Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seks, Korupsi dan Pelacuran Politik

6 Januari 2019   12:30 Diperbarui: 9 Januari 2019   14:42 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artis peran Vanessa Angel saat ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (28/11/2018).(KOMPAS.com/ANDIKA ADITIA) - kompas.com

Manusia tergolong makhluk pemuja kenikmatan. Andai dia tidak dilandasi dengan akal sehat dan iman, maka tak ubahnya mereka seperti hewan. Benarkah? Anda boleh berkata tidak, karena itu hak siapapun untuk berpendapat. Namun seperti hewan yang saya maksud bahwa manusia sampai tidak lagi memiliki sifat malu dalam dirinya.

Jika Anda melihat hewan yang seenaknya berjalan di depan siapapun tanpa mengenakan pakaian, maka begitulah manusia yang sudah seperti hewan. Tidak ada rasa malu lagi untuk melakukan hubungan seks didepan umum, dijalanan, di bus umum, bahkan mungkin di cafe-cafe, hotel, kantoran, dan mohon maaf barangkali ada yang sudah berlaku ditempat ibadah.

Seks memang sangat nikmat. Manusia sebagai mahkluk yang ciptakan untuk hidup berkembang dengan memiliki keturunan, maka seks menjadi sarana bagi mereka untuk meneruskan kehidupan tersebut. Melalui hubungan seks, manusia bisa dilahirkan secara terus menerus.

Memang tidak ada yang salah dengan seks, karena hal itu adalah fitrah. Bahkan seks yang dijaga, dan disalurkan dengan tepat dapat membawa manusia pada derajat lebih tinggi. Namun sebaliknya seks juga dapat menjadi malapetaka apabila manusia tidak pandai mengelolanya. Ia dapat menjerumuskan manusia jadi hina melebihi hewan.

Hari-hari ini peristiwa kelalaian manusia dalam menjadi hasrat seksnya mencuat. Banyak artis yang terlibat praktik prostitusi membuktikan bahwa hasrat seks tersebut telah menjerumuskannya. Bukan hanya sekedar menjadi penikmat seks bahkan telah mengkomersialisasikan hasrat tersebut untuk menghasilkan rupiah.

Praktik bisnis haram menjual diri dengan layanan seks dan nafsu birahi sekarang ini telah menjadi ancaman nyata dan sangat riskan terhadap kelangsungan hidup sosial masyarakat. Kini seks telah berubah menjadi sebuah senjata yang mampu menghancurkan moralitas, dan kehormatan manusia. Bagaimana tidak? Seorang public figure yang telah menjadi idola para remaja dan anak muda justru menjadi ikon penjual "kenikmatan" demi kehidupan yang serba mewah dan glamour.

Bukannya menunjukkan prestasi yang dapat menginspirasi kawula muda, justru menunjukkan jalan cara mencari rupiah dengan keliru dan salah. Konkritnya, penangkapan yang kesekian kalinya para artis yang diduga menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Surabaya kemarin merupakan pembuktian yang saya katakan diatas.

Di sisi lain ada juga satu kenikmatan yang tak kalah sedapnya dengan hasrat seks yaitu korupsi. Seperti sudah menjadi wabah atau endemis yang sangat merusak seluruh aspek kehidupan manusia Indonesia terus saja berlangsung. Seolah tidak ada siapapun yang dapat menghentikannya para koruptor semakin berani dan tanpa malu-malu melakukan perbuatan hina tersebut.

Bagaikan pelacur yang sudah terbiasa menjajakan dirinya dipinggir jalan, begitulah pula para koruptor. Mereka tidak segan-segan dan tidak pula malu untuk mengutil uang negara dan melakukan praktik suap menyuap agar tercapai apa yang mereka inginkan.

Hal itu juga merupakan penyimpangan prilaku sebagaimana manusia tidak mampu mengendalikan hasrat seks mereka. Yang kalau dibiarkan terus berlangsung, maka hancurlah seluruh tatanan kehidupan manusia yang tertib, sehat, dan aman.

Karena itu antara seks dan korupsi memang ada benang merahnya. Kedua kenikmatan yang saling bertolak namun saling membutuhkan. Maksudnya, secara empiris banyak pelaku korupsi yang menggunakan hasil korupnya untuk jajan seks melalui penyedia jasa bisnis "kenikmatan" di hotel-hotel atau pihak agen atau muncikari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun