selalu meriah dan disambut suka cita oleh seluruh komponen bangsa, apalagi rakyat jelata yang hidup kian menderita. Bagi mereka, hari kemerdekaan 17 agustus-an adalah sangat istimewa. Mulai dari seremonial upacara bendera, ziarah ke makam pahlawan, hingga acara hiburan seperti tarik tambang dan panjat pohon pisang yang penuh dengan hadiahnya.

Namun demikian, di tengah usia kemerdekaan yang mendekati satu abad. Nun jauh di sana bahkan di bawah gedung istana masih banyak anak bangsa yang hidup terlunta-lunta, menikmati kesengsaraan yang diciptakan penguasa. Penguasa yang saya maksud tidak selalu pemerintah yang memegang kuasa. Bahkan bisa jadi yang tidak duduk di pemerintahan malah mereka yang sangat berkuasa.

Bagitu pula di daerah yang jauh dari pandangan istana, rakyat miskin selalu mengurut dada tatkala harga-harga melambung tinggi tanpa mampu membelinya. Seakan mereka hanyalah golongan rakyat yang hidup di bawah lorong yang gelap gulita. Hati merintih menangis tanpa air mata.

Sementara golongan kaya mereka semakin menumpuk harta dan melipatgandakan modal. Dengan uang yang dimiliki, mereka membeli apa saja yang mereka suka bahkan membeli kebijakan negara hingga menguras asetnya. Tak peduli bahwa amanat Sila Kelima berkata "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesi". Ketimpangan kian menga-nga. Persis seperti kata bung Rhoma, "yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin'.

Saya tidak perlu menyajikan data untuk membutikan klaim saya. Pembaca cukup buka mata, dan buka telinga, lalu merasa tentang disekelilingnya. Dengan begitu, maka akan terlihat seperti apa kesejehahteraan rakyat jelata di antara 77 tahun Indonesia merdeka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun