Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Menjadi Penulis yang Bermartabat, Bukan Penghujat

9 Oktober 2018   23:24 Diperbarui: 10 Oktober 2018   21:28 3548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam konteks tersebut, kita patut kuatir (baca: berhati-hati) dengan gaya penulisan yang selama ini kita usung. Selayaknya kita bertanya pada diri sendiri, mengapa kita menulis? Apa tujuan kita menulis?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mesti kita klirkan lebih dulu. Kenapa demikian? Karena jangan sampai kita terjebak pada situasional yang menggiring kita menjadi penghujat melalui tulisan.

Dalam hal ini para maestro jurnalis selalu mengingatkan kita dengan mengatakan "menulislah dengan hati". Jadikan penamu sebagai senjata pembela kebenaran, berikan pencerahan kepada para pembaca. Dan mereka pun membuktikannya dengan menghasilkan karya tulis yang berkualitas, sejuk, dan tidak menghujat orang lain secara kasar dan membabi buta.

Dibandingkan dengan penulis abal-abal, tulisannya penuh cerita, cenderung mendramatisasi sebuah fakta untuk 'menghalalkan' hujatan yang dialamatkan pada diri seseorang, yang sesungguhnya ia adalah nara sumber tulisannya. Sangat aneh para penulis abal-abal.

Penulis abal-abal terkadang mereka memiliki kanal informasi. Sering juga terlihat bak penulis profesional yang seolah-olah menguasai semua masalah.

Mereka membangun argumentasi sedemikian rupa dalam menyajikan sebuah fakta dalam tulisannya. Sehingga pembaca yang kurang cermat dapat termakan dengan opininya, padahal kalau ditelisik, penulis abal-abal hanya mencoba mengarang cerita.

Dengan begitu, dan tanpa bermaksud mengatakan bahwa kita patut meragukan seseorang yang menghasilkan tulisannya penuh hujatan sebagai penulis abal-abal. Akan tetapi justru tulisan ini sebagai alat pengingat diri sendiri untuk tidak sampai menulis hujatan terhadap seseorang, meskipun kita sangat mengenal orang yang dihujat tersebut.

Akhirnya jika kita sebagai penulis meskipun belum tergolong penulis profesional, tentu memiliki kesempatan untuk menjadi lebih bermartabat sekiranya tulisan kita dapat mencerahkan, menyejukkan, dan membuat para pembaca semakin cerdas.

Namun sebaliknya juga bisa menjadi penulis pencerca, penghujat, dan tulisannya dapat menyesatkan cara berpikir masyarakat. Pilih mana?

Salam***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun