Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Indoktrinasi di Kampus

15 Februari 2020   11:54 Diperbarui: 15 Februari 2020   12:10 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dianmegantara

Kata kampus identik dengan ilmu pengetahuan, mahasiswa, dan dosen. Selain itu kampus juga sering dipadankan dengan kata intelektual. Begitulah sebagian besar masyarakat Indonesia memposisikan dunia kampus. Tapi bagaimana bila disebut dengan istilah "Kampus Merdeka."?

Kampus merdeka adalah peradaban baru dunia kampus yang ditawarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud) RI Nadiem Anwar Makarim. Salah satu anggota kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.

Secara bahasa Melayu merdeka bermakna bebas atau tidak bergantung/independen. Sedangkan dalam bahasa Sanskerta memiliki makna manusia yang bebas. Dengan demikian merdeka dapat dikatakan sebagai suatu kondisi dimana manusia itu terbebas dan tidak bergantung.

Sehingga pada masa kolonialisme, kata merdeka sering dipakai sebagai penyeru semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Penjajahan tersebut baik dalam bentuk fisik, mental, dan psikis.

Pada era pos-kolonialisme, oleh pemerintah kata merdeka sering digunakan sebagai energi untuk melepaskan diri dari kebodohan, kemiskinan, dan ketertinggalan.

Di sisi lain, salah satu bentuk belajar yang sering diterapkan di dunia pendidikan termasuk kampus adalah indoktrinasi.

Indoktrinasi adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu sistem nilai untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.

Praktik ini seringkali dibedakan dari pendidikan karena dalam tindakan ini, orang yang diindoktrinasi diharapkan untuk tidak mempertanyakan atau secara kritis menguji doktrin yang telah mereka pelajari.

Indoktrinasi yang dilakukan secara sistematis dan berulang akan mengakibatkan "korban" nya menjadi kehilangan daya pikir orisinal. Mereka tidak lagi mampu mengembangkan pola pikir objektif sebagaimana prinsip ilmu pengetahuan.

Dalam waktu yang relatif lama mereka akan menjadi koloni yang tidak lagi merdeka dalam berpikir dan bertindak. Kemampuan berpikir kritis sudah terkikis habis karena dibenamkan oleh sistim indoktrinasi dalam sistem berpikirnya.

Ketika seseorang kehilangan kesahihan berpikirnya, rasa, dan budi daya, maka saat itulah mereka telah ditaklukkan menjadi budak dan dogma orang lain. Dia kehilangan jati diri yang memiliki prinsip benar adalah benar dan salah adalah salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun