Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Masih Saja Keliru dalam Mendidik Anak?

25 Juli 2018   10:12 Diperbarui: 25 Juli 2018   18:22 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
epartnersinlearning.org

Seorang anak yang dilahirkan pasti ia dalam keadaan suci tanpa dosa, bersih dari segala kesalahan dan noda. Sering diibaratkan seperti kertas putih tanpa ada coretan. Begitulah tamsilan terhadap seorang anak. 

Lalu pertanyaannya, kapan seorang anak itu menjadi "ternoda" dan penuh "coretan"? Siapakah yang mencoretnya? 

Ada banyak kisah tempo dulu yang sudah sering kita dengar dalam berbagai kesempatan tentang sebuah keluarga yang sukses mendidik anak-anak mereka. Diantara banyak kisah tersebut adalah cerita keluarga Lukmanul Hakim, yang riwayatnya diabadikan dalam kitab suci Al-Quran. 

Lukmanul Hakim adalah seorang ayah dan pemimpin keluarga yang sangat bijak. Sesuai dengan namanya 'hakim', yang memang artinya adalah bijak, adil, atau lebih tepatnya seorang yang bijaksana. 

Beliau memiliki anak laki-laki yang selalu diajarkan berbagai hikmah dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai seorang ayah, Lukmanul Hakim menyadari bahwa ia memikul tanggung jawab berat dihadapan Allah Swt kelak nanti. 

Artinya ia harus mempertanggungjawabkan segala perilaku, perbuatan, dan dosa anaknya nanti di hari akhirat jika ia tidak mendidiknya dengan baik saat masih di dunia. 

Oleh karena itu, dalam konteks mendidik anak, Lukmanul Hakim mengajarkan hal-hal yang menjadi fondasi karakter seorang manusia yang baik terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Daripada aspek ekonomi misalnya. 

Beliau justeru sangat menekankan seorang anak ditanamkan aspek keimanan lebih dulu, karena dengan iman (tauhid) seorang anak bisa mengenal Tuhannya, kemudian ia menyadari bahwa Tuhan adalah penciptanya. 

Nah, jika kita berkaca pada model mendidik anak dari keluarga Lukman, hal yang paling penting disadari oleh orang tua adalah mereka memiliki tanggung jawab terhadap anak-anak mereka. Dan suatu saat nanti akan dimintai pertanggungjwaban. 

Kemudian yang berikutnya yaitu tanamkan keimanan atau ilmu tauhid pada anak sebagai pondasi dasar karakter mereka. Kenalkan tentang ketuhanan pada anak-anak kita, kabarkan bahwa manusia itu diciptakan bukan pencipta. 

Jika ia sudah mengenal tuhannya, maka seorang anak akan timbul kesadaran dan memiliki pencerahan. Bagaimana pun hikmah yang paling besar didapatkan oleh seorang manusia adalah saat mereka kenal dengan tuhannya dan dekat dengan sesama manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun