Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Politik Uang Kian Masif Sebelum Fajar Terbit

3 April 2019   12:35 Diperbarui: 3 April 2019   12:54 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akbar Faizal Politisi Partai Nasdem | dok. ILC

Seyognya hari ini kita membahas momentum Isra Mi'raj karena tepat Rabu (3/4) jatuhnya hari bersejarah ummat Islam yang terjadi pada 27 Ra'jab 1440 lalu. Israk Mi'raj merupakan peristiwa penting ummat Islam terutama berkaitan dengan perintah shalat yang diterima secara langsung dari Allah Swt oleh Rasulullah Saw.

Namun karena ada satu peristiwa lain yang juga penting untuk dituliskan agar tidak hilang atau lupa begitu saja, maka artikel tentang Isra Mi'raj akan diposting setelah ini. Ya, lalu apa peristiwa penting lain itu sehingga mampu menggeser pentingnya membahas peristiwa maha dahsyat Israk Mi'raj?

Sesuai judul tentu saja soal politik uang yang kian masif, saking masifnya hingga tidak sabar menunggu fajar terbit. Saya rasa siapapun pasti mengerti strategi serangan fajar menjelang pemilu atau hari pencoblosan. Serangan fajar identik dengan amplop, uang, dan intimidasi psikologis politik.

Memang politik uang dan serangan fajar bukanlah "tradisi" baru dalam sistim politik Indonesia. Tidak usah malu-malu untuk mengakui bahwa suap-menyuap elektoral sudah lumrah dilakukan. Bukan hanya dilakukan oleh politisi dari kalangan merah bahkan politisi kalangan putih pun terbiasa mempraktekkannya.

Artinya praktik money politic dan korupsi politik telah mengidap bersama darah daging menjadi penyakit politisi Indonesia. Tidak perlu sok suci untuk mengatakan tidak. Termasuk yang sekarang berkuasa dan duduk di lembaga legislatif adalah produk yang dihasilkan oleh sistim politik yang korup.

Baru-baru ini sebuah video menjadi viral. Di mana dalam video tersebut terlihat sosok yang mirip salah seorang petinggi di negeri ini yang diduga Luhut Binsar Panjaitan sedang berkunjung ke salah satu pesantren di pulau Jawa. Lalu LBP memberikan semacam briefing kepada para tokoh agama tersebut dan kemudian disertai dengan pemberian amplop oleh sang pejabat.

Saya tidak perlu menggambarkan secara lebih detil setiap adegan dari video itu. Saya pikir Anda pasti mengerti konteksnya.

Sedangkan disisi lain Menko Polhukam Wiranto jauh-jauh hari sudah mengeluarkan warning bagi segenap partai politik, caleg, capres-cawapres, dan rakyat Indonesia agar tidak menjalankan praktik politik uang. Karena selain bertentangan dengan hukum juga merendahkan martabat rakyat karena vote buying tersebut.

Namun apa hendak di kata, ibarat nasi telah menjadi bubur. Tradisi buruk itu terlanjur terjadi dan sudah cukup lama berlangsung. Sehingga budaya tidak beretika dalam berpolitik kini sulit diberantas. Apalagi hal itu dilakukan oleh oknum pejabat negara yang mestinya menjadi contoh baik bagi masyarakat justru jadi aktor utama politik uang.

Menurut Akbar Faizal politisi Partai Nasdem praktik money politic memang sudah dilakukan oleh hampir semua politisi partai apapun. Pendapat Akbar Faizal itu dia ungkapkan pada acara ILC TV One yang disiarkan tadi malam (Selasa, 2/4/2019). Bahkan di dapil dia sendiri parktik bagi-bagi uang dilakukan oleh salah satu cukong politik dari Kabupaten setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun