Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Riset Terapan Vokasi Solusi Tingkatkan Kreativitas dan Inovasi

27 Juli 2021   11:00 Diperbarui: 28 Juli 2021   07:37 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto: Arlington Research on Unsplash

Dunia akademisi selalu identik dengan riset atau penelitian. Anggapan tersebut memang tidak salah. 

Sebab, faktanya seorang dosen memiliki kewajiban untuk melakukan riset selain mengajar di kampus mereka atau apa yang disebut dengan Tridharma pPerguruan Tinggi. Konon setiap semester dosen wajib melakukan penelitian minimal satu kali.

Di dalam sistem pendidikan nasional dikenal beberapa jenis model pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Ada yang dinamakan pendidikan akademik dan ada juga pendidikan vokasi. Walaupun di tingkat SMK juga termasuk vokasi.

Baik dosen di kampus akademik maupun di perguruan tinggi vokasi keduanya wajib melakukan kegiatan riset atau penelitian. Utamanya untuk mendukung kebaruan sebuah ilmu pengetahuan ataupun menciptakan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi dunia pendidikan secara khusus.

Menurut sebuah sumber, jumlah penelitian yang dilakukan oleh dosen-dosen di Indonesia sudah mencapai ratusan ribu artikel. Namun masih tertinggal atau kalah dengan jumlah yang dihasilkan oleh dosen dari negara lain misalnya Malaysia.

Apalagi jumlah artikel yang publis di jurnal internasional bereputasi. Indonesia masih berada pada ranking bawah, di bawah Thailand dan Malaysia. Ini tentu saja menjadi tantangan yang harus dijawab oleh para dosen di tanah air.

Kendati demikian, beberapa tahun terakhir telah terjadi banyak perbaikan dan perubahan, terutama luaran yang terbit di jurnal Scopus. Indonesia sudah mampu menyalip kedua negara tetangga di atas.

Akan tetapi, memproduksi terlalu banyak naskah akademik meski hasil dari sebuah penelitian, tidak ada makna apa-apa apabila tidak digunakan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi di dunia nyata. Misalnya di dunia industri dan dunia kerja.

Artinya hasil riset tersebut hanya bermanfaat bagi sang dosen untuk mengejar kredit kenaikan pangkat dirinya sendiri. Sementara yang diharapkan oleh masyarakat adalah perguruan tinggi menjadi sumber inovasi dan solusi dalam menjawab tantangan dunia yang sangat kompleks.

Maka itu perubahan paradigma penelitian sekarang ini perlu sedikit bergeser ke arah kebutuhan nyata industri dan masyarakat atau istilahnya demand driven. Perlu sinkronisasi dan linearitas antara dunia akademis dan kenyataan agar riset tersebut dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Riset Terapan Vokasi yang berbasis demand driven bisa menjadi salah satu produk penelitian yang membumi. Walaupun memungkinkan untuk diterbitkan dalam bentuk naskah akademik di jurnal ilmiah namun aplikasinya dapat menjawab kebutuhan riil.

Riset terapan seyogyanya diarahkan pada aktivitas menemukan sesuatu yang baru atau bersifat meningkatkan produktivitas, efesiensi, kebaruan, dan daya saing dari dunia industri baik skala mikro kecil dan menengah (UMKM) maupun korporasi. Misalnya aspek produksi, pemasaran, teknologi, SDM, dan dunia kerja.

Ekosistem riset nasional barangkali sudah memerlukan penguatan menuju demand industry ataupun menghasilkan produk yang dapat di oleh user (pengguna). Ini tidak bermakna bahwa pengembangan keilmuan tidak penting. Tetapi saat ini kita lihat antara ilmuwan dan industri berjalan sendiri-sendiri.

Nah ekosistem itu harus bergerak ke arah sana. Ilmuwan dan industri serta masyarakat harus berinteraksi dan berkolaborasi untuk menghasilkan apa yang dibutuhkan melalui kegiatan penelitian.

Jika kita berkaca dari negara Jerman misalnya 80 persen pendidikan mereka adalah vokasi, begitu juga China, Jepang, dan Malaysia. Di negara-negara tersebut vokasi menjadi tulang punggung industri untuk menciptakan nilai. Ketergantungan industri terhadap vokasi tinggi.

Sehingga kita lihat Jerman sangat survive dalam persaingan teknologi dunia. Produk-produk manufaktur mereka selalu update dan sesuai dengan perkembangan teknologi dunia. Begitu pula Jepang meski gerak negara tersebut sedikit lebih lambat ketimbang China.

Jadi inilah kunci utama (key activities) riset terapan yang tidak boleh lagi ditunda untuk dilakukan. Pemerintah Indonesia perlu melakukan investasi di vokasi baik dengan menguatkan infrastruktur maupun SDM sebagimana visi Jokowi.

Bila kita berhasil menyambungkan antara suplai ilmu pengetahuan dengan demand ekonomi dan terbentuknya hubungan yang kuat antara ilmuwan dan pelaku serta masyarakat, maka akan menghasilkan satu semangat baru, kekuatan bersama, dan nilai tambah dalam rangka menuju Indonesia yang maju, mandiri, dan berdaya saing unggul. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun