Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sutiyoso Menyerukan Indonesia Perang Melawan Teroris

17 Mei 2018   14:51 Diperbarui: 19 Mei 2018   12:10 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: kompas tv

Dalam sebuah wawancara secara live oleh salah satu stasiun swasta di Indonesia (16/5), mantan Kepala BIN Sutiyoso mengatakan"melihat serangkaian serangan yang dilakukan oleh kelompok teroris secara berturut-turut ini menandakan telah terjadi perang secara total. Pemerintah harus menggerakkan aparat TNI untuk menghadapi kondisi tersebut, kasihan jika hanya diserahkan ke Polisi saja."

Kata kuncinya adalah perang. Benarkah teroris yang menyerang tempat-tempat ibadah, rumah susun dan kantor polisi yang mereka juga merupakan warga negara Indonesia? Sudah siapkah bangsa ini menghadapi perang?

Kita tidak inginkan perang. Memberantas teroris adalah suatu keniscyaan. Tidak boleh negara ini di obok-obok oleh mereka yang menginginkan bangsa ini hancur, menciptkan disintegrasi sosial dan konflik horizontal.

Namun sebelum itu terjadi, penulis ingin mengajak pembaca sejenak untuk memahami apa sesungguhnya yang menyebabkan peperangan itu terjadi, seperti apa ideologi perang yang pernah berkembang di dunia ini. Berikut hasil penelusuran beberapa sumber tulisan dan bacaan yang penulis peroleh terutama karya tulis Harun Yahya, seorang ilmuan asal Turki beliau lahir di Ankara 1956.

Mari Kita Mengetahui Ideologi Perang

Kedua perang dunia di abad lalu yang pernah terjadi, memberikan pelajaran penting bagi kemanusiaan. Kedua tragedi ini menunjukkan bahwa perang bukanlah semata-mata akibat pertikaian kepentingan yang wajar antar-negara, karena pertikaian semacam itu dapat diselesaikan melalui jalur perundingan. Penyebab perang sebenarnya adalah ideologi manusia, yang membuat keputusan untuk mengejar ideologi itu. Ini adalah ideologi yang menganggap pertempuran, pertumpahan darah, dan menimbulkan penderitaan sebagai unsur sifat dasar manusia, dan inilah penyebab nyata kekejaman.

Ideologi ini disebut Darwinisme Sosial. Ini merupakan kepercayaan bahwa manusia adalah sejenis hewan semata yang hadir akibat serangkaian peristiwa kebetulan. Perang Dunia I adalah buah dari sikap para pemimpin Eropa yang secara terbuka menyatakan pandangan Darwinis mereka. Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap Perang Dunia II juga memiliki keyakinan yang kuat terhadap Darwinisme Sosial.

Hitler meminjam ideologi rasis ini dan keyakinannya terhadap perang dari Darwinisme. Riwayat hidupnya, Mein Kampf (Perjuanganku), melambangkan penyesuaian atas gagasan Darwin tentang "perjuangan bertahan hidup."

Pada tahun-tahun awalnya, saat dia bekerja sebagai wartawan, pemimpin fasis Italia, Mussolini adalah seorang tokoh evolusi yang setia, sehingga dia menganggap Darwin sebagai "pemikir terbesar di abad ke-19." Selama pemerintahan diktatornya, dia mempertahankan ideologi yang sama dan menyatakan bahwa terjadinya perang adalah sebuah "hukum evolusi."

Walaupun dididik sebagai pendeta selama masa mudanya, Stalin tidak percaya kepada Tuhan setelah membaca buku Darwin Origin of the Species (Asal Usul Makhluk Hidup). Selama masa pemerintahannya yang kejam, dia memaksakan teori Darwin dan Lamarck, seorang evolusionis yang bahkan lebih terbelakang lagi, terhadap rakyat Rusia.

Bagi para diktator ini, yang memandang manusia sebagai kawanan hewan, menumpahkan darah hanyalah kejadian hidup yang lumrah. Di balik berbagai pembunuhan itu, kita menemukan keyakinan para diktator terhadap Darwinisme Sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun