Mohon tunggu...
Candradimuka 19
Candradimuka 19 Mohon Tunggu... Buruh - Direktur#said mahendra

baca, diskusi, tulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Keimanan

10 Juni 2022   16:37 Diperbarui: 10 Juni 2022   16:57 1879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmu pengetahuan dan keimanan merupakan dua hal yang pokok dari aspek kemanusiaan manusia, apabila ilmu pengetahuan dan keimanan dipisahkan maka akan berdampak pada tindakan keseharian manusia. Oleh karena itu dalam sudut pandang doktrinasi dogma yang dianut oleh pemikiran eropa (barat) dalam aspek kebudayaan Eropa selama 1500 tahun yang baru, sehingga terbagi dalam dua periode, yakni Era keimanan dan Era ilmu pengetahuan, yang dimana saling berlawanan antara ilmu pengetahuan dan keimanan, ia akan melahirkan budaya sekuler. Lahirnya budaya sekuler di barat karena ada doktrinasi agama yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan itu bertolak belakang dengan keimanan, sehingga mempengaruhi watak dalam kesehariannya.

Pada dasarnya antara ilmu pengetahuan dan keimanan ia saling berkesinambungan dalam diri manusia, akan tetapi mempunyai corak yang berbeda, ilmu pengetahuan mempengaruhi watak manusia kemudian keimanan mempengaruhi jiwa manusia, ilmu pengetahuan dan keimanan mempunyai keselarasan dalam membuat manusia merasakan akan kenyamanan. 

Dalam dunia Islam antara ilmu pengetahuan dan keimanan tidak mengalami dikotomi, karena saling mengisi satu sama lain. karena keduanya mempengaruhi manusia dalam bertindak haruslah ada dua landasan tersebut, karena bisa saja manusia yang berniat baik akan tetapi mencelakai manusia lainnya, contoh dalam fenomena sosial, seseorang mau membuat jembatan untuk kepentingan orang banyak (niat baik), kemudian ilmu pengetahuannya tentang jembatan itu tidak cukup maka bisa membahayakan orang lain, bisa saja pada saat orang lewat jembatannya roboh (fatal). 

Manusia niscaya akan memperoleh pengetahuan, karena manusia langsung berelasi dengan alam, manusia mempunyai potensi akan memahami hakikat alam melalui pendekatan (kosmologi), sehingga manusia tidak kaget akan adanya gejala alam, alam juga didudukan sebagai informasi untuk manusia (pengetahuan tanda), karena gejala alam mampu dipahami oleh manusia modern ini. Jikalau pun manusia tunduk terhadap alam maka manusia akan lebih rendah derajatnya di bandingkan dengan ciptaan Tuhan lainya, karena tidak difungsikan akal sebagai instrumen untuk berfikir.  

Sejarah manusia modern yang sangat kencang dengan arus perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mengesampingkan hal yang esensial dalam kehidupannya sebagai (Khalifah), oleh karena itu kehadiran ilmu pengetahuan, manusia susah akan mendudukkan nilai ilmu pengetahuan tersebut, sehingga tidak asing melihat fenomena globalisasi yang di tunjang oleh ilmu pengetahuan, untuk tercapainya kepentingan manusia. 

Terjadi tumpang tindih dalam mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan manusia, karena tidak bisa mendudukkan nilai (values) ilmu pengetahuan, tentu seharusnya manusia menanyakan pada dirinya atas keberadaan ilmu pengetahuan, tentang untuk apa dia ada. Kalaupun pertanyaan tersebut bisa dijawab oleh manusia, maka niscaya manusia bisa menemukan nilai ilmu pengetahuan itu sendiri. 

Beragam kepentingan manusia dalam mewujudkan keharmonisan, yang bisa menjawab kepentingan tersebut ialah manusia itu sendiri, kita akan menelisik kembali persoalan penciptaan manusia sebagai Khalifah (wakil tuhan di bumi), sehingga kita bisa menempatkan esensi manusia, dalam pendekatan Kosmologi, Antropologi dan Teologi. 

Tidak mungkin Tuhan menciptakan makhluk yang tidak mempunyai tujuan, telah kita pahami bahwa apa yang menjadi tugas pokok manusia di muka Bumi, ialah bagaimana menciptakan keseimbangan dalam kehidupan sesama manusia, manusia dan alam serta manusia dengan Tuhan. 

Gejolak dalam kehidupan manusia di sebabkan oleh ilmu pengetahuan, tidak menutup kemungkinan bahwa manusia mencari ilmu pengetahuan ialah bagian dari aktualisasi Fitrah manusia, jikalau di telaah lebih dalam adanya ilmu pengetahuan untuk bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan manusia. 

Manusia sebagai khalifah (wakil Tuhan di Bumi) segala konsekuensi dari tindakannya di muka Bumi akan dimintai pertanggung jawabannya hari pembalasan kelak, dalam kajian (eskatologi) terkait perjanjian tuhan terhadap manusia, apabila manusia mengikuti apa yang menjadi perintah Tuhan maka manusia itu akan di jamin keselamatan di dunia dan akhirat, maka apapun tindak tanduk kepercayaan manusia di Bumi akan di mintai pertanggungjawaban.

Maka kesimpulan dari ilmu pengetahuan dan keimanan ialah niscaya saling mengisi satu sama lain sehingga akan berimplikasi kepada keharmonisan kehidupan sesama manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun