Fajar turun, di trotoar Sudirman.
ia menangis berjalan merunduk memalingkan muka disepanjang trotoar itu.
Ia ingin sekali hujan turun pagi itu, Sehingga ia bisa menikmati jalan sendiri,
lalu menangis dan tiada seorang bertanya kenapa ia menangis.
Ia tidak pernah ingin berteriak-teriak mengamuk menangis.
kemudian memecahkan cermin, dan menghabiskan tisu lalu membakar tempat tidur. Sungguh ia tidak ingin.
Ia hanya ingin menangis sambil menikmati kesendirian bersama hujan rintik-rintik di trotoar di Pagi itu.
Lalu pagi berlalu seperti biasa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!